~Interval~

278 65 204
                                    

                                 
Happy reading 💙

.


Tok tok tok...

Dengan sangat pelan, gadis itu mengetuk pintu kayu di tengah semilir malam. Tak indahkan bibir yang menggigil pucat, rambut lepek setengah basah, serta kaki yang bergetar tak henti mainkan jari mengusir dingin.

Ia tau ia gila.

Berjalan menembus gerimis bermodal sweater ungunya memeluk lengannya sendiri. Sesekali— menyeka air mata dan benarkan kain setengah lingkaran di wajahnya.

Di jam malam— tengah malam. Entah apa yang dipikirkannya, ia hanya berfikir...
Mungkin ini kesempatan terakhirnya—
Untuk hidup.

Tok tok tok..

Kedua kalinya di ketuk. Setelah yang pertama hanya mendapat teriakan 'tunggu' dari dalam.

Ia semakin gusar. Memang siapa yang mau membukakan pintu di jam sebelas malam? Saat ini, pemilik rumah hanya akan mengira, mungkin setan iseng yang mengetuk pintunya.

Namun tidak.

Di detik kelima..pintu itu terbuka.

Menampilkan sosok lelaki 17 tahun dengan wajah 'bantal' mengucek matanya, sesekali menggaruk-garuk tengkuknya sandarkan tubuh pada kayu pintu.

Lalu mengerjap.

"Inka!"

.

Tepat ditetes terakhir air itu turun dari dahan. Sedikit terbawa angin, membawanya pada atap, jatuh, memasuki pot-pot kecil tanaman bunga dibawahnya.

Gadis itu menyeret koper abu besarnya, dudukan pada kursi panjang dibawah spanduk "Mr.Green Rent Car" yang tertempel pada dinding.

Sesekali melirik, terlihat puluhan mobil dari berbagai merek berjejer rapi memanjang pada bangunan besar ini. Berbagai warna, berbagai ukuran. Silih berganti masuk dan keluar menyapu indra penglihatannya.

Ia menarik nafas panjang— ia lega.

Hanya tempat ini satu-satunya yang terfikir oleh akal sehat gadis itu yang masih bisa berfungsi.

Benar-benar hanya tempat ini?

Brakk...

"Heh..koper gue.."

Kesadarannya telat. Roda kecil Koper sudah menggelinding sendiri membawanya menuruni semen miring tepat memasuki trotoar dan hampir saja—

"Fiuh..."

Hampir saja "menyebrang" jika tangan itu tak cepat menahannya.
Ia mendongak...
"Makasih—" mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba mengusir bekas air langit yang bergelantung dibulu mata menghalangi wajah sang penolong.

"Sam— "

"Kabur?"

Dia bertanya?
Entah, nadanya datar, memacu langkah memasuki area mobil mewah itu. Tepat di meja resepsionis, ia letakan koper abu yang ia tarik beserta sang pemilik yang jelas ikut tertarik meski tujuannya sang pemuda itu— bukan kopernya.

"Bawa kelantai atas!"
Titah sang pemuda. Mengenakan kaos hitam panjang, menggulungnya sampai siku. Di wajahnya, samar terpatri beberapa lebam dan sebuah satu goresan di ujung pelipis, merah, namun sudah mengering.

Kiara's SecretWhere stories live. Discover now