35. Kesalahpahaman

238 57 289
                                    

Happy reading 💙

.

Deru langkah beriringan dengan alarm nyaring yang terus berdering. Berisik, panas, sesak. Yang dapat deskripsikan kondisi koridor saat ini. Semuanya sibuk, dengan diri mereka sendiri. Sesekali bertabrakan, dari ruangan satu ke ruangan yang lain.

"Cepet keluar... anak-anak ikutin Bapak!"

"Hey malah asik ngemil..."

"Sisi malah live Ig! Cepet keluar gedung!"

Gadis itu masih terdiam. Ia menahan napas. Entahlah, tiba-tiba saja ia lakukan.

Suara-suara itu sangat berisik dari depan, seolah hanya angin lalu karena semua indranya dipaksa bisu. Matanya terkunci wanita di ambang pintu, seluruh organnya bak lumpuh seketika.

"Kamu ngapain?"

Satu tenggukan ludah berhasil masuk. Sedari tadi tercekat.

"Bu— "

"Bu Dinar! Kebakaran Bu! Kenapa masih di sini?!"

Disusul satu tarikan napas— akhirnya. Setidaknya, ia masih menjadi makhluk hidup.

"Kebakaran beneran? Bukan simulasi?"

Atensi wanita itu sudah teralihkan, pada sosok perempuan rambut sebahu di koridor. Dania tak pernah lupa— ia akan tetap selamat, meski di ujung jurang sekalipun.

"Langkah akhir. Gue bakal alihin perhatian Bu Dinar, tapi mungkin bukan cuma Bu Dinar. Satu sekolahan!"

Tangannya bergerak pelan menutup map hitam. Sudah rapi seperti semula, kini ia tinggal memikirkan...

"Bukan Bu. Ada api dari belakang sekolah!"

Bagaimana mengembalikan benda itu, pada tempat semula.

"Kebakaran! Gila! Jangan sampe gue kepanggang di sini!"

"Heh Maureen! Sembarangan kamu ngomongnya."

"Iya Bu. Api! Maureen lihat di belakang, aaaa..."

Berhasil. Setidaknya, kegilaan Maureen sanggup alihkan penuh atensi Bu Dinar dari Dania.

"Dania? Ayo cepet keluar!"

Satu anggukan untuk menjawab. Gadis itu mengelus dada lega setelah keluar ruangan itu, dengan keras membanting pintu seolah dirinya ikut dalam kepanikan— padahal, ia hanya melampiaskan emosinya.

Lantas tersandar pada tembok. Saling bertukar tatap, dengan sang pengalih perhatian.

"Lo dateng tepat waktu. Gue hampir mati berdiri di sana," ucap Dania. Kali ini, ada sedikit nada tenang. Meski tak sepenuhnya.

Valen hanya tersenyum, menarik lengan sang ketua MPK mengekor guru dan temannya yang lain ke arah halaman.

Sebenarnya, ada yang masih mengganjal pikiran Dania saat ini— bahkan saat ia sudah berada di tengah halaman, menampakan ratusan siswa yang terlihat gusar di sana. Ia sedikit termangu.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now