12. 5 pionir Scarlet

426 105 184
                                    

Bel baru saja berbunyi lima belas menit lalu. Para siswa kini fokus pada LJK masing-masing. Di ruangan yang berisi 24 anak ini, hanya terdengar bunyi kertas yang terus di bolak-balik pemiliknya. Semua menunduk menarikan tangannya pada lembar jawaban. Matanya kekanan dan kekiri memindai soal-soal yang dipenuhi paragraf dan pastinya, jebakan.

B.indonesia.
pelajaran pertama di Scarlet's Exam. Meski bahasa sendiri, namun 90% siswa percaya, tingkat kesulitannya lebih diatas materi hitung-hitungan. Kalian setuju?

Bukan karena materinya, melainkan karena pilihan yang mengecoh dan jawaban yang beranak. Dan sudah pasti, ada bom bunuh diri diantaranya.

Ari memijat tengkuknya yang terasa pegal terus menunduk. Seperti yang diharapkannya, soal tak akan jauh dari perkiraannya Minggu lalu saat pembahasan. Mungkin sistem kebut semalam yang ia lakukan tak akan memberinya rugi kali ini.

Orang pintar, semuanya sudah diluar kepala. Ari bilang "jangan ditiru", terkecuali kalian sudah dalam level jenius hahaha.

Ia alihkan sorot matanya pada jam dinding lalu turun pada seseorang dibawahnya. Wanita yang masih tergolong muda, mungkin dipertengahan 20 an. Matanya juga fokus pada lembaran soal yang terpisah untuk pengawas, sesekali wanita yang kerap disapa Bu Bella itu juga mengintai seperti CCTV.

Kini berbelok pada cowok yang berjarak dua meja dikanannya. Punggungnya naik turun sampai meja lipat itu ikut bergetar.

"What, Vino bahkan udah sampai essay?"

Dirinya yang masih berada di lima belas bab awal pilihan ganda hanya menelan ludah. Ia tahu, betapa berharganya ujian ini untuk Vino. Sang pemburu beasiswa.

Bulan lalu saat Scarlet's Exam pertamanya, ia sedikit merasa tak enak hati karena tiba-tiba melejit sampai dua besar. Tempat yang biasa temannya itu duduki.

Namun Vino tak perduli, karena mereka memang rival diatas kertas, dan teman setelahnya. Asalkan sama-sama bermain bersih, Vino tak masalah. Karena semua tujuan anak-anak berambisi seperti dirinya pasti sama, dan tak ada yang bisa disalahkan jika ada orang lain yang lebih mengungguli kepintarannya.

Namun yang mungkin dapat Ari rasakan adalah, sakit tak berdarah dari Vino yang coba ia tutupi.
Ia baru mengetahui faktanya saat seminggu sekolah disini. Dari Firly.

Vino, selalu disandingkan dan dibandingkan dengan saingannya oleh para dewan pengajar. Firly menduga, mungkin karena kejadian masa lalu lelaki itu pernah memberontak dewan pendidikan dengan dugaan manipulasi nilai salah seorang siswa.

Saat itu, Vino masih menjadi lelaki penyendiri, hanya berteman buku di perpustakaan, dan semangkok bubur ayam di pojok kantin.

Jelas ia yang kalah, melawan kependidikan Scarlet sendirian tanpa bukti dan dukungan— hanya dengan asumsi dan kecurigaan.

Semua anak mengecapnya "cowok cupu", karena diduga memfitnah pesaingnya hanya karena tak mau dikalahkan. Ambisi yang berlebih sampai harus menusuk teman sendiri dari belakang.

Kalian tahu bagaimana rasanya menjadi Vino?

Entah apa yang terjadi selanjutnya, cerita Firly selesai, berakhir dengan skorsing cowok berkacamata itu selama tiga kali Scarlet's Exam.
Bukan skorsing 6 bulan, tapi Vino hanya tidak diijinkan mengikuti Scarlet's Exam yang membuatnya kehilangan banyak nilai.

.

Sial, soal jebakan.
Ari benar-benar benci pilihan ganda.
Dari lima opsi yang ditawarkan, tiga diantaranya masuk akal menurut Ari. tidak, empat masuk akal.
Wait...kelimanya menjadi sangat masuk akal sekarang.

Kiara's SecretNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