Jatuh

1K 42 11
                                    

Ini bonus chapter, komisi dari salah satu Readers disini

Apapun yang kalian baca dibawah ini... tetaplah berkeyakinan bahwa Tuhan itu baik pada kalian

Dan mohon maaf jika apa yang tertulis dibawah bisa menyinggung kalian. Terutama soal agama

Enjoy

"God bless you" Pemuda bernetra emas itu berkata, pada mereka yang menyempatkan diri untuk berdoa pada Tuhan dan mengantri cukup lama di Katedral Katolik hanya untuk menggenggam tangannya lalu mendapatkan ilham berupa ucapan tadi. 

Mereka yang bersalaman merasa disucikan oleh kehadirannya yang hangat bagai matahari. Berharap bahwa dosa terdahulu akan diampuni Tuhan melalui pemuda ini, namun sayang, mereka lupa bahwa netra emas itu juga manusia seperti mereka. Bahwa dia pun, yang mereka kira suci juga pasti mempunyai dosa.

Siapa yang tak kenal dia? Gempa namanya. Di usianya yang masih muda, dia telah menjadi seorang Pastor terkenal di kotanya. Meninggalkan segala kesenangan serta prahara dunia. Malang, kata mereka yang terlena dengan keindahan dunia. Kebalikannya, bagi para penghasut dunia… Gempa adalah santapan lezat. Makanan kelas atas, VVIP, bintang lima yang hanya bisa dimakan semasa para pendakwah sekaliber nabi hidup. 

Gempa yang terlahir dari keluarga taat pengikut Bapa Yesus. Dia melihat keindahan dunia hanya sementara. Surga adalah keinginan yang dia ingin gapai, kelak jika waktunya telah tiba. Tapi semua rapalan yang dipelajari selama sepuluh tahun, rapalan yang dia lantunkan setiap malam atas keagungan untuk Tuhannya itu tergoyahkan dalam beberapa jam.

Malam itu, seperti malam biasanya Gempa akan mendudukkan diri pada altar sambil membacakan doa - doanya. Kekhusukannya dibuyarkan oleh suara ketukan pintu. 

Gempa menoleh ke jam besar yang tergantung di tengah altar dakwah. Jarum menunjukkan pukul 10.49. Dia merengut heran, siapa gerangan yang mendatangi gereja semalam ini?

'Mungkin hanya kucing yang iseng?' pikirnya. Saat si pastur muda mulai berfikiran positif, pintu kembali diketuk, kali ini dengan urgensi.

Dia percaya bahwa makhluk Tuhan itu banyak. Tampak mata maupun yang tidak, dan Gempa berharap apapun diluar sana yang sedang mengetuk adalah manusia. Persaannya kalut. Perlahan pemuda netra emas itu menuju pintu lalu membukanya hanya untuk bertatap langsung dengan... seseorang dengan balutan hitam legam. 

Yang membuat Gempa mundur perlahan adalah matanya. Matanya merah. Iris merah darah yang sering diwanti - wanti keluarganya muncul tepat didepan matanya. Didepan rumah Tuhan!

Gempa segera menutup pintu tapi dihadang oleh kaki makhluk itu. Bahkan sebagaimanapun Pastur muda itu mendorong, pintu itu tidak bergerak sama sekali. Pria hitam itu dengan paksa membuka pintu Katedral hingga membuat Gempa terjatuh.

Pria itu memberikan tangannya dan Gempa dengan tidak yakin menerimanya, masih berpositif thinking bahwa dia adalah manusia dan ucapan yang selalu ibunya beritahu itu hanya sebuah mistis. Gempa mengira dia akan dibantu berdiri, bukan itu, malahan jauh lebih tidak masuk akal, tiba - tiba tubuhnya ditarik kedalam sebuah pelukan.

"Ohhhh betapa harumnya tubuh surgawi~" Pria itu berkata. Mengendus lehernya layaknya menghirup parfum profesional.

"Lepaskan!" Gempa tentu saja tak tinggal diam. Dia meninju perut pria itu.

Si netra merah linglung kebelakang, memberikan jarak pada mereka. Disaat itu pula kesempatan bagi Gempa mengambil Air Suci dan menyiramnya ke Pria itu. Awalnya Gempa ingin meminta maaf atas ketidak sopanannya saat tidak melihat reaksi dari Pria itu namun selanjutnya membuat Gempa makin menjauh. Tubuh si hitam mengeluarkan uap layaknya asap. Kulitnya melepuh memperlihatkan daging di dalamnya.

Boboiboy Short-Fanfic AU Season 1 [Complete]Where stories live. Discover now