XXIX. Mâncare Nouă

2.7K 412 7
                                    

Happy reading!
~•~

Zero menatap Prince tak percaya, tapi tetap berusaha mendatarkan ekspresinya. Dia ini lelaki tulen, mana mungkin PMS.

Gane baru teringat jika PMS itu untuk perempuan, pasti Zero semakin marah padanya.

"Mmm.. Kak Zero marah?"

Zero duduk di sofa diikuti Gane.

Sepuluh menit mereka terdiam. Gane yang tak tahan mencolek lengan Zero dengan jari telunjuk berkali-kali.

"Maaf kalau aku punya salah."

Tidak enak kan jika didiami oleh orang yang dikenal.

"Siapa?" tanya Zero tiba-tiba.

"Apa?" balas Gane bingung.

"Yang salah."

"Aku?"

Helaan nafas terdengar.

"Kamu tidak salah."

"Terus kenapa diam-diam?"

Zero diam tak membalas. Gane sebal dengan Zero, alhasil dia mengalihkan pandangan asal tak menatap Zero. Zero yang memperhatikan hal itu menaikkan satu alisnya. Sebenarnya Zero ingin sekali marah dengan orang yang sudah dia anggap adik ini karena tak bisa dihubungi. Tak tahukah jika dia khawatir? Dan tiba-tiba saja muncul di sekolah dengan wajah tak bersalahnya. Lama-lama ia gemas dengan tingkah Prince yang sekarang malah memasang wajah melas dan cemberut, seakan ada awan mendung di atas kepalanya. Tak tahan, Zero mencubit pipi Prince.

"Aduh, sakit tau." Gane melepas tangan Zero yang mencubit pipinya.

Brak

"Ada apa Tuan Muda?" tanya Bara yang tiba-tiba masuk bersama Leo. Mereka bertiga melihat Prince tengah mengelus pipinya.

"Anda sudah menyakiti Tuan Muda," ujar Leo pada Zero yang menatapnya heran.

"Siapa?" tanya Zero melirik Prince.

"Mereka hanya manusia kurang kerjaan."

Zero menatap mereka menyelidik, dia tau pasti mereka adalah bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga bocil di sebelahnya ini.

"Lebih baik kalian pergi," usir Gane tak nyaman. Leo dan Bara sungguh menguji kesabarannya, padahal dia sudah senang tadi tak ada mereka yang mengikutinya saat keluar dari kelas, tapi sepertinya dia saja yang terlalu positive thinking.

"Tuan Muda yakin tidak apa-apa?" tanya Bara memastikan.

"Yakin."

"Ayo," ajak Zero menggandeng tangan Prince, menariknya pergi. Lebih baik mereka ke kelas sekarang karena sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai.

***

Gane menatap jengah Bara dan Leo. Dua orang ini benar-benar, bahkan dia makan di kantin dengan teman-temannya saja, mereka malah berdiri di belakangnya.

"Prince, mau apa?" tanya Liam.

"Kakak apa?"

"Seblak."

"Yaudah samakan aja."

"Itu tidak baik untuk lambung anda tuan, karena terlalu pedas," kata Bara.

Gane berdecak, ia menarik napasnya perlahan berusaha bersabar.

"Mending siomay saja," kata Reon memberi sinyal pada Liam.

"Iya siomay."

"Mau kakak suapin?" tanya Reon. Gane menggeleng, dia tidak mood makan. Kenapa sih orang-orang ini berlebihan sekali? Makan sesuatu yang pedas kan tidak akan membuat mati, lagipula pedasnya masih wajar.

SWITCH PRINCE [END]Where stories live. Discover now