XXXI. Întoarcere

2.9K 398 10
                                    

Happy reading!
~•~

Gane mematung, suara itu mengingatkannya pada seseorang. Ia menoleh, betapa terkejutnya ketika melihat orang yang menabraknya waktu di mall.

"Siapa kau?!"

"Saya Alan Yang Mulia."

"Tidak, tidak mungkin. Ini pasti mimpi!"

Gane tertawa seakan mendengar lelucon. Orang di depannya ini sama sekali tak mirip dengan Alan. Wajahnya dan perawakannya saja sangat berbeda, apa mungkin–

"Jus pe Edzard Royal Sun, saya adalah Alan wahai Yang Mulia Zavandya Ganedrain Edzard, Putra Mahkota Kerajaan Edzard."

Gane memejamkan matanya, benar ini adalah aura Alan, aura yang sama seperti yang dirasakannya tadi malam. Tak terasa air matanya menetes, tak percaya bahwa mereka akan bertemu lagi. Gane memeluk Alan, Alan membalasnya. Gane sudah menganggap Alan sebagai saudaranya, kakaknya.

Gane mengurai pelukan mereka, ada banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada Alan.

"Bagaimana caranya kau bisa ada disini?"

"Yang Mulia tidak perlu tahu, yang terpenting sekarang adalah memikirkan bagaimana cara agar anda kembali ke tubuh anda karena kerajaan kita sedang tidak baik-baik saja, Yang Mulia."

"Tunggu, apa maksudmu? Memangnya aku belum mati?"

"Tabib menyatakan jika anda tertidur panjang dan tak bisa memprediksi kapan anda sadar, dikarenakan jiwa Yang Mulia yang tersesat. Sedangkan rakyat butuh kejelasan, banyak rakyat melakukan pemberontakan menuntut pihak kerajaan agar cepat menentukan pemimpin baru mereka serta sepertinya ada pihak bangsawan yang sedang merencanakan kudeta."

"Jadi jika tak ada masalah, kau tak akan menyusulku kemari?" tanya Gane melipat tangan di depan dada menatap Alan tajam.

Alam berdehem, "bukan begitu maksud saya, Yang Mulia." Pemuda itu menunduk tak kuat menatap wajah Gane, bukannya terlihat kejam tapi malah terlihat menggemaskan.

"Sudahlah."

Gane memijat kepalanya pening. Ternyata dia masih hidup dan jiwanya tersesat di raga Prince. Lantas, dimana jiwa Prince yang asli?

"Lalu bagaimana caranya kau bisa ada disini?" tanya Gane mendongak menatap Alan. Sekali lagi Gane merasa kesal karena ia merasa sangat pendek.

Ia memilih duduk di bangku yang ada disana, sembari menunggu penjelasan dari Alan.

"Duduklah," perintah Gane karena ia sudah tak mau lagi mendongak, lehernya sudah sakit.

Alan menceritakan garis besarnya pada Gane.

"Apa?! Jadi kau membuat perjanjian dengan Dewa?! Bisa-bisanya kau ini, tidak tahukah bahwa Dewa itu terlalu licik."

Gane tak habis pikir dengan jalan pikiran Alan, bisa-bisanya dia mempertaruhkan nyawanya demi bisa menemuinya. Untung saja Alan masih hidup, kalau tidak mereka tak akan pernah bisa bertemu lagi. Namun di sisi lain Gane juga tahu, bahwa pengabdian Alan memang tak main-main, sama seperti ayahnya yang rela mempertaruhkan nyawa demi melindungi keluarga kerajaan dan demi negeri mereka.

"Jujur saja, waktu itu saya hampir frustasi karena tak bisa menemukan Yang Mulia dimanapun, padahal sudah berkeliling ke banyak negara. Sampai suatu ketika saya merasakan adanya sebuah kekuatan yang sedang keluar berasal dari negara ini. Saya langsung kemari sampai saya bisa bertemu dengan Yang Mulia di mall kemarin dan maaf jika saya lancang masuk tanpa izin ke kamar Yang Mulia karena saya ingin memastikan sekali lagi, apakah itu benar Yang Mulia atau bukan."

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang