26. Ini Teror?

253 64 182
                                    

Happy reading 💙
.

Setengah delapan malam. Hampir satu jam ini Kiara berada di rumahnya. Ya...rumahnya, rumah ibunya, rumah masa kecilnya, rumah Ayuda.

Asing. Itu yang pertama terlintas. Meski harus Kia akui, senyum Mayang dan tangisan Ibu tirinya saat ia datang, sedikit membuat hatinya terenyuh— mereka benar-benar menunggu Kiara pulang.

Ayuda. Entahlah, kepala keluarga itu belum pulang, padahal ia yang merencanakan makan malam keluarga ini. Sibuk alasannya. Mungkin setengah jam-an lagi sampai, itu yang Raja ucapkan.

Ting..

Ari.
Lelaki itu, benar-benar tak henti mengirimnya pesan berantai sedari sore. Dan— wow— 43 pesan belum dibaca dan, 15 panggilan tak terjawab.

Hahaha..
Kiara tertawa devil dalam hati. Sejujurnya, ia pernah mengatakan sebelumnya, ia, tak pernah bisa marah atau mendiamkan Ari. Benar-benar tak bisa. Meski Kia ingin, setidaknya— untuk saat ini.

"Definisi bucin tuh...hehe.."
Kiara terkekeh kecil sendiri memandangi layar ponsel.

Ia berjalan keluar rumah, membuka gerbang menghirup angin malam di perumahan asri ini. Mendudukkan dirinya pada pinggiran jalan yang lengang.

Sedari dulu, komplek ini memang sepi. Bukan tanpa penghuni, melainkan kesibukan masing-masing pemilik rumah. Dan jam-jam saat ini, bukankah lebih baik mereka berisitirahat.

Sebenarnya, Raja menyuruh Kia untuk duduk di ruang tamu atau istirahat di kamar lamanya. Tapi entah apa, ada rasa yang sangat mengganjal Kia saat kembali masuk kerumah itu, terlebih tatapan Ratu yang mengintimidasi.

Didapur pun Ibunya sudah mendapat bantuan ART, jadi tak ada alasan bagi Kia menunggu di dalam, kecuali menit yang semakin mengerucut dari setengah jam yang dijanjikan Raja bahwa Ayuda akan pulang.

Pria tua itu.. benar-benar belum berubah..

Drtt..drtt..

"Ekhmm, khmm.."

Kia benarkan posisi kerah sweater yang ia kenakan, menyisir anak rambutnya kebelakang lalu membasahi bibirnya yang mengering karena angin malam disini dengan lidah. Bukan tanpa alasan, jelas, nama di layar ponsel adakah alasannya.

"Ngapain lo VC, kangen ya..."

Itu dia, kata pertamanya. Bukan salam, apa lagi tanya kabar. Yang disebrang sana hanya menghela nafas, Kiara menanggapi dengan kekehannya.

"Akhirnya lo jawab, pesan gue belum ada yang di baca."

"Harus banget emang.."

"Ya harus lah..gue khawatir sama lo..inget tadi pagi? Lo drop di UKS."

"Iya gue gak papa Ariiii, gak usah lebay. Lagian...pesan lo itu isinya sama semua kan?"

Ada jeda setitik, keduanya hanya saling memandang pada refleksi masing-masing.

"Iya sih.."

"Tuh kan..Gaje banget lo...cuma modus doang kan lo..huhu.."

"Buat apa gue modusin lo, udahlah..gue nelfon mau tanya keadaan rumah lo gimana? Lo dimana sekarang?"

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now