XIX. Ceartă

3.9K 468 9
                                    

Happy reading!
~•~

Perjalanan menuju ke mansion berjalan dengan damai sampai sang sopir mengerem mendadak karena ada sebuah mobil menghadang.

Argon dan Alle langsung siap siaga mengambil pistol yang tersimpan di dashboard mobil untuk berjaga-jaga.

"Kamu disini dulu Prince, jangan keluar sampai keadaan aman," ucap Alle pada Gane yang dibalas anggukan.

Argon dan Alle keluar dari mobil dengan gerakan siaga setelah sebelumnya menghubungi anak buahnya untuk menyusul jika setengah jam musuh masih belum bisa dilumpuhkan.

Orang-orang berbaju hitam pun keluar dari mobil itu dengan satu orang yang sepertinya pemimpin mereka karena yang lain terlihat hormat padanya.

"Mau apa kalian?!"

"Kenapa harus bertanya kalau sudah tahu jawabannya wahai tuan muda," balas musuh dengan smirknya.

"Kau tidak akan bisa membunuh kami," ucap Argon tenang.

"Yah aku tidak akan menyangkal, tapi mungkin aku bisa membunuh seorang bocah yang ada di mobil itu. Bukankah bocah itu sangat berharga bagi kalian?"

"Kau?! Jangan berani menyakiti adikku."

"Hahahahaha kita lihat saja nanti."

Baku hantam dan baku tembak pun tak bisa terelakkan.

Sedang di sisi lain. Gane melihat perkelahian itu dengan sangat antusias. Ini yang ia lihat di televisi waktu itu. Tentu saja ada rasa khawatir melihat kedua kakaknya tengah bertempur dengan musuh, apalagi mereka berdua melawan musuh yang jumlahnya mungkin sekitar 10 orang karena ternyata ada satu mobil lagi yang ikut menghadang.

Suara tembakan-tembakan itu memekakkan telinga, ini saja ia masih ada di dalam mobil. Gane baru saja ingin keluar untuk membantu kakaknya tapi mobil ini tak bisa terbuka.

"Maaf Tuan Muda, anda dilarang keluar, di luar sangat berbahaya," kata sang supir yang mengunci pintu mobil dari kemudi.

"Bukankah lebih baik kau keluar membantu mereka?"

"Saya ditugaskan untuk menjaga anda."

"Persetan, cepat keluar dan bantu mereka!" Gane meninggikan nada bicaranya membuat supir yang merangkap menjadi bodyguard itu terkejut. Entah mengapa ia merasa takut merasakan aura yang keluar dari anak majikannya itu dan mau tak mau melaksanakan perintah Gane sambil tetap memantau dari luar.

Dok dok dok

Kaca mobil di sebelah Gane digedor-gedor dari luar.

"Keluar kau adik kecil yang manis, Om punya permen untukmu rasanya enak sekali."

Gane yang mendengar itu hanya menaikkan alisnya. Apa orang jelek itu bilang? Menawarinya permen? Harga dirinya terluka mendengarnya.

"Keluar sekarang atau om pecahkan kaca mobil ini." Orang itu menodongkan senjata siap menembak kaca mobil ini.

Gane tetap diam tak mengindahkan ucapan tua bangka disampingnya. Dia yang memimpin orang-orang tadi.

Tua bangka yang seumuran dengan ayahnya itu memanggil anak buahnya. Tentu saja ucapan tadi hanya gertakan belaka karena kaca mobil itu di desai anti peluru dan anti pecah dan siapa sangka anak itu tak terpengaruh dengan ucapannya dan malah menguap karena bosan.

Anak buah orang itu mengotak-atik pintu mobil hingga akhirnya pintu itu terbuka. Gane yang tahu akan hal itu sudah keluar dari pintu yang berlawanan.

"Hahaha pintar sekali kau bocah." Pria bernama Rowen itu terkekeh melihat tingkah anak bungsu dari musuhnya. Rowen kira anak itu lemah, tapi yang dilihatnya sedari tadi adalah anak yang tak takut bahkah saat dirinya terancam bahaya sekalipun, menarik sekali.

"Ayo kemari bersama om."

Gane dengan cepat menjauh dari Rowen dan anak buahnya. Supir mereka tadi terlalu fokus melawan 3 orang sehingga sudah tak bisa memfokuskan perhatiannya pada Gane.

"Tidak akan."

"Jangan takut, om tidak gigit kok. Ashley tangkap anak itu."

Langkah Gane yang tak seberapa dengan orang-orang berbadan besar itu tentu saja kalah cepat. Orang yang bernama Ashley itu menarik kerah baju Gane sehingga langkahnya terhenti.

"Lepaskan!!!"

Rowen mendekat kala mengetahui anak buahnya sudah menangkap Gane. Mereka tengah ada di perkebunan sawit yang ada di pinggir jalan tadi.

"Lepaskan As."

Ashley menuruti perintah tuannya.

"Apa mau kaliah hah?" tanya Gane sembari mengatur napasnya yang terputus-putus akibat berlari dengan sekuat tenaga. Fisik tubuh ini memang lemah, ia menyesalkan hal ini.

"Tadinya om ingin membunuhmu, tapi saat tahu ternyata kau semenarik ini sepertinya lebih baik kita bermain-main dulu, bagaimana?"

"Cih, aku tak sudi."

"Perkataanmu tajam sekali hahaha aku suka ini."

Rowen memberi perintah lewat tatapan mata yang langsung dipahami oleh Ashley. Saat Ashley ingin mengikat tangan Gane, Gane langsung menghindar. Ia menendang perut Ashley dengan keras, Ashley yang tak menyangka akan serangan itu terhuyung dan terbatuk.

"Wow luar biasa." Rowen berdecak kagum dengan kemampuan Gane yang sangat cepat dan lincah. Anak dari musuhnya sangat luar biasa sekali. Ia kira anak itu manja, cengeng, dan mudah dibohongi. Bak lampu yang ada di kepalanya, Rowen mendapay ide cemerlang.

"Bagaimana kalau satu lawan satu, kau dengan Ashley. Kalau kau menang kau bebas tapi kalau kau kalah, kau harus ikut kami, bagaimana?"

"Baiklah siapa takut," balas Gane tanpa berpikir dua kali. Rowen tersenyum miring mendengar Gane yang menerima tantangannya tanpa berpikir lagi.

Ashley dan Gane berhadap-hadapan. Gane menyerang, Ashley dengan gerakan cepat menangkisnya. Pertarungan begitu sengit, sampai keduanya sama-sama kelelahan. Keringat Gane mengucur dengan deras dan ia mulai tak fokus. Rowen yang melihat gelagat Gane, berdiri di belakang tubuh anak itu.

Gane merasakan sebuah tusukan di lehernya dan kesadarannya pun hilang.

"Kau licik tuan."

"Seperti kau tak tahu aku."

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Dah lama tidak up, gak kerasa banget 😅 soalnya nunggu si wangsit datang lama bet wkwk

Btw mau tanya dong, kalian pada suka cerita latarnya kerajaan atau kehidupan sehari2 masa sekarang?

Jangan lupa vomment ✨

See ya!

24/09/22

SWITCH PRINCE [END]Where stories live. Discover now