XVII. Lôc de joáca

5.1K 559 12
                                    

Happy reading!
~•~

Gane memberenggut kesal. Memangnya tubuhnya seringan itu apa sampai mudah sekali diangkat-angkat.

"Kakak mengagetkanku! Mana Kak Argon?"

"Sudah kakak usir."

"Jahat sekali," cibir Gane tentunya masih bisa didengar oleh Alle.

"Kakak memang jahat, kamu baru tahu?"

"Hm sudahlah." Gane bersedekap dada dengan bibir memberenggut kesal. Alle yang gemas menciumi pipi adiknya itu.

"Jangan cium-cium!! Najis."

"Berani ya kamu sekarang."

Alle menggelitiki Gane sampai Gane berteriak kegelian.

"Ampun kak hahaha, berhenti." Alle akhirnya berhenti menggelitiki Gane. Kasihan juga adiknya itu sampai berkeringat padahal ruangan ini ber-AC.

"Tumben sudah pulang," Gane berucap, menggangu acara membacanya saja. Bukunya bahkan jadi tertutup lagi dan dia lupa tadi sampai halaman berapa.

"Jadi kamu tidak suka kalau kakak pulang cepat?" tanya Alle tajam membuat Gane langsung panik.

"T-tentu saja bukan begitu, kakak serius sekali sih mana mungkin aku seperti itu," kilah Gane.

"Ini sudah siang, sebaiknya kita makan." Alle berdiri dengan Gane di gendongannya.

"Aku bisa berjalan sendiri!"

"Diam."

Sampailah mereka di meja makan. Sudah ada Argon disana yang melihat Alle dan Gane dengan tatapan iri. Memang kakak pertamanya itu sangat menyebalkan. Baru saja ia menghabiskan waktu sebentar dengan adik tersayangnya tapi kakaknya malah datang dan mengusirnya. Alle mendudukkan Gane di bangku seberang Argon, lalu dia duduk di sisi kiri Gane. Saat Gane akan mengambil nasi, tangan Alle lebih cepat mengambil piringnya dan mengisinya dengan nasi dan lauk. Gane tidak bisa tidak melebarkan matanya kala melihat makanan yang diambil untuknya sangat banyak.

"Banyak sekali kak."

"Biar kamu cepat besar."

"Tapi ini terlalu banyak," protes Gane.

"Jadi kamu minta disuapi? Baiklah."

Argon yang melihat tingkah laku Alle hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kakaknya itu pura-pura tidak peka atau bagaimana sih, dia heran.

"Sabar ya Prince," kata Argon.

"Buka mulut," ucap Alle dan mau tak mau Gane membuka mulutnya dengan tak ikhlas, membiarkan Alle menyuapinya.

***

Gane tidak ada kerjaan sama sekali, akhirnya ia memilih melihat televisi. Ternyata bagus-bagus juga acaranya. Kali ini ia melihat kartun spons kuning dan bintang laut yang menurutnya sangat lucu. Saat sedang seru-serunya Argon duduk di sebelah kanannya dan memeluknya. Gane langsung berusaha melepaskan diri tapi tak bisa akhirnya ia membiarkan saja daripada lelah sendiri dan memilih kembali fokus pada tontonannya. Awalnya memang Gane geli sendiri karena tidak pernah diperlakukan seperti ini, tapi lama-lama dia terbiasa.

Ekhem

Argon dan Gane menoleh, ada Alle yang sekarang ikut duduk di sebelah kiri Gane.

"Kamu bosan?" tanya Alle sembari mengelus kepala Gane. Alle baru saja menyelesaikan berkas-berkas perusahaan yang harus diurus.

"Iya," balas Gane singkat.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tawar Alle.

"Kemana kak?" tanya Gane antusias, akhirnya ia bisa keluar juga dari tempat membosankan ini.

"Bagaimana kalau taman bermain?"

"Aku ikut," kata Argon.

"Hm."

"Ayo ayo!" Tak sadar Gane melompat-lompat saking girangnya.

"Ganti baju dulu."

***

Mereka bertiga sampai di sebuah taman bermain terbesar di kota ini. Jangan lupakan pengawal mereka yang juga ikut serta, apalagi kondisi disini sangat ramai jad penjagaan harus ketat karena mereka termasuk keluarga pebisnis berpengaruh di negara ini.

"Woah ramai sekali," ucap Gane melihat banyaknya orang berlalu lalang. Sudah lama ia tidak ke keramaian seperti ini. Gane menundukkan kepalanya, ia teringat jika terakhir kali dia berada di keramaian adalah saat pengangkatannya sebagai Raja sekaligus rencana pembunuhan dirinya.

"Kenapa kamu kelihatan sedih?" tanya Argon yang menyadari ekspresi Gane, Alle ikut melihat Gane benar saja. Bahkan mata Gane terlihat berkaca-kaca.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Alle menepuk pundak Gane. Gane tersadar, dia telah berada di dimensi yang berbeda. Ia menegarkan hatinya dan mendongak seraya tersenyum yang sepertinya terlihat sangat dipaksakan.

"Aku tidak apa-apa kak," jawab Gane.

"Benar? Atau lebih baik kita pulang saja?" tanya Alle khawatir.

"Jangan, kita sudah sampai disini. Ayo kak kita main," Gane menarik tangan kedua kakaknya itu.

Pandangan Gane terpaku pada sebuah kereta yang melaju di rel yang sangat tinggi, bahkan meliuk-liuk. Ia sebisa mungkin melupakan masalahnya. Disana tertulis Roller Coaster.

"Kamu mau coba?" tanya Argon tidak yakin. Ia bergidik ngeri, dia memiliki trauma dengan wahana itu, karena dulu pernah saat menaikinya tiba-tiba saja mesin berhenti mendadak. Padahal mereka sedang ada di rel paling puncak, saat itu ia hanya bisa berdoa kalau ini akhinya tolong hapuskan dosa-dosanya yang banyak itu.

Gane mengangguk, mana mungkin ia melewatkan kesempatan menaiki wahana yang terlihat sangat seru itu. Teriakan orang-orang di atas sana yang membuktikannya.

"Lebih baik kamu naik komedi putar saja," kata Alle memberi saran, dia juga khawatir kali ini akan terjadi hal yang sama seperti Argon waktu itu.

Gane memasang wajah sedih, ia memandang Alle penuh permohonan. "Aku mau naik itu kak ya ya ya?"

Alle bertatapan dengan Argon sejenak. Namun Argon memalingkan mukanya. Alle menghembuskan nafasnya, kemudian mengangguk.

"Yasudah ayo, kakak temani. Argon, kamu disini."

Argon mengangguk dan memilih duduk di salah satu bangku sambil menatap kakak dan adiknya yang saat ini sedang melewati jalur VIP pass. Dia berdoa dalam hati semoga tidak terjadi apa-apa.

Alle dan Gane sudah duduk di bangkunya. Kebetulan sekali mereka mendapatkan tempat duduk paling depan. Mesin sudah dinyalakan, kemudian kereta berjalan perlahan kemudian tiba di kecepatan penuh.

"Aaaaaaaaa!!!"

"Aaaaaaaaa!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

After a long time ago akhirnya, sadar banget sih kalau ceritanya sangat amat slowup tapi ya gimana lagi :)

Jangan lupa vomment

See ya!

12/04/22

SWITCH PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang