56. Panggilan Sayang

11 1 2
                                    

"Mas Suami?"

Suara itu membuat kebahagiaan pudar dari wajah. Aku pun menoleh perlahan, ada ragu di hati. Tatapan getir kulayangkan pada laki-laki yang duduk di belakang suamiku.

"Ah, tidak, aku tadi yang bertanya pada Gus Rayhan artinya panggilan itu," sela Sydna sembari menggaruk tengkuk saat aku dan Gus Rayhan sudah saling bersitatap.

Aku pun berganti memandang ke perempuan itu, "Oh itu, suami dalam bahasa Inggris 'husband'.  Sedangkan 'Mas' berasal dari bahasa Jawa yang artinya kakak laki-laki, maybe call brother. But, artinya dalam bahasa Jawa lebih spesifik untuk menghormati seorang suami atau bisa dikatakan panggilan sayang seorang istri kepada suaminya. Ya, kan, Mas Suami?" tanyaku pada suamiku yang mungkin belum paham sepenuhnya dengan panggilan tersebut.

"Cringe, but sweet," ungkap suamiku sembari membelai pipiku dan tersenyum, lalu kembali fokus menyetir.

"Nice," puji Sydna sambil tersenyum dan mengangguk.

Pandanganku pun beralih pada Gus Rayhan yang tengah memandang keluar kaca jendela. Ada resah dari helaan napas dan tatapan sendunya. Namun, perhatianku langsung terpusat pada suamiku saat ia menggenggam tanganku.

Deg!

Dalam situasi ini hatiku bergetar, dadaku terasa sesak karena rasa gelisah sekaligus bahagia dari dua laki-laki yang kupandang secara bergantian itu. Kemudian, memutuskan untuk kembali memperbaiki posisi duduk menghadap ke depan dengan tangan yang masih digenggam oleh suamiku. Perbincangan tak berlanjut lagi, hanya tersisa keheningan.

Namun, itu tak bertahan lama saat kami sampai di taman kota. Usai memarkir mobil, kami keluar dan melakukan peregangan. Namun, mataku yang mengedar pandangan tertuju pada sebuah foodtruck di seberang tempat kami berdiri.

"Ayang!" panggilku dengan netra berbinar dan menunjuk ke foodtruck es krim itu.

Suamiku yang melakukan peregangan menoleh, lalu mengikuti arahan hari telunjuk dan pandanganku. "Es krim?" tanyanya sembari menoleh ke arahku.

Segera kuangguki dengan penuh semangat.

Terdengar helaan napas darinya, "Nanti setelah jogging tiga putaran," bujuknya yang membuatku mencebikkan bibir. Sedetik kemudian, ia tersenyum dan mengusap puncak kepala, lalu merangkul ku untuk mendekat. "Lihat anak kecil itu," ucapnya sembari menunjuk ke seorang anak kecil yang bermain di atas skuter dan satu lainnya di atas sepeda mini.

Anak perempuan itu menikmati es krim di sepedanya yang berhenti di tepi jalan, sementara anak laki-laki tadi menghampirinya hendak menjahili dari belakang.

"Ih, lucu!" seruku.

Laki-laki kecil itu menoel pundak anak perempuan, membuatnya menoleh. Gadis itu pun menawarkan es krim di tangannya. Pipi gembil yang belepotan membuat anak laki-laki tertawa sembari menutupi wajah.

Gadis kecil itu menekuk wajah dan memandang tak senang ke anak laki-laki tadi. Lalu, membuang muka dan melipat tangan di depan dada.

"Gemesin, ya, Mas?" tanyaku sembari melingkarkan tangan di pinggang suamiku.

Ia yang sedari tadi tersenyum mengangguk.

Tak lama pemandangan semakin menggemaskan ketika si laki-laki menjilat es krim, lalu menoelnya dengan jari dan dioleskan di pipi gembil gadisnya. Reflek si gadis menoleh dengan wajah marah dan hendak berteriak. Akan tetapi, laki-laki yang tadinya tertawa malah tak sengaja menampik es krim itu sampai mengenai wajah anak perempuan itu. Jeritan tangis terdengar.

Aku bergegas berlari ke sana bersama suamiku. Dengan cepat aku memeluk anak laki-laki yang mungkin terkejut dengan adegan tersebut. Sementara suamiku langsung menangani anak perempuan itu, mengambil sapu dari tangan untuk menghapus noda es krim di wajah gadis itu.

Cinta Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang