Part 9. Jarak dan Rindu

17 3 0
                                    

"Pu-putri Ustaz Ravi ... tidak Kiai Ravi, apa ini alasan Gus Rayhan memanggilku Ning?" Tatapanku jatuh pada keduanya yang serius berbincang. Aku segera menggeleng karena tidak percaya.

Bunda selama ini tak menceritakan apa pun, lagi pula ia tak terlihat seperti istri seorang kiai yang berjilbab dan tertutup. Tidak mungkin. Aku segera memutar kursi roda untuk menggerakkannya menuju di dalem.

Namun, pikiranku masih kalut dengan perbincangan Ustaz Ravi dan Gus Rayhan. Hingga aku memilih berdiam di teras dalem sembari menikmati udara sejuk. Lamunanku jatuh ke masa kecil yang sama sekali tak ada di ingatanku. Hanya sakit yang kudapat saat mencoba mengingatnya.

"Ah," rintihku lirih sembari memegangi kepala hingga derap langkah cepat terdengar.

"Nak Nora, kenapa?" tanya Ummi yang berlari dari dalem.

"Ummi, tidak apa-apa Ummi hanya merasa tidak nyaman," elakku sembari tersenyum kikuk. Ummi mendorong kursi rodaku sampai di dekat kursi rotan yang ada di teras. Lalu, ia duduk di sampingku dan menggenggam tanganku.

"Nak Nora ada masalah selama di sini?" tanya Ummi. Bohong jika aku mengatakan tidak, kenyataannya hal aneh mulai dari mimpi buruk, perasaan familiar, gempa, hingga sikap beberapa orang baru di sini membuatku heran.

Terlebih perlakuan Gus Rayhan yang seakan tak bisa menahan diri untuk menghindari zina. Mungkin memang semua gus seperti itu. Namun, ini aneh bagiku.

"Entah Ummi, Nora merasa aneh dan tidak nyaman. Terlebih terhadap perlakuan Gus Rayhan dan Ustaz Ravi. Apa ada sesuatu Ummi?" tanyaku yang membuat Ummi menegakkan tubuh, menghindar untuk berpikir sejenak sebelum menatapku lekat.

"Ummi juga melihatnya, Ummi minta maaf jika Rayhan membuatmu tidak nyaman, Nak. Ia tidak pernah menatap atau menyentuh seorang wanita, tetapi memang karena beberapa alasan yang erat ...." Ummi memberi jeda seakan enggan mengatakannya.

"Ummi aku terbiasa dengan itu saat di kota, tetapi untuk Gus Rayhan yang taat agama dan baru kukenal rasanya aneh," ungkapku yang membuat Ummi semakin gelisah.

"Nak, benar kamu putri Ranum Vidya Az-Zahra?" tanya Ummi.

"Iya, Ummi, ada apa sebenarnya?" Ummi menghela napas.

"Dulu ada gadis kecil mungkin sekarang seumuranmu dan Rayhan. Saat berumur 7 tahun gadis itu adalah sahabat Rayhan, namanya Naura. Di umur itu juga mereka dipisahkan karena istri Ustaz Ravi atau ayah Naura meminta cerai. Di hari itu pula Naura dan ibunya kecelakaan, kami dikabari jika kalian tidak selamat."

"Jadi, apa hubungannya denganku, Ummi?"

"Istri Ustaz Ravi bernama Ranum Vidya Az-zahra."

Deg!

Seketika mata merahku menatap Ummi yang semakin mempererat genggamannya.

"Rayhan selama ini masih mencari sosok Naura, ia tidak percaya dengan kematian mereka. Bahkan, ia tak bisa membuka hati untuk orang lain karena telah berjanji pada Naura akan menikahinya di sini dan ingin membawanya kembali. Saat bertemu denganmu walau nama kalian sedikit berbeda, Rayhan merasa Naura adalah kamu, Nak."

Aku mencoba menahan air mata yang akan menetes, hingga tenggorokanku tercekat. Tak tahu akan cerita ini bahkan merasa tak ada hubungannya denganku, tetapi hatiku ikut sesak mendengarnya.

"Aku tidak tahu tentang ini Ummi, aku dan bunda tinggal di Amsterdam sejak aku kecil. Mungkin hanya kebetulan namaku sama," elakku. Tak ingin tujuan awalku ke sini menjadi drama keluarga yang panjang.

"Ummi paham, Nak, akan Ummi sampaikan ke Rayhan." Aku mengangguk mantap dan tersenyum, lalu membelai tangan Ummi.

***

Cinta Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang