44. Kehadiran Agatha

8 0 0
                                    

"Anda mencintai Gus Rayhan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anda mencintai Gus Rayhan?"

Deg!

Pertanyaan itu membuatku membeku memandangnya dengan tajam. Sekali lagi ia mengulanginya lagi saat aku hanya menjawab dengan gelengan dan senyum miring saat di mobil tadi.

Kini, kami berada di taman dengan KFC di pangkuanku dan burger di tangannya. Pertanyaan yang sudah ia ucapkan di mobil kembali dilontarkan saking penasarannya.

"Kau mau mendengar kejujuran? Ya, aku mencintainya," jawabku tegas. Kemudian aku menunduk dan mengulum bibir saat air mata sulit untuk ditahan. Tangan mengepal dan emosi yang ingin meledak. Hanya kuluapkan melalui tarikan napas.

"Mungkin kau sudah mendengarnya dari Kak Arga, aku memang mencintainya. Tapi, ia adalah orang di masa laluku saat aku ingin merangkai masa depan dengan Nazil," ungkapku.

"Jika Nona butuh teman bercerita saya siap mendengarkannya," ucapnya tulus.

Aku mengangguk menghargai ketulusannya, lalu tersenyum dan memandangnya. Rasa sesak di dada sedikit berkurang dan aku lebih santai bercerita padanya kali ini.

"Ga, aku merasa kacau sekarang karena tujuan utamaku datang ke sini adalah Gus Rayhan. Sayangnya, sebelum aku menemuinya sebagai Ning Nora yang dicintainya, aku lebih dulu melihat kehidupannya yang indah. Kau melihat perempuan cantik yang bersamanya tadi?" tanyaku padanya.

Agatha menoleh dan menyeringai, "Sydna bukan? Putri profesor Yusman yang merupakan dosen di Al-Azhar, ia dosen di Ain Sham tepatnya fakultas Anda. Sydna lebih tua daripada Anda dan Gus Rayhan, ia juga menempuh pendidikan di Oxford. Adzkiya Sydna Al-birru keturunan--"

"Aku tahu itu, kau tidak perlu menjelaskannya secara rinci," selalu dengan angkuh dan menggertakkan geraham serta memandang ke depan penuh kesal. "Menyebalkan!"

"Iya, maaf," ucapnya dingin dan merapikan jas.

Hanya kulayangkan lirikan tajam, lalu menghela napas. Bagaimanapun responsnya hanya ia yang ada untuk mengurangi sesak di dada dengan bercerita.

"Sydna terlalu sempurna dan ia lebih cocok bersama Gus Rayhan," ungkapku dengan nada gelisah.

Agatha hanya merespons dengan helaan napas.

"Terlepas dari sana aku cemas dengan sesuatu, aku kehilangan semangat melanjutkan kuliah. Untuk apa aku belajar sains? Hidupku sudah hancur ... kehilangan Nazil, pekerjaanku di Nuarta Network ... aku tidak ingin melakukannya. Aku lari ke sini untuk mencari suasana baru tanpa tahu kalau aku sudah kehilangan tujuan hidup. Untuk apalagi aku di dunia? Gus Rayhan juga sudah bahagia, mana mungkin aku datang mengusiknya dengan hatiku yang kacau, Ga? Aku harus apa?" tanyaku dengan tangis histeris. Kututupi wajah dengan kedua telapak tangan dan menunduk karena frustasi. Larut dalam kesedihan begitu lama dan menuangkan semuanya membuatku lega. Hingga terdengar helaan napas.

"Putus asa tidak lebih buruk dari kematian karena Anda tidak akan bisa melakukan apapun saat itu. Nona, Anda hanya berada di titik terendah dan mungkin sedang lelah. Memang saat ini ingin menyerah, tapi selama hidup tidak mungkin Anda berjalan tanpa arah. Daripada memikirkan sisi buruknya, jangan pikirkan apa yang tidak ada. Lihatlah dari sudut yang lain, harapan Bunda Anda, Tuan Nuarta dan Tuan Arga. Mereka ingin Anda bahagia, tunggu di sini ...."

Cinta Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang