Part 43. Met Again

6 1 0
                                    

"Ga," panggilku saat keluar dari mobil yang sudah terparkir di halaman Ain Sham University, tetapi Agatha tidak ikut keluar. Ia hanya menoleh dan menatapku. "Kamu enggak anterin saya masuk?" tanyaku mengingat ia harusnya mengikutiku sampai ke dalam.

"Saya tunggu di mobil." Ia menjawab seenaknya membuatku semakin dongkol.

Hanya bisa berdecak dan menutup pintu dengan keras. Lalu, memilih masuk ke dalam kampus dengan tas di bahu dan dokumen di tangan. Kuhela napas panjang, ini hanya mengurus registrasi. Sayangnya, aku harus mengantre panjang di ruang administrasi. Menyebalkan. Daripada menunggu lama di sana aku memilih berkeliling, setidaknya saat kembali nanti jumlah mahasiswa yang mengantre berkurang.

Kampus bergaya Mesir kuno dengan batu marmer yang menyusun bangunan. Pilar-pilar dengan desain masa kerajaan yang indah. Saat melihatnya dari luar pun aku langsung menilai jika tempat ini mirip seperti kerajaan Roma pada masanya dulu. Jika dikatakan Mesir mungkin yang terbayang di otakku adalah gurun pasir dan patung singa itu, tetapi ini berbeda. Bangunan klasik dengan koridor yang luas dan megah, walau dari luar terlihat seperti kerajaan kuno, di dalamnya ternyata modern juga. Bahkan setengah dari tempat ini jugalah gedung modern Dengan dinding kaca dan megah, tidak beda jauh dengan sebuah perusahaan.

Tanganku menyentuh dinding marmer itu, merasakan kelembutan dan kehangatan yang berbeda. Kuakui batu-batu ini halus saat disentuh meski saat dilihat bentuknya tidak simetris. Pandanganku pun jatuh ke balik pilar di mana tanaman tumbuh dengan baik, pepohonan palem pun menghias pinggiran universitas ini. Banyak orang yang berlalu-lalang maupun duduk santai di area itu. Aku menunduk dan memperbaiki kacamata setelah puas menikmati pemandangan. Sampai sebuah kaki dengan sarung hitam dan sandal selempang hitam mengejutkanku.

Brukk!

"Akhh!" pekik seseorang.

"Aish!" pekikku saat kepala menubruk sesuatu. Aku segera mendongak menyadari suara yang kukenal, tetapi tanganku mengusap puncak kepala yang terasa sakit.

"Gus Rayhan baik-baik saja?" tanya seseorang di sampingnya.

Mataku membulat melihat dua laki-laki yang sangat kukenal itu. Siapa lagi jika bukan Gus Rayhan dan Gus Zaki--kakak angkatku.

"Gus Rayhan?" tanyaku sembari menunjuk sosok yang mengelus dada dan menggigit bibir bawahnya itu. "I'm sorry, I ...." Aku bingung harus berkata apa, tanganku sendiri hampir tergerak untuk menyentuhnya. Dalam posisi ini aku gelagapan, tidak tahu harus berbuat apa.

"Miss Zahra?" tanyanya sembari memiringkan kepala dan menatapku dengan netra berbinar. Terlihat begitu antusias setelah mengusap dadanya, mungkin sekarang rasa sakit itu sudah mereda.

"Yes, Sir, I'm really sorry. Are you hurt?" tanyaku dengan nada gelisah.

"I'm fine, why are you here?" tanyanya.

Astaga! Pertanyaan itu seharusnya juga keluar dari mulutku karena setahuku Gus Rayhan kuliah di Al-Azhar University.

"I'm signed up for college here, and you?" tanyaku.

"Ah, I am here to accompany Gus Zaki to take care of his graduation," jawab Gus Rayhan sembari menunjuk Gus Zaki.

Kakakku itu mengatupkan tangan dan membungkuk.

"Gus, kau kenal dengannya?" tanya Gus Zaki sembari menepuk bahu Gus Rayhan.

"Ia Miss Zahra, kami bertemu di Dubai kemarin. Ada kejadian tak mengenakkan saat di sana, aku mengira Miss Zahra adalah Ning Nora. Apa Gus Zaki tidak memikirkan hal yang sama?" tanya Gus Rayhan dengan suara rendah yang masih bis kudengar.

Gus Zaki mengamatiku dari bawah sampai ke atas, "Penampilan seperti ini, bahasa, kelembutan, logat bicara, dan sikapnya benarkah Nora seperti ini?" tanya Gus Zaki yang meragukannya.

Cinta Dari Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang