41. Perpecahan 2 kubu

268 54 176
                                    


Happy reading 💙

.


"Lo harus pasang AC."

Kalimat itu terlontar, dari gadis rambut coklat yang baru saja menekan On merah kipas angin di pojok ruangan.

Lima detik setelahnya, Dania masih berkacak pinggang, menunggu. Belum juga ada pergerakan dari lawannya.

Plakk..

Satu pukulan.

"Si anjir! Itu kipas mahal njir!"

"Mana.. kok gak gerak!"

Mungkin sang korban pukul mendengar. Satu putaran baling-baling kipas, cowok berjaket Army di kursi komputer tersenyum. Menang.

Nyatanya hanya sebatas satu putaran. Setelah itu kembali mandeg.

Plakk..

Pukulan kedua. Dania frustasi. Mengalah. Biarkan benda bundar itu semaunya di pojok.

Abian meringis. Membatin sendiri, malu. Tapi, ya sudahlah, mereka yang memilih sendiri markasnya untuk nongkrong, ya harus menerima konsekuensi— tak ada pendinginan ruangan. Hanya kipas satu arah yang sudah innalilahi sekarang.

"Kiara ada di rumah. Udah mendingan, nanti gue kasih tau semua rencana kita. Sekarang, biarin dia istirahat," ucap Ratu. Pelan, dari sofa tengah.

"Ari mana?" tanya lelaki yang baru saja masuk di ambang pintu. Di tangannya terdapat benda pipih. Sepertinya, Raja, baru selesai menerima panggilan.

Tak ada jawaban dari manusia-manusia muda di dalam ruangan. Termasuk sang hacker, sepupu nama yang baru saja disebut.

"Ck.."

Sampai atensi tertuju, pada si pirang yang menekuk tangan di tengah.

"Gak ada Kiara. Simple. Gak ada alasan cowok aneh itu ada di sini," lanjut Ratu. Setelah dengusannya.

"Jaga omongan lo ya.. Ari bukan cowok an—"

"Nyatanya!"

Abian yang terpotong sedikit terkejut. Bukan hal baru, Ratu, dingin dan judes pada orang-orang. Tapi ini pertamanya, diberi tatapan maut langsung dari sang mantan gebetan.

"Lo saudaranya. Lo yang paling tau dia dari kita semua di sini. Dan lo juga pasti tau.. Ari.. kasar, dia—"

"Ratu.." lirih Valen. Refleks memegang bahu Ratu untuk tenang.

"Kalian gak liat... seberapa kasarnya tuh cowok tadi sama Sonya." Lanjutan dari Ratu, membuang muka ke sisi yang lain. "Tempramental," pungkasnya, lirih. Entah terdengar atau tidak, dari respon tangan Abian yang terkepal, sepertinya seisi ruangan tahu.

"Harusnya, lo benahi lagi kalimat lo! cari Subjek yang bener! bukannya lebih pantes lo ya, yang—"

"Gaes stop! Gue di sini bukan mau nonton kalian ribut! Please fokus! Ada orang lain di sini." Sang ketua OSIS dari samping meja komputer menengahi.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now