XXII. Tîntă

3.8K 501 25
                                    

Happy reading!
~•~

"Tidak," jawab Gane tanpa berpikir dua kali. Ada-ada saja pemuda yang lebih tua tujuh tahun di depannya ini. Mungkin saja dirinya tak bisa keluar selangkah pun jika tinggal disini. Yah walaupun saat tinggal dengan keluarganya juga sama saja.

"Lihat saja nanti," kata Alvonzo.

Mereka berdua terdiam memandangi taman yang indah ini. Alvonzo hanyut pada kenangan bersama sang ibu, sedangkan Gane memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari tempat ini. Dia sudah berkeling-keliling tapi masih saja tak menemukan jalan keluar.

"Aku bosan," ujar Gane mengalihkan perhatian Alvonzo.

"Bukankah tadi kau sudah bermain dengan Bunny?"

Gane memandang Alvonzo sinis, yang ada dia yang dipermainkan oleh Rowen.

"Ingin pulang, tidak ada yang seru disini."

"Siapa bilang tidak ada yang seru, bagaimana kalau kita bermain tembak-tembakan?" tawar Alvonzo yang langsung saja menarik perhatian Gane. Gane merasa apa yang dibicarakan Alvonzo adalah sesuatu yang menarik, dia ingin sekali memegang yang namanya tembakan.

"Yasudah kalau tidak mau," ujar Alvonzo sengaja menggoda Gane yang tengah berpikir.

"Aku mau," sahut Gane cepat. Kali ini awas saja kalau Alvonzo mempermainkannya.

Alvonzo mengajak Gane ke belakang mansion besar ini. Disini banyak anak buah Rowen yang tengah berlatih menembak. Gane menatap takjub mereka semua.

"Ingin mencoba?"

"Mana? Mana? Mana?!" Gane terlihat sangat excited, terakhir kali dia merasakan hal seperti ini adalah saat pertama kali belajar sihir.

Alvonzo memberi kode bawahannya untuk menyingkir. Sekarang anak buah Rowen yang juga merupakan anak buah Alvonzo telah digantikan oleh Gane. Sebelumnya tentu saja Alvonzo menjelaskan aturan dan cara pakai senapan ini pada Gane.

Gane bersiap di posisinya untuk menembak target yang jauhnya lima puluh meter darinya.

Dorr

Tembakan pertama Gane tepat sasaran membuat Alvonzo tak percaya melihatnya, bagaimana bisa? Padahal tadi Alvonzo hanya menjelaskan seadanya, tapi Gane bisa mengeksekusinya dengan baik.

"Kau yakin tidak pernah belajar menggunakan senjata ini sebelumnya?"

"Belum," balas Gane singkat, anak itu mulai fokus dengan target lainnya.

"Sepertinya kau cocok menjalani pekerjaan yang sama denganku," kata Alvonzo.

"Pekerjaan apa?"

"Sudah lupakan saja, fokuslah pada targetmu."

Alvonzo memilih duduk memperhatikan Gane. Lihat sampai berapa lama anak itu akan bertahan dan puas dengan latihan ini. Bahkan dari target pertama sampai saat ini, tak ada satu peluru pun yang meleset, sungguh luar biasa pikir Alvonzo. Mungkin Gane memang anak yang jenius dan mudah memahami, tapi skill ini seharusnya tak bisa dengan mudah dipraktikkan, apalagi oleh pemula.

Satu jam telah berlalu, tapi Gane masih betah dengan senapannya. Lihat saja sekarang sudah ada bawahan Alvonzo yang menjadi kelinci percobaan dengan meletakkan apel sebagai target di atas kepala bawahannya. Bawahan Alvonzo bernama Denis. Denis sendiri hanya bisa pasrah dan berdoa pada Tuhan, semoga ini bukan hari terakhirnya. Memang daritadi juga Denis sudah melihat kemampuan Gane dalam menembak, tapi tetap saja Gane masih pemula dan baru pertama kali memegang senjata itu. Keringat dingin sudah membasahi pelipisnya, tapi tidak ada tanda-tanda Gane akan berhenti.

"Tenang saja aku tidak akan membunuhmu, rileks."

"B-baik Tuan Muda." Yang bisa Denis lakukan hanya memejamkan mata. Walaupun ini latihan, peluru yang digunakan bukan main-main bahayanya.

"Bagaimana kalau targetnya diganti, menggunakan kelereng mungkin?"

"A-ampun Tuan Muda, s-saya sudah ti-tidak kuat," setelahnya Denis pingsan. Padahal Gane hanya berniat bercanda saja.

Alvonzo memerintahkan anak buahnya yang lain untuk membawa Denis ke ruang kesehatan. Sungguh malah sekali nasibnya. Alvonzo berpikir jika Gane memiliki jiwa kejam yang tersembunyi di wajah menggemaskan itu.

"Baiklah, sudah cukup untuk hari ini, saatnya istirahat dan makan siang."

"Aku masih ingin disini, latihan memanah sepertinya seru," ucap Gane.

"Tidak ada, sudah cukup."

Alvonzo mengangkat Gane ke dalam gendongannya.

"Ringan sekali," ejek Alvonzo yang mendapat pukulan dari Gane.

"Enak saja, kau saja yang raksasa."

"Sudah diam atau ku lakban mulut manismu itu."

Gane reflek menutup mulutnya. Enak saja dia akan di lakban. Beda lagi dengan Alvonzo yang malah terkekeh dan mencium kedua pipi remaja yang ada dalam gendongannya ini.

"Jangan cium-cium, kau itu virus!" teriak Gane, tapi Alvonzo tak menghiraukannya.

Mereka sampai di meja makan. Hanya ada mereka berdua disini, karena Rowen sedang ada urusan di luar yang tak bisa ditinggalkan.

"Kalian vegetarian?" tanya Gane yang baru saja tersadar. Pantas saja sebelumnya rasa makanannya agak berbeda, rupanya semua dibuat dari lemak nabati, kacang-kacangan dan sayuran.

"Lebih tepatnya tidak memakan daging."

"Sama saja kalian itu herbivora."

Walaupun sebenarnya Gane tidak begitu suka, dia akan memakan makanan ini karena ia sangat lapar setelah berlatih tadi.

"Terserah saja, memangnya kau ini apa?" tanya Alvonzo. Ia orang yang sedikit bicara, tapi dengan anak di depannya ini entah kenapa ia ingin terus menanggapi ocehan Gane.

"Tentu saja aku karnivora."

"Baiklah, mulai besok akan disediakan daging untukmu. Kau mau daging apa? Unta? Kuda? Atau jerapah?"

Perkataan Alvonzo membuat Gane tersedak. Untung saja dia tidak mati, karena tidak akan lucu kalau nantinya akan ada berita di televisi tentang "Seorang remaja lelaki meninggal karena tersedak brokoli." Sangat tidak keren sama sekali.

"Aku menarik ucapanku tadi yang berkata kalau kau adalah herbivora, aku yakin 100% kalau kau ini kanibal."

"Entahlah, mau dibuktikan? Sepertinya di depanku ini ada santapan lezat." Alvonzo menatap Gane yang duduk di depannya.

"Apalagi darahmu pasti lezat."

"Kau pasti titisan Sumanto ya?! Mengakulah!!!" Gane mengacungkan garpu ke arah Alvonzo.

"Kau pasti titisan Sumanto ya?! Mengakulah!!!" Gane mengacungkan garpu ke arah Alvonzo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Happy weekend, besok Senin 🤝🏻

Gane ada jiwa-jiwa lawaknya ternyata 😌

Yok vomment, biar lebih semangat lanjutnya 🙃

See ya!

30/10/22

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang