IX- Pedeapsă

7K 802 36
                                    

Happy reading!
~•~

"Apa yang kamu lakukan disini?!" kata Zero tertahan karena berusaha meredam emosinya.

Gane mendongak dan melihat Zero yang sepertinya sedang emosi. Ia langsung berdiri dan mendekat ke arah Zero.

"Ayo pulang," ajak Gane.

"Kenapa kamu disini?" tanya Zero.

"Aku tersesat kak" jawab Gane dengan muka memelas, dia tidak mau ke tempat seperti ini lagi. Apalagi suara dentuman musik disini membuat telinganya sakit dan orang-orang yang ada disini sepertinya kurang baik. Besok jika akan kabur ia harus mempersiapkannya matang-matang agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Zero memalingkan mukanya, ia tak tahan dengan muka memelas Gane. Sudahlah, lebih baik ia mengajak Gane keluar terlebih dahulu.

"Ekhem, jadi dia adik kamu," ucap Angel menghentikan Zero yang selama ini memang sering ia lihat beberapa kali di klub ini.

"Bukan urusan lo, ayo pergi," jawab Zero dingin.

Angel yang melihatnya mendengus kesal.

"Hahahaha kasian lo ditolak mentah-mentah." Zola tak bisa menahan tawanya, melihat sahabatnya diacuhkan oleh cogan.

"Iya, lo sih ngadi-ngadi mau ngajak kenalan segala," kata Lily.

"Tapi kayaknya gue pernah liat dia dimana gitu, lupa gue," ujar Angel.

"Di acara ultah nikahan bokap nyokap lo kali."

"Ah bener lo, ntar deh gue tanya bokap dia anak temennya yang mana," balas Angel.

"Gue masih gemes sama bocil tadi anjir gemes banget."

"Tobat lo tante-tante."

"Kurang ajar lo ya!"

***

Zero menggandeng Gane keluar hingga ke parkiran. Ia baru ingat jika dia membawa motor bukannya mobil.

"Kita naik taksi," kata Zero.

Zero mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi g**b. Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan mereka.

"Mas Zero ya?"

Zero mengangguk dan mengajak Gane masuk ke dalam mobil. Saat di perjalanan pulang ia merasa ada beban di pundaknya, ternyata ada Gane yang bersandar. Zero mengelus surai Gane, memang ia tak pernah bisa marah dengan anak ini karena memang wajahnya yang terlalu menggemaskan.

Sesampainya di mansion keluarga Ravièl, Zero menoleh pada Gane yang masih asyik dengan tidurnya. Karena tidak tega ia memutuskan untuk tidak membangunkan anak itu. Zero secara perlahan menggendong Gane ala koala.

"Ada apa dengan Prince?"

"Hanya tertidur."

Mereka a.k.a keluarga Prince yang mendengarnya bernafas lega. Mereka membiarkan Zero masuk dengan Gane yang masih dalam gendongannya. Namun, saat baru sampai di ruang tamu Gane melenguh karena merasa terganggu. Ia mengerjab-ngerjabkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinanya. Gane sadar saat ini ia ada di gendongan Zero.

"Turun," pinta Gane dengan suara seraknya.

Zero menurunkan Gane dengan perlahan. Gane yang masih belum sepenuhnya sadar limbung dan nyaris jatuh jika saja Alle tidak menangkapnya.

"Nakal ya kamu."

Alle menyentil dahi Gane membuat anak itu meringis, sakit juga ternyata. Satu hal yang Gane sadari adalah tubuhnya merasa lemas secara tiba-tiba tapi ia tahan karena tak mau membuat kegaduhan di malam hari Alle duduk di sofa dengan Gane yang berada di pangkuannya diikuti Aiden, Kalia, Aace, Argon, dan Zero. Sebenarnya Gane ingin menolak tapi tenaga Alle lebih kuat dari dirinya, sepertinya ia harus melakukan sesuatu agar dapat melatih tubuh lemah ini.

