Tuan (2)

1K 116 31
                                    

Btw chapter ini sambungan dari chapter Tuan (1)

Pssttttt kalau nangis bukan salah Author

|□|

Solar menatap sendu malam. Dia menghela nafas berat sambil melihat jejeran bintang kecil dilangit.

Tuannya sudah bangun dan semua kembali menjadi normal. Atau mungkin tidak?

Sang elemental cahaya menikmati rasanya bisa menghirup udara bumi. Dia disini sedang menunggu sang bintang bumi terbit. Ya, matahari. Dengan munculnya matahari maka sudah usai pula tugasnya untuk menjaga bocah oren itu.

Tawaan kecil bergemuruh dalam diri. Solar tertawa dalam pahitnya kenyataan. Dia tidak menyesal menyelamatkan Boboiboy, malah sebaliknya dia merasa telah melakukan hal yang benar untuk pertama kalinya, membuat para elemental lain menatapnya dalam kagum. Siapa juga yang nggak kaget melihat kekuatan yang dapat membangkitkan mereka yang mati? Padahal sih semua kekuatan pastilah ada resikonya sendiri, seperti yang dialami Solar.

Solar maunya pergi ke suatu tempat malam ini, tapi Boboiboy menguntitnya dari kemarin dan rasanya tuh nggak enak. 

'Kemungkinan instingnya yang membuatnya seperti itu' bahkan sampai sekarang, Solar bisa merasakan keberadaan Tuannya di balik dinding.

"Huff, waktuku cuman sampai matahari terbit"

"Eh Solar kenapa disini?"

Tuh kan betul. Tuannya muncul dengan membawa mug cokelat panas. Dia memberikan satu padanya.

Solar memandang sebentar mug itu lalu menatap Boboiboy.

"Tuan kenapa belum tidur?"

"Duh Solar, dari kemaren kan aku suruh panggil Boboiboy"

Solar hanya tersenyum mendengar dengusan tuannya. 

Tahu nggak sih? Teasing his master is really funny.

"Lagi pula aku juga bisa balik nanyak ke kamu"

"Saya sedang menikmati malam, Tuan"

"Mmm aku tahu kau nggak terlalu suka malam, Solar" Boboiboy memandangi Solar penuh selidik. Pasalnya sejak Boboiboy sadar dari kematian itu dia sering melihat Solar menghabiskan waktunya bersama dengan elemental….. which is so rare! 

Bahkan tuh ya, Halilintar sampai dibuat illfeel melihatnya.

"Lebih tepatnya sudah mau menjelang pagi"

Mereka melihat secercah cahaya mencuat dari timur.

'Mungkin ini saatnya' Solar menghela dan menatap tuannya.

"Boboiboy"

Seluruh perhatian Boboiboy teralihkan pada Solar yang memanggilnya menggunakan namanya. 

"Aku berterima kasih karena telah menyelamatkan ku dari Retak'ka" ingatan mengenai Tuannya sebelum Boboiboy sangatlah buruk hingga Solar harus menguncinya ditempat terkecil dalam bawah sadarnya.

"Aku berterima kasih berkat kau aku bisa merasakan apa itu saudara" Solar nggak akan menyangka akan menggunakan kata saudara untuk elemental yang lain.

"Ehehehe jangan lah macam ni aku jadi malu la" Boboiboy tersenyum receh mendengar ucapan Solar.

"Boboiboy berjanjilah kau akan lebih hati - hati dan lebih menggunakan strategi saat melawan musuh" sang elemental cahaya menasihati tuannya.

"Ye lah Boboiboy janji bakal lebih hati - hati dan lebih pintar, kenapa nih tiba - tiba cakap kayak gini?" Sebelum Boboiboy bisa bertanya lebih, jam kuasanya berkedip memperlihatkan lambang bintang/kuasa cahaya yang perlahan memudar.

"Eh? Ada apa ini Solar? Kenapa jam ku berkedip? Solar?" Yang ditanya hanya menatap matahari yang perlahan naik ke angkasa.

"Boboiboy, setelah ini kau tak dapat menggunakan kuasa cahaya lagi"

"Kenapa?!" Bbb berucap panik. Nggak bisa dipungkuri kuasa cahaya adalah kuasa terkuat yang dia miliki. Jika hilang maka berkuranglah daya tarung Boboiboy.

"Karena kuasa cahaya sudah nggak punya cukup energi untuk menjadi kuasa"

"Kok bisa begitu?"

"Karena seluruh kekuatannya udah berganti menjadi dirimu"

"Maksudmu gimana Solar? Aku nggak paham. Ini masih pagi loh Sol"

"Disini. Kuasa itu sedang mengerjakan tugasnya" Solar menunjuk jantung Boboiboy yang berdetak, memompa kehidupan keseluruh tubuhnya.
Bbb meraba dadanya lalu menatap Solar.

"Lalu kalau misalnya ada disini kamu jadinya gimana?"

"Simpel. Aku akan menyatu kembali bersama alam" 

"Ha? Jadi gimana?" Bbb makin bingung dengan penjelasan Solar.

"Dengar baik - baik Boboiboy. Aku tak akan bisa melindungimu lagi. Tapi, aku tidak khawatir ada enam elemental yang akan menggantikan tugasku. Berhati - hatilah, tuan. Galaksi tak selamanya indah, terkadang menyimpan kebengisan, duka, dan lara. Aku percaya kau bisa melalui ini semua. Kau selalu menghancurkan semua prediksi yang ku cap pada dirimu" tubuh Solar perlahan berubah menjadi partikel - partikel kecil cahaya seiring dengan sang surya yang mulai menampakkan sinarnya. 

"Solar kau kenapa?!"

"Jangan takut. Jangan lengah. Tetaplah menjadi dirimu sendiri" Solar mencopot kacamata ingin melihat tuannya secara langsung untuk terakhir kalinya.

Mata silver itu berair.

'Hahhhh tak ku sangka aku akan sebegini kalutnya melihatmu, Tuan'

"Semuanya memiliki jawabannya masing - masing... dan aku bersyukur menemukan tuan sepertimu" 

"Solar!" Bbb berlari ingin menggapai Solar, tapi hanya senyuman yang Solar berikan sebelum semua yang tersisa hanya kelap kelip cahaya.

Hening. Cahaya matahari yang panas tidak bisa menandingi dinginnya rasa di dada.

Tetes demi tetes air membasahi pipi Boboiboy. Entah kenapa dadanya sesak, seperti ada yang menghalangi udara masuk ke kerongkongan.

"Solar?"

"Solar!"

"SOLAR!" 

Teriakan histeris membangunkan semua orang yang menginap. Mereka menemukan Boboiboy bersimpuh dan meraung memanggil nama seseorang pagi itu. 



'Hmm... hangat...'

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1 [Complete]Where stories live. Discover now