XXVI. Furios

3.4K 444 16
                                    

Happy reading!
~•~

Gane menatap jengah ketiga kakaknya yang sekarang memenuhi kamarnya. Allean yang tengah menyuapinya, Aace yang mengecek tubuhnya karena masih heran kenapa Prince jadi aneh dan Argon yang dari tadi menggigiti pipinya.

"Kak Argon diem!" rengek Gane. Dia sebal, pipinya sakit. Argon pikir pipinya itu permen apa?! Mana tangannya masih diborgol pula jadi satu. Benar-benar ini adalah hukuman yang sebenarnya. Kalau tau akan begini, dia menyesal tadi memilih dihukum.

Argon berhenti menggigiti pipi Prince. Sekarang lelaki berkaos Ultraman itu memilih memeluk sang adik.

"Kak Aace juga, aku sudah tidak apa-apa."

Aace mengangkat tangannya pertanda menyerah dan memilih duduk di kasur. Jadilah kasur itu penuh dengan empat bersaudara.

"Udah kak," kata Gane pada Allean. Dia sudah kenyang, apalagi yang dimakannya adalah makanan bernama bubur yang tak bertekstur. Sungguh keterlaluan! Mulai sekarang ia benci dengan makanan yang bernama bubur.

"Ya sudah, ini minum dulu."

"Kak Argon berat," ujar Gane meronta-ronta agar terlepas dari cengkraman buaya. Karena kasihan Argon melepaskan pelukannya.

"Makanya jadi anak jangan bandel."

Argon mencubit pipi Prince gemas.

"Mending kalian pergi, aku mau tidur."

"Kamu ngusir?"

"Iya." Gane berkedip-kedip, membuat ketiga lelaki lain di ruangan itu tak tahan ingin menguyel-nguyel prince.

"Argon, Aace pergi," usir Allean. Membuat yang diusir tak terima.

"Nggak bisa, aku disini."

"Mau uang jajanmu dipotong?" ancam Allean.

"Ngancem terosss, laki bukan?"

Ucapan itu membuat Allean memberikan tatapan laser pada Argon. Argon memilih kabur, setelah mencium Prince.

"Aace."

"Apa?" jawab Aace malas.

"Pergi."

"Nggak! Aku mau disini aja, sama bocah gemoy. Mending Kak Alle aja yang pergi, menuh-menuhin kamar ini aja. Pasokan udara di kamar ini jadi berkurang, Kak Alle kan kalau napas rakus."

Aace mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir Allean.

Allean mendekat pada Aace dan memiting leher Aace, menyeretnya keluar.

"Kejam banget sih," kata Aace mengelus-elus lehernya, memang kekuatan Allean bukan main, sekelas Hulk.

"Kak–"

Brak

Allean menutup kamar Prince tepat di depan muka Aace. "Sepupu sialan," dengus Aace lalu memilih pergi, karena percuma saja melawan Allean, menghabiskan tenaga.

Gane sedari tadi mendapat tontonan gratis, lumayan untuk hiburan. Dia kira Allean akan ikut keluar, tapi ternyata tidak. Allean malah kembali masuk dan mendekatinya.

"Tidur."

"Makanya keluar."

"Siapa suruh nakal." Allean baru teringat jika dia belum menasehati adiknya itu.

"Siapa yang nakal?"

"Kamu, jangan diulangi, bahaya. Untung masih selamat, coba kalau tidak."

"Yaudah goodbye," balas Gane enteng.

SWITCH PRINCE [END]Where stories live. Discover now