"Jadi kamu darimana sayang? Kami semua khawatir sekali denganmu," ucap Kalia mengelus surai Gane, semarah-marahnya ia memang tidak bisa marah dengan anaknya yang satu ini.

"Aku hanya ingin keluar sebentar melihat-lihat."

"Ekhem, mana mungkin sejauh itu," ujar Zero yang langsung mendapat atensi dari yang lainnya, sengaja ia mengatakan hal itu agar mereka terkejut dahulu terlepas dari alasan Prince ada disana. Perlu diketahui memang Zero, Liam, dan Rean memang sudah sedekat itu dengan keluarga ini karena memang orangtua mereka juga merupakan rekan bisnis Aiden. Aiden sendiri yang tak ingin putranya berteman dengan orang sembarangan karena anaknya itu bisa dibilang sangat polos, memperkenalkan mereka dan jadilah seperti saat ini.

"Jauh ke mana?" tanya Aace penasaran.

"Klub Z Jalan Nusa Indah," jawab Zero kalem, berbanding terbalik dengan lainnya yang terkejut.

"Apa?!"

"Kenapa kamu bisa disana, Prince?" tanya Kalia setelah sadar dari keterkejutannya.

"Aku tersesat."

Sekali lagi keluarga Ravièl bernafas lega, Argon akan Aace mencuci otak adiknya agar menjadi bersih lagi jika sampai Prince memang sengaja bertujuan ingin kesana. Bahkan, sepertinya anak itu tak tahu tempat yang didatanginya itu tempat apa.

"Kamu nggak lihat yang aneh-aneh kan?" tanya Argon setelah teringat sesuatu.

"Aneh apa?"

"Ah sudahlah, sepertinya tidak," balas Argon yang malah membuat Gane mengernyitkan dahinya.

Alle mengelus dahi Gane yang berkerut. Alle yang jarang tersenyum semenjak Gane koma saat ini tak bisa menahan senyumnya.

"Anak kecil tidak perlu terlalu banyak berpikir."

"Aku bukan anak kecil." Gane merengut kesal, enak saja begini-begini ia hampir menjadi raja yang memimpin wilayah yang luas di kerajaannya.

"Prince, Daddy tidak mau lagi mendengar kamu yang pergi ke luar tanpa izin. Kamu mungkin bosan karena terlalu lama di mansion terus menerus. Jika kamu ingin keluar izin terlebih dahulu nanti Daddy atau kakakmu akan menemani. Mengerti Prince?" ujar Aiden, sama seperti Kalia ia tak bisa marah dengan putra bungsunya ini padahal tadi ia berencana untuk memarahinya, oh tidak lebih tepatnya menceramahi panjang kali lebar kali tinggi agar tidak melakukan hal yang sama lagi. Bahkan sepertinya ia harus memberikan penjagaan ekstra pada anaknya yang satu ini, ya sepertinya bukan rencana yang buruk.

"Mengerti Dad."

"Sekarang kamu tidur, Alle bawa Prince ke kamarnya," titah Aiden pada anak sulungnya itu.

"Mengapa disini berantakan sekali?" kata Gane yang baru menyadari jika ruangan ini seperti habis terkena badai.

"Kamu tak perlu tahu, ayo ke kamarmu," jawab Alle cepat, tak mungkin kan ia jujur jika yang mengakibatkan ini semua adalah dirinya yang mengamuk tadi karena Prince yang pergi dari rumah. Bahkan nyaris saja nyawa beberapa bodyguard disini melayang jika tak dihentikan oleh Kalia.

"Sebentar kak, Dad aku ingin berlatih menggunakan revolver," pinta Gane tiba-tiba.

"Sebentar kak, Dad aku ingin berlatih menggunakan revolver," pinta Gane tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gane makin ngadi-ngadi, maklumin aja lah ya 😂

Dia habis turun kasta dari pangeran jadi bocil biasa 😭

Janlup vomment ❤

Thankyou 🌻

19/11/21

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang