40. Halusinasi or what?

249 53 209
                                    

⚠️mentioned self-harm


Happy reading 💙

.


"Kenapa? Ada yang sakit?"

Mata Kiara terbuka lebar. Suara decitan kaki ranjang yang goyang. Sorotnya beku. Menatap lurus, tanpa berkedip.

Kiara netralkan napas dan degup jantung yang memburu. Entah, dunianya benar-benar teracak akhir-akhir ini. Tak mengerti, kenapa leher dan keningnya dibanjiri peluh, bahkan terasa seragam yang mulai lengket pada kulit.

Dinding putih. Bilik yang tertutup korden biru. Pengharum ini— Kiara sangat familiar. UKS. Tapi kenapa...

"Ari?"

...apa yang baru saja terjadi?

"Minum dulu." Lelaki di samping brankar. Sodorkan satu gelas air putih, dengan pelan tuntun Kiara untuk meneguk. Serak, bahkan air tak cukup dinginkan dirinya, dan atmosfer yang masih panas, mengabur, seolah ingin istirahat lebih lama lagi. Ia lelah. Tiba-tiba saja.

Satu usapan pada anak rambut depan Kiara. Menyisirnya perlahan ke belakang, menyeka peluh yang belum juga usai basahi kening itu. Ari raih bahu Kiara mendekat.

Gadis yang terduduk di brankar itu masih diam. Tatapannya masih kosong, lantas tersandar pada dekapan dada Ari mulai pejamkan mata.

Pelukannya semakin erat. Kedua tangan Kiara melingkar pada pinggang Ari bak anak yang tak ingin ditinggal induknya. Meski napasnya masih tersengal, Kiara pikir, posisi ini ternyaman yang ia ingin.

Takut. Bahkan jika ia buka matanya sekarang, memory atau apapun itu. Adalah hal yang pertama kali terlintas.

"Profesor Lauren?" Dengan suara paling pelan. Mungkin dalam tahap berbisik, Kiara longgarkan pelukan. Coba tatap dia, yang pancarkan risau dari mata.

"Tadi dia di sini— "

"Ri.." Pelukan sepenuhnya lepas. "Lo denger semuanya? Lo denger..."

Raut yang tak diharapkan. Kiara kembali diam. Dadanya naik turun. Lelaki di depannya bergeming. Hingga tersadar sesuatu...

"Apa, yang kita bicarain di ruang BK?" cicit Kiara ragu. Hanya memastikan. Sepertinya benar, bukan respon tenang Ari yang Kiara mau.

"Bicarain apa? Lo pingsan begitu masuk ruang BK. Pingsan di UKS hampir tiga jam Kia..."

mustahil.

"...tangan lo!" Ari angkat kecil tangan kiri Kiara. Yang tak gadis itu sadari dari tadi— selang infus. Sangat berirama tetesannya dari sisi lain ranjang.

"Lo hampir aja dibawa ke rumah sakit Ki, karena gak sadar sadar."

Gue kenapa?

"Lo gak inget? Ruang BK?"

Pertanyaan Ari, adalah pertanyaan yang harusnya Kiara ucap pada lelaki itu. Lo gak inget? Semua yang profesor Lauren jabarin di ruang BK? Namun tertahan— kenapa?

"Mari masuk.."

"Aww.."

"Kiara.."

"Lo bohong kan?!"

Kiara mendelik. Ari semakin bingung, tak lunturkan genggamannya pada Kiara yang semakin erat, bahkan lebih kuat seolah semua tenaganya terkumpul kembali.

"Lo kenapa? Bohong? Bohong apa?"

"Semuanya! Lo denger semua! Apa yang Lauren omongin bahkan lo ada di samping gue! Lo denger Ri..."

Kiara's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang