45. Be Better

6 0 0
                                    

"Ga, maaf saya sudah membawa kamu masuk terlalu jauh ke masalah saya," ucapku mengawali perbincangan di mobil yang canggung karena kejadian di taman tadi.

Agatha tidak merespons, malah memakai kacamata dan menyalakan mobil.

"Saya akan mengantar Anda memeriksa rumah sebelum pindah ke sana besok." Ia kembali berucap dengan nada dingin.

Menghadapi hal ini membuatku tergugu menangis, padahal mobil sudah melaju menjauh dari taman.

"Nona, berhentilah menangis. Apa Anda ingin kembali ke hotel?" tanyanya.

Aku langsung menggeleng dan sesenggukan menangis. Hingga mobil berbelok dan berhenti di tepi, masih belum jauh dari taman. Dengan kata lain kali berhenti di bawah pohon maple yang berguguran dan suasana masih teduh karena banyaknya pepohonan.

"Saya tidak bisa fokus menyetir jika Anda tetap menangis," tegasnya.

"Kenapa, Ga? Kenapa ...." Aku malah semakin histeris karena perasaan yang bercampur aduk, kedua tanganku menangkup wajah. "Aku bingung dengan perasaanku, sebenarnya kamu siapa? Sekilas kamu mirip Nazil, tapi matamu mengatakan hal lain. Kamu menjaga saya tidak hanya sebagai bodyguard, kan?" tanyaku yang kacau.

"Daripada memikirkan saya, bagaimana perasaan Anda pada Gus Rayhan?" Agatha membalikkan keadaan.

"Justru aku berada dalam kedua masalah itu. Aku benar-benar ingin sendiri sebelum benar-benar siap menui Gus Rayhan. Tapi kamu, Ga, adanya kamu buat semua berantakan. Rencana dan hati yang ingin saya tata berantakan, saya bingung ...," ungkapku yang tenggelam dalam tangis dan perasaan kacau itu.

"Saya Agatha Maheswara Novelart, CEO perusahaan Novelart. Arga adalah sahabat saya, jika kamu ingat kita sahabat masa kecil saat di Amsterdam. Ayah saya kenal kakek kamu, Gamma Van Dehoveen. Kedatangan saya ingin mengenal kamu lebih dekat, saya akui sejak pertama bertemu kamu membuat saya penasaran sekaligus jatuh cinta. Tapi, di sisi lain saya tahu kamu seorang muslim yang sedang mencoba menjaga diri. Setelah saya amati lebih jauh, kamu mencintai seseorang bernama Gus Rayhan. Saya tidak bisa apa-apa kecuali mengikuti alur yang kamu buat dan tanpa kamu tahu itu membuat saya semakin jatuh cinta sama kamu, Nora Vivian Az-Zahra." Penuturan panjang Agatha diakhiri dengan ia yang melepas kacamata dan memandangku.

Mendengar fakta itu pun membuatku membeku memandangnya cukup lama tanpa bisa berkata-kata. Jantungku berdebar kencang, terlebih saat ia melihat jemariku dan meraihnya.

"Anda memakai cincin ini seakan Nazil masih hidup, lalu mengenakan cadar seakan mewujudkan keinginan Gus Rayhan. Semua itu hal yang masih samar, saya ingin sebuah ketegasan dari semua ini," ucapnya yang semakin membuatku membeku.

"Ga, saya sampai di titik ini karena Nazil, saya mencoba memperbaiki diri seperti sekarang untuk Gus Rayhan. Tetapi, hati saya belum siap untuk sepenuhnya menjaga diri, menjaga jarak dari laki-laki di zaman modern ini. Memang cadar ini sudah menutupi, sudah cukup membantu, tetapi saya masih sulit menghindari laki-laki yang bukan mahram saya. Soal ibadah saya melakukannya, tetapi menjaga diri sejauh itu saya belum siap," ungkapku yang membuat Agatha berdecak.

"Kalau begitu lebih baik kita menikah Zahra!" tegasnya yang membuatku membeku dan membulatkan mata. "Saya akan khitbah kamu dan melindungi kamu selama kuliah di sini."

Aku berbohong jika Agatha adalah suamiku di depan Gus Rayhan, tetapi malah membuatnya menjadi kenyataan. Gus Rayhan, benar perasaanku masih bingung terhadapnya, terlebih ia bersama perempuan lain. Sedangkan aku selalu bersama Agatha, bodyguard yang menyadarkanku tentang tujuan dan arahku, yang ada di titik terendahku. Tidak ada alasan untuk menolaknya, tapi perasaanku?

"Tapi aku tidak mencintai ... hatiku--"

"Cinta bisa tumbuh setelah pernikahan, lagipula kita tidak bisa dekat sebelum halal. Jika memang nanti setelah pernikahan kamu merasa tidak mencintaiku, kita bisa bercerai." Penjelasannya cukup menjawab dilemaku, tak ada lagi yang membuat hatiku cemas.

Cinta Dari Masa LaluNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