Part 6. Calon Imam

27 4 1
                                    

"Asalamualaikum, Calon Imam! Slebew!" Maapkeun author numpang lewat! 😂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Asalamualaikum, Calon Imam! Slebew!" Maapkeun author numpang lewat! 😂

"Assalamualaikum." Suara lembut seseorang disusul mengetuk pintu secara perlahan seakan tak asing bagiku, itu pasti Gus Rayhan.

Tentu saja, siapa lagi keluarga dalem yang mau mengetuk pintuku di Subuh seperti ini. Aku yang masih mengenakan bagian atas mukena mengambil sajadah dan bawahan dari mukenaku, lalu pergi ke arah pintu dan membukanya.

"Waalaikumsalam, Calon Imam," ucapku saat mendapati Gus Rayhan berdiri di sana dengan baju koko dan celana hitam panjang, tak lupa kopiah. Begitu sederhana untuk seorang gus yang biasanya terlihat lengkap dengan baju islaminya.

Sengaja aku memanggilnya calon imam, pernah aku berimajinasi jika jodohku adalah seorang gus yang tampan dan cerdas. Yap, karena kecerdasan dunia akan dilengkapi dengan kecerdasan agama yang membawaku ke surga, dengan begitu hidupku akan terasa sempurna. Sepertinya Gus Reyhan pun tak menolaknya atau menampilkan gelagat tak suka, ia malah tersenyum.

"Kamu sudah sholat, Jodohku?" tanyanya sembari tersenyum membuat dua lesung pipinya terlihat, seketika duniaku teralihkan.

Meledak jantung ini hingga petasan kecil meletup-letup dan membuat bunga bertaburan di dalamnya. Namun, dengan cepat aku tersenyum dan tersipu malu mengingat ini hanya candaan yang kumulai.

"Ini mau sholat dengan Calon Imam," jawabku, memang benar Gus Rayhanlah yang akan menjadi imam salat di musala nantinya, aku hanya salah satu makmumnya.

"Mari Makmum Istimewaku," ajaknya sembari tersenyum ramah, kami tertawa sepanjang perjalanan karena percakapan konyol itu.

"Maaf, Gus, aku hanya bercanda, Gus sih pagi-pagi sudah menyambutku," ungkapku sembari menatapnya.

"Tidak masalah jika itu serius," bisiknya dengan malu-malu, lalu langsung berlari ke dalam musala setelah berhasil membuatku terkejut dan tersipu malu.

Kusadari kami memang sudah berada tepat di depan musala, maka aku hanya menggeleng, menunduk, dan tersipu malu.

Tingkah konyol Gus Rayhan tak berhenti di sana, entah kenapa aku merasa dia membuatku tersipu malu hari ini. Kali ini, setelah salat saat semua orang sibuk berbincang begitu pun aku yang berkenalan dengan beberapa santriwati, kerap menyadari mata indah berbinarnya mengawasiku.

Sesekali aku menoleh, bersitatap sekilas lalu tersenyum saat pertama kali. Kedua kali aku mengembuskan napas karena malas dengan tingkahnya itu, ketiga kali aku mengangkat alis untuk bertanya, "Kenapa?"

Sampai keempat kali di saat aku tertawa dan tersenyum untuk yang terakhir kali kepada santriwati yang kini pergi dari sana.

Baru saja aku menoleh untuk keempat kalinya, ia sudah melipat tangan di punggung dan menatapku tajam seakan mengancam. Mengerti akan kodenya aku bergegas ke saf laki-laki, mendekatinya, lagipula di sana hanya tinggal kami berdua.

Cinta Dari Masa LaluWhere stories live. Discover now