XLVI. Petrecere Supărătoare

1.5K 196 0
                                    

Happy reading!

Vote dulu yuk sekarang ⭐
~•~
(Tolong tandai kalau ada typo, thanks)

Pesta ulang tahun Irene de Halls berjalan sangat meriah. Ruangan aula didekor dengan dekorasi yang mewah. Tema pesta ini adalah pesta topeng. Gane sendiri juga menggunakan topeng berwarna emas yang memiliki corak khas kerajaan.

Gane berdecih dalam hati, mendadak pemuda itu menjadi kesal lagi karena harus repot-repot datang kemari hanya karena pesta tak penting ini.

Daripada duduk di singgasana yang disediakan, Gane memilih berdiri di pojok ruangan dengan minumannya setelah tadi berbasa-basi sedikit dengan orang-orang.

"Aku dengar baginda raja juga datang kemari."

"Memang, aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Apakah mungkin putri Duke Halls yang akan memiliki tahta menjadi ratu di masa depan?"

"Entahlah, mungkin saja. Tidak mungkinkan Yang Mulia repot-repot datang kemari. Bahkan aku dengar beliau jarang sekali datang ke pesta, mungkin hanya pesta tingkat bangsawan tinggi saja."

"Putri Irene memang orang yang sempurna, tapi aku masih percaya diri jika aku lebih daripada dia."

"Kita lihat saja nanti siapa yang akan menduduki kursi ratu."

"Lagipula siapa yang tak menginginkan posisi kedua tertinggi di negeri ini, apalagi raja kita adalah raja muda yang sangat tampan. Aku tak rela jika beliau harus menikah dengan putri dari kerajaan lain."

Gane mendengar semua itu, dia hanya menatap datar mereka. Tiga orang putri bangsawan. Jika tak salah mereka adalah putri Marquess Vinega, Duke Yale, dan Grand Duke Laviér. Usia mereka sepertinya tak jauh darinya.

Memang para wanita suka sekali bergosip! Ia bahkan sama sekali belum kepikiran tentang hal itu.

"Hah, ada-ada saja."

"Yang Mulia terlihat sangat bosan sekali sepertinya."

Sebuah suara membuat Gane menoleh. Ternyata Pangeran Arden, Gane meminum minumannya, hanya sari buah, dia sama sekali tak ada niat membalas ucapan Arden. Tadinya dia ingin mengambil anggur, tapi Alan melarangnya dan malah akan memerintahkan pelayan untuk membuat susu untuknya, harga dirinya mau diletakkan dimana?! Memang asisten pribadinya itu sungguh sesuatu.

Merasa diacuhkan, Arden mendekat dan berdiri di samping Gane. Ikut melihat apapun yang dipandang Gane.

Sudah saatnya berdansa, hampir semua orang sudah berkumpul di lantai dansa, tentu saja Gane tidak termasuk.

Musik perlahan mengalun, mengiringi orang-orang berdansa.

"Anda tak ingin ikut berdansa?" tanya Arden setelah lama terdiam.

"Tidak."

"Sayang sekali."

"Sana kau berdansa, agar tak mengangguku lagi," usir Gane.

"Sungguh hati saya sakit karena Yang Mulia dengan teganya berucap kejam seperti itu," ucap Arden dengan nada terluka yang dibuat-buat.

Gane sangat heran, ia baru pertama kali menemui pangeran banyak drama seperti ini. Pemuda itu memilih mengabaikan lagi presensi Arden. Walaupun dia merupakan pangeran kekaisaran, tapi untungnya dia memiliki tingkat yang lebih tinggi. Gane hanya berharap, Arden tak akan jadi kaisar di masa depan karena ia tak bisa membayangkan bagaimana nasib negerinya.

"Sebentar, kenapa kau ada disini?" tanya Gane setelah menyadari bahwa seharusnya Arden tak ada disini. Walaupun dia diundang, alangkah kurang kerjaannya sampai rela datang ke pesta ulang tahun salah satu putri duke.

"Entahlah, saya hanya merasa bosan."

"Kau diundang?" tanya Gane skeptis.

"Tidak, tapi pasti duke tidak akan keberatan saya ada disini." Arden mengendikkan bahu acuh.

Benar, pastinya Duke Halls malah sangat merasa terhormat dan bangga karena pangeran kekaisaran tetangga menyempatkan waktunya datang di pesta ulang tahun putrinya. Bahkan tanpa permintaan sekalipun.

"Kau ini tidak ada kerjaan sekali ya?"

Gane menggelengkan kepalanya heran. Jadi Arden masuk kemari sebagai penyusup, sungguh pangeran yang sangat kurang kerjaan.

"Hobi saya berkelana, apalagi di negeri ini banyak hal-hal menarik," ujar Arden melirik Gane.

"Seperti apa?" Gane tiba-tiba menjadi penasaran.

"Saya penasaran dengan seorang pangeran yang katanya sangat cerdas dan brilian di usianya yang masih sangat muda, sekarang dia sudah naik pangkat."

Entah kenapa Gane merasa Arden membicarakan dirinya. Apalagi melihat tatapan Arden yang tak biasa.

"Oh."

Gane mengalihkan pandangannya lagi ke lantai dansa. Ia melihat Cleon berdansa dengan seorang gadis bangsawan dengan wajah dinginnya. Sedangkan Irene juga, gadis itu terlihat mencari sesuatu. Pandangan mata mereka bertemu, gadis itu tersenyum, padanya?

"Sepertinya putri Duke Halls menyukai anda." Arden menyesap anggurnya.

"Aku tak peduli," balas Gane acuh.

"Anda sangat dingin sekali, tapi bagus anda masih sangat muda untuk hal itu dan masih terlalu dini memikirkannya."

Gane menaikkan alisnya.

"Kau mengatai aku anak kecil?!"

"Bukan saya yang bilang." Arden menatap Gane dengan jenaka, tapi di mata Gane, Arden mengejeknya.

"Cih kau memang menyebalkan."

"Terimakasih atas pujiannya Yang Mulia. Sepertinya saya harus pergi, sampai juga lagi."

***

"Bukankah cuaca sore hari ini sangat menenangkan Yang Mulia."

"Ya, kau benar."

Disinilah Gane, terjebak di pesta teh keluarga Halls yang diadakan di taman utara kediaman Halls. Padahal awalnya dia hanya akan mengajak Cleon berbincang sebentar, tapi malah berakhir duduk disini.

Pelayan datang membawakan teh.

"Silahkan diminum Yang Mulia, ini adalah teh putih dari perkebunan kami. Tidak akan anda jumpai di tempat lain."

Gane mengangguk dan mulai menyesap tehnya. Dahinya mengernyit saat indra perasanya merasakan rasa dari teh ini.

"Bagaimana Yang Mulia?" tanya Duke Halls, dengan seringaian di akhir.

Uhuk uhuk

Gane jatuh pingsan.

"Yang Mulia!!!"

"Yang Mulia!!!"

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

31/03/23

SWITCH PRINCE [END]Where stories live. Discover now