XIII. Val

5.8K 643 29
                                    

Happy reading!
~•~

Gane sudah berada di rooftop sekarang, ia sedang menunggu Arthur yang sejak tadi belum menampakkan batang hidungnya. Berkali-kali Gane melihat jam di tangan kirinya, sudah lewat 10 menit.

Tak lama terdengar suara langkah kaki, akhirnya orang yang ditunggunya datang.

"Kenapa lama?"

"Suka-suka, masih untung gue dateng."

Gane berdecih, dia harus menyiapkan stok sabar yang banyak agar tak kelepasan menghantam manusia menyebalkan yang ada di depannya.

"Mana bukumu?"

"Gue nggak bawa."

"Dasar tidak niat," cibir Gane. Untung saja Gane membawa buku kelas 12 yang dia pinjam dari perpustakaan tadi. Ia membuka buku itu dan mengajarkan Arthur beberapa materi sampai kakak kelas di depannya itu paham. Perlu diketahui bahwa waktu istirahat di sekolah ini cukup panjang yaitu sekitar satu jam. Sebenarnya sekolah ini tidak mengharuskan siswanya menguasai semua mata pelajaran, tapi karena ayah Arthur yang notabenenya perfeksionis apalagi hanya memiliki satu anak jadilah ia menuntut Arthur untuk menjadi perfect. Sistem sekolah disini adalah mereka bisa mengambil pelajaran minat kesukaan mereka, maka dari itu setiap mata pelajaran diharuskan untuk berpindah kelas sesuai mata pelajaran pilihan mereka.

"Argh, gue nggak paham!" Arthur berteriak frustasi.

"Aku ajarkan cara cepatnya." Gane mengambil alih buku itu dan menjelaskan perlahan pada Arthur. Gane menghela napas lega karena akhirnya Arthur perlahan bisa memahaminya. Ternyata ini lebih susah dari mengajarkan sihir pada muridnya waktu masih di dimensinya.

"Paham gue paham." Arthur mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sampai disini aja, bentar lagi masuk. Ada pertanyaan?"

"Nggak ada." Gane mengangguk saja dan membereskan bukunya kemudian pergi dari rooftop tapi terhenti kala Arthur menahan tangannya.

"Emm-makasih lo udah mau ngajarin gue."

"Sama-sama."

Gane turun menggunakan lift, waktu pertama kali menggunakannya ia terkejut sekaligus takjub dengan penemuan-penemuan ini jadi tidak harus lelah-lelah menaiki tangga.

"Darimana?" tanya Liam yang kebetulan berpapasan dengan Gane yang baru saja keluar dari lift.

"Rooftop"

"Ngapain?

"Mengajar Kak Arthur,"

"Mengajar? Ngajarin maksudnya?" tanya Liam mengonfirmasi. Prince ini sering kali menggunakan bahasa baku dan kadang membuatnya sedikit kebingungan.

"Iya."

"Yaudah ayo kita pulang," Liam menarik Gane ke parkiran. Di dalam mobil sudah ada Zero dan Rean. Saat Gane akan masuk ke mobil ia teringat sesuatu, Gane meraba lehernya dan tidak menemukan kalungnya. Satu-satunya benda miliknya yang ikut terbawa ke dimensi ini, tentunya benda itu sangat berharga.

"Sebentar kak, ada yang tertinggal." Tanpa mendengar jawaban dari mereka Gane langsung berlari masuk ke dalam area sekolah dan melewati lorong-lorong yang kini mulai familiar di matanya. Ia mengingat-ngingat lagi dimana kemungkinan kalung itu terjatuh. Sampai di persimpangan lorong ia melihat Arthur dan ternyata kalung yang dicarinya ada digenggamannya, secepat kilat Gane mengambil kalung itu.

"Ternyata bener kalung itu kalung lo," ujar Arthur yang dibalas anggukan oleh Gane. Gane pamit dan masuk ke mobil yang sudah menunggunya sedari tadi. Zero ada di depan kemudi, Liam di sebelah kursi kemudi, dan Rean ada disampingnya.

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang