Part 26. Masa Lalu

9 0 0
                                    

"Nazil, diskusi!" teriakku sembari menoleh ke belakang. Masih di tempat yang sama sejak berbincang dengan Gus Rayhan. Taman depan dalem.

Nazil pun segera mendekat.

"Aish, kenapa sama dia juga Ning?" protes Gus Rayhan.

"Lha Nazil tunangan saya," jawabku enteng sembari menarik tangan Nazil dan menunjukkan hasil tes DNA padanya.

"Ravi Ukhrawi Nazarudin?" tanyanya sembari menatapku.

"Iya, lebih dikenal Ustaz Ravi, mantan suami Bunda," ungkapku.

"Jadi, istri Bu Ranum dulu Ustaz? Apa? Jadi, Nora anaknya Ustaz?" tanya Nazil yang tampak bingung dan tak percaya. Ia menggeleng kuat.

"Iya, Ustaz Ravi juga pendiri pondok ini," cetus Gus Rayhan sembari mendekati kami.

"Kenapa Nora enggak kasih tahu? Kenapa juga mereka cerai?" tanya Nazil yang tak habis pikir.

"Sayang, aku amnesia dan mengalami trauma karena peristiwa itu. Dan saat di sini aku mendapatkan beberapa ingatanku kembali," balasku sembari menatapnya sendu.

"Tapi, karena trauma terhadap masa lalu itu, akan berisiko jika memaksa Ning untuk mengingatnya," ungkap Gus Rayhan dengan bijak.

Nazil menatapku beberapa saat, lalu menghela napas, "Kamu enggak pernah cerita kalau amnesia? Juga enggak pernah tahu tentang ayahmu?"

"Aku enggak ingat itu, yang aku tahu sejak berumur delapan tahun aku melakukan terapi psikologi dengan paman di Amsterdam. Aku pernah mengatakannya," ucapku sembari menatapnya sendu.

"Aku terlalu kaku, ya, sampai tidak sadar saat kamu bilang masa itu masa terburukmu?" Nazil tersenyum miring.

"Soal ayah, aku juga tak ingin menyakiti hati Bunda dengan menanyakannya," imbuhku.

Nazil menghela napas, lalu menepuk bahuku untuk menguatkan.

"Aku mengerti," ucap Nazil.

"Dan Gus Rayhan ini sahabat kecilku selama tujuh tahun. Ehm, dia itu Gus kecilku," ungkapku sembari tersenyum.

Raut wajah Nazil berubah, ia memicingkan mata.

"Dia masa lalumu, aku masa depanmu. Dia hancurkan kamu, kususun kembali hatimu," dendang Nazil sembari menatapku dan menunjuk Gus Rayhan, lalu dirinya sesuai lirik lagu dan situasi. Mencoba mengerti ini caranya melampiaskan emosi.

Aku mengerutkan dahi menatapnya, tetapi tak lama kemudian Gus Rayhan mencengkeram tangan Nazil yang menunjuknya.

"Jika melupakanmu hal yang mudah. Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah. Kalah, kuakui aku kalah. Cinta ini pahit dan tak harus memiliki. Jika aku bisa, ku akan kembali. Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih. Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau. Membawa kamu lewat mesin waktu ...."

Lagu berjudul Mesin Waktu milik Budi Doremi yang dilantunkan Gus Rayhan menjawab lagu yang dinyanyikan Nazil.

Aku langsung mengempaskan tangan Gus Rayhan dan Ravi yang bertautan untuk saling mencengkeram. "Denyut! Jantungku berdebar terasa indahnya melihat kalian bertengkar!" lantunku dengan penuh penekanan dan menatap tajam mereka secara bergantian.

"Stop! Mau diajak diskusi malah nyanyi!" bentakku sembari berkacak pinggang.

"Ini teh kita bisa lesehan di rumput daripada berdiri," ucap Nazil sembari menarikku ke bawah hingga duduk di atas rerumputan.

Begitulah logat sundanya keluar di saat genting, saat aku meliriknya tajam.

"Kebiasaan mengalihkan pembicaraan," sindirku sembari menepis tangannya.

Cinta Dari Masa LaluDonde viven las historias. Descúbrelo ahora