XXVIII. In Cele din Urma

3K 409 11
                                    

Happy reading!
~•~

"Mereka yang akan mengawasimu selama kami tidak bersamamu, menggantikan Justin."

Gane melihat kedua orang itu bergantian. Bara berambut hitam, memiliki mata coklat terang yang tajam, tubuh tegap tingginya sekitar 186 cm sedangkan Leo memiliki rambut blonde, mata hijau, hidung yang sangat mancung, dan tinggi sekitar 190 cm atau mungkin lebih. Gane jadi iri, kapan dia punya tubuh setinggi itu, tingginya saja disini menciut. Resolusinya di dimensi ini adalah memiliki perut sixpack, doakan saja tercapai, karena di dunia sebelumnya dia sudah memilikinya.

"Terserah," balas Gane karena malas berdebat.

"Jadi jangan coba-coba melakukan hal aneh lagi."

"Hm."

Gane mengacuhkan Allean dan memilih masuk mobil terlebih dahulu. Allean menyusul, tentu saja Bara dan Leo mengikuti mereka dari belakang.

"Ingat apa kata kakak," pesan Allean pada Prince.

"Iya, apa lagi?" ujar Gane kala merasa tangannya ditarik Allean. Allean menunjuk pipi kirinya, Gane mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Ck, cium dulu."

Gane langsung memandang raut jijik. Enak saja, dia tidak sudi! Gane membuka pintu mobilnya, tapi tak bisa. Ia menoleh pada Allean yang pura-pura acuh melihat ke depan.

Cup

"Sudah kan? Buka sekarang."

Klek

Gane langsung ngacir pergi, pipinya memanas. Tangannya melap bibirnya seakan-akan habis terkena najis.

"Kalian jaga adikku," perintah Allean pada Bara dan Leo yang tentu saja langsung dipatuhi.

Allean melajukan mobilnya dengan hati gembira, bibir pemuda itu tertarik membentuk senyuman.

***

Gane berjalan di koridor sekolahnya. Namun entah mengapa ia merasakan semua mata tertuju padanya. Tolonglah ia sangat tahu jika dirinya tampan. Gane berusaha acuh, tapi dia merasa ada langkah kaki di belakangnya sejak tadi, seakan mengikutinya. Ia menoleh ke belakang.

"Kalian?! Jangan mengikutiku!" ujar Gane menghentikan langkahnya. Pantas saja dia diperhatikan seperti dia adalah alien, ternyata memang ada dua alien yang mengikutinya.

"Maaf tuan, tapi ini perintah."

Gane yang jarang berekspresi itu akhirnya mengeluarkan ekspresi sinis. Kemudian berbalik dan melanjutkan jalannya, ia tak menyangka mereka akan mengikutinya sampai kelas. Gane kira, mereka hanya ditugaskan secara sembunyi-sembunyi.

"Gila keren banget, jodoh gue. Denger-denger dia emang dari keluarga konglomerat."

"Iya tuh, mungkin keluarga mafia kali ya yang kayak di film-film itu."

"Ngaco ah kalian, tapi bisa juga sih. Apalagi bodyguardnya ganteng juga weh, boleh nggak sih gue embat aja?"

"Masih gantengan gue kali."

"Ngaca pak, ngaca dulu!"

Gane berjalan tanpa menghiraukan bisikan-bisikan itu.

Liam yang pertama kali melihat Gane masuk kelas pun menghampirinya dan menarik Gane ke mejanya.

"Kamu kemana saja?" tanya Rean. Meneliti keadaan Gane, karena sudah lama sekali tak masuk sekolah. Dari izin yang mereka dengar, Gane tengah ada acara keluarga, tapi dihubungi juga tak ada jawaban makanya mereka sangat khawatir.

"Aku cuma izin, maaf nggak jawab pesan kalian karena ponselku rusak." Gane sendiri tadi sudah diberitahu oleh Aiden jika dia izin tidak masuk sekolah alasannya adalah acara keluarga, tidak mungkinkan jika mengatakan dia diculik yang ada berita itu bisa menyebar kemana-mana.

