46. Rencana Z

241 56 183
                                    


Happy reading 💙

.


"Nih."

Sebuah sodoran sebungkus roti, melayang di depan wajah sayu Kiara. Gadis itu tersenyum kecil.

"Makasih," ucapnya lirih, menerima, hanya ia letakan dalam pangkuan.

Sorot Kiara kembali melaju, pada pintu putih lima meter di depan. Intensive Care Unit. Yang tak pernah Kia tahu, seperti apa kondisi manusia di dalamnya.

"Abian bilang lo belum makan dari pagi? Makan dulu!" titah Bisma. Yang diajak bicara hanya mengangguk. Sekilas, Bisma bisa lihat, segala macam emosi pada netra hitam gadis di sampingnya. Dan tak bisa Bisma bayangkan, jika ia Kiara, mungkin ia, tak kuat duduk di sini dengan tenang.

Merasa gemas plastik roti yang tak kunjung Kiara sentuh, Bisma lantas membukanya paksa, sodorkan tepat pada depan mulut Kiara. Gadis itu menautkan alis.

"Makan! Atau gue suapin?"

Dan detik itu, untuk pertama kalinya dari rentetan sendu hari ini, lengkungan terangkat dari ujung bibir Kiara, lebih tulus dari sebelumnya. Bisma sedikit lega.

"Iya... gue bisa makan sendiri."

Bisma hanya tersenyum kecil, mengacak pucuk rambut Kiara sekilas, lantas tersandar pada punggung kursi, sedikit terpejam.

Hanya suara plastik roti Kiara yang terdengar, dan sebuah langkah yang kian mendekat, samar menabrak pendengarannya, dari kejauhan. Makin jelas, karena di lorong panjang ini, hanya mereka— ia dan Kiara —yang masih hidup pukul 2 dini hari.

Itu Abian. Terselempang jaket tebal di bahu kirinya, lantas ia lepas dan pakaikan pada Kiara yang masih duduk menggigit roti. Kiara diam, biarkan dulu jaket itu membalut bahu sampai menutupi tubuh depannya, lalu kembali lanjutkan makan.

"Makasih," ucap Kia dengan gumpalan roti di mulutnya. Abian mengangguk membalas. Dudukan dirinya pada sisi yang lain.

"Dania udah sampe rumah?" tanya Bisma, ketika sang dingin mulai dominasi hening di lorong itu.

"Udah. Gue anterin sampe depan apartemennya."

"Good boy," sahut Bisma datar. Kiara terkekeh dengan mulut yang masih mengembung.

Abian berdecak. Sejujurnya, ia mau tak mau semobil dengan Dania, jika tak didesak Dania, bahwa ia akan dicoret dari KK karena tak kunjung pulang ke rumah. Lagipula, Abian masih diliputi rasa penyesalan, sampai menyita banyak waktu dari orang-orang yang tak bersalah.

Bukan karena ia mulai khawatir dengan gadis itu. Apalagi menaruh perasaan. Big No!

"Raja pulang, setelah Ratu keluar UGD. Dia minta maaf, karena gak bisa nemenin lo lama Ki..."

"It's Okay. Nanti gue chat dia."

Abian menghela napas berat, ikut pandangi pintu putih buram di depannya— tak nampak apa pun —ia sangat ingin melihat sepupunya, meski hanya sebatas siluet hitam.

Setelah operasi, Ari memang belum diizinkan untuk dibesuk. Mungkin besok, itu pun terbatas.

"Bu Najwa gimana?"

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now