"Syukurlah, yang penting kamu baik-baik saja," kata Liam merangkul Gane.

Bel sudah berbunyi, Liam dan Rean kembali ke bangkunya. Ia melirik Zero yang ada di sebelahnya, pemuda itu sejak tadi tak bicara apa-apa dan hanya meliriknya sekilas.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi Bu!"

"Seperti yang sudah diberitahukan minggu lalu, sekarang kita akan ulangan harian. Siapkan selembar kertas, ingat jangan ada yang mencontek. Jika ada yang ketahuan mencontek akan langsung diberi nilai 0 dan tentu saja apalagi jika bukan remidi, mengerti?" kata Bu Gina, guru Matematika mereka.

"Iya, Bu."

"Prince kamu ingin ikut ulangan susulan? Biar bisa belajar dulu?" tawar Bu Gina saat membagikan kertas soal ke meja-meja. Ia yakin jika Prince baru tahu tentang ulangan ini sekarang melihat dari ekspresinya, entahlah firasatnya mengatakan jika izin Prince bukan alasan sebenarnya anak itu tidak masuk.

Prince mendongak menatap Bu Gina, kenapa gurunya ini sangat pengertian sekali? Ia akhirnya menggeleng.

"Tidak perlu Bu, saya ikut ulangan sekarang saja," balas Prince. Yah walaupun dia sama sekali lupa dengan materi sekolah. Semoga saja setelah melihat soal, dia jadi ingat.

"Baiklah kalau begitu." Bu Gina memberikan soal ulangan kepada Prince dan Zero di sebelahnya, kemudian meja lainnya.

Gane melihat kertas ulangannya ada 15 soal, 10 pilihan ganda dan 5 essay. Untung saja dia teringat tentang materi ini. Dengan cepat dan tepat ia mengerjakan soal demi soal.

15 menit berlalu, kursi di sebelah Gane berderit, bersamaan dengan itu juga ia selesai mengerjakan soal. Ternyata Zero yang bangkit dari duduknya dengan membawa kertas ulangannya, Zero mengumpulkan ke depan.

Gane juga ikut mengumpulkan, seisi kelas memperhatikan mereka berdua.

"Kalian sudah yakin? Tidak ingin dikoreksi ulang?"

Keduanya serempak menggeleng. Bu Gina hanya menghela napas dan memperbolehkan mereka keluar. Punya murid kelewat pintar memang sesuatu.

Gane berjalan di belakang Zero. Mereka berhenti setelah keluar kelas. Baru saja Gane akan bicara, tapi Zero berlalu pergi begitu saja.

"Dia... Kenapa?" tanya Gane entah pada siapa. Ia bingung dan mencoba mengingat-ingat kalau- kalau dia berbuat kesalahan pada Zero, tapi nihil. Akhirnya Gane memutuskan untuk mengikuti Zero dan menanyakan tentang sikap pemuda itu yang aneh padanya. Gane berlari menyusul Zero yang sudah melangkah sangat jauh.

Zero masuk ke sebuah ruangan dan menutup pintu. Gane berdiri di depan pintu itu dengan terengah-engah sembari berfikir, dia lebih baik masuk atau tidak. Tapi bisa saja pintu itu dikunci. Ia sendiri baru tahu jika ada ruangan disini.

Akhirnya setelah bergelut dengan pikirannya, Gane membuka pintu itu dan untunglah pintu itu tak dikunci.

"Kak Zero." panggilnya. Matanya menelusuri ruangan ini, seperti ruangan santai? Kenapa bisa ada ruangan seperti ini di sekolah?

"Apa?"

Gane menoleh ternyata Zero ada dibelakangnya, bersandar di samping pintu dengan tangan di depan dada, melihat dirinya tanpa ekspresi.

Seketika Gane blank, tak tahu ingin bicara apa.

"Kak Zero kenapa PMS?"

"Kak Zero kenapa PMS?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25/01/23

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang