Pakai Baju Lupa Pakai Celana

535 9 1
                                    

Senin pagi yang di penuhi dengan hiruk pikuk aktifitas mata kuliah yang cukup padat, Tirani Beladya bergegas lompat dari tempat tidur dan menarik handuk yang tergantung dibalik pintu kamarnya berlari menuju kamar mandi. Setelah urusan permandian selesai,Tira langsung ambil blouse berwarna biru muda dan berdandan seadanya.

Dirumah Tira hanya ada ibu dan adiknya saja, ayah Tira sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan selama 1minggu kedepan.

Setelah merasa semua sudah beres, Tira berpamitan dengan ibunya yang masih ada di dapur. Namun Tira tidak sempat menghampiri ibunya, karena jam sudah menunjukkan pukul 7.48 WIB.

"Bun,Tira berangkat dulu yaaah.. sudah telat nih.. byeeee". Dengan langkah cepat dan penuh percaya diri keluar pintu rumah,Tira langsung menaiki motor yang biasa ia kendarai.

Namun tiba-tiba Lexi adik perempuannya yang hanya terpaut usia 3tahun saja keluar rumah dan betapa terkejutnya saat melihat penampilan kakaknya yang hendak menyalakan motor.

"Heh kak, kamu mau kemana?"Tanya Lexi.
"Kepasssaar..yah ngampuslah..sudah ah mau berangkat nih"Ujar Tira saat setelah menggunakan helm.

"Kakak mau ngampus dengan penampilan seperti itu? Serius?" Tanya Lexi tak percaya.
"Yah emang kenapa?"Tira kesal dengan Lexi.

"Astaga, kakak sehat kan?"tanya Lexi lagi.
"Ya ampun emang kenapa sih?" Kesal Tira belum menyadari sesuatu.

"Coba kakak lihat penampilan kakak, kakak gak sadarkah?"Ujar Lexi sambil menunjuk kebagian bawah Tira.

Dengan mengikuti arah telunjuk Lexi, betapa terkejut dan malunya Tira.

"Whaaaatt....astagaaaaa" Teriak Tira melihat kearah bagian bawah.
Ternyata tanpa sadar Tira hanya memakai blouse dengan bawahan pakaian dalam saja, dengan kaki dibalut dengan kaos kaki sepanjang lutut dan sepatu sneakers berwarna putih.

Dengan rasa malu Tira berlari masuk kedalam rumah, sambil memukul-mukul bagian kepala kiri dan kanannya, dan diiringi suara ngakak Lexi yang begitu keras.

"Gila, kok bisa rok gue sampe ketinggalan sih..mau cepat malah jadi lambat.. mana dosen killer lagi ah". Umpat Tira sambil mencari rok yang akan dia pakai. Tira kesal karena masih saja bingung memilih rok yang pas dengan blouse yang dia pakai.

Setelah mengeluarkan setengah isi lemari barulah Tira menemukan rok yang ia pakai. Rok tutu dengan warna senada dengan bajunya.

"Nah ini dia, dari tadi kek. Buang-buang usia saja mencari rok doang". Cercah Tira. Lalu bergegas keluar dan tidak memperdulikan Lexi yang langsung tertawa terbahak-bahak ketika melihat Tira dengan muka kusutnya.
Tira langsung menyalakan motornya,dan segera meninggalkan garasi rumah.

Tak lama, bunda Lisa keluar dari dapur menghampiri Lexi setelah semua pekerjaan didapur selesai. "Ada apa sih dek, kok seru banget ada apa?" Tanya bunda Lisa.

"Itu loh bun, kak Tira.. gak kuat Lexi bun.. sungguh gak kuat Lexi liatnya."ujar Lexi sembari meremas perutnya dengan satu tangan dengan satu tangannya lagi berada diatas meja.

" Memang ada apa dengan kakaknya?"Tanya bunda penasaran.

"Saking tergesa-gesanya si kakak mau berangkat kekampus bun,pakai baju lupa pakai celana bun. Jadi tadi kakak gak pakai bawahan langsung aja dia pakai itu kaos kaki dan sepatu. Dengan percaya dirinya kakak menyalahkan motor. Untung aja Lexi keluar bun, kalau gak gimana nanti dia dijalan."cerocos Lexi.

"Astagaaa, si Tira mesti begitu, yo opose arek wedok bunda satu itu. Lek lapo-lapo mesti kesusu ae rek.. ckckckc" Kata bunda menggeleng-gelengkan kepala dengan senyumnya yang tetap cantik walau sudah berumur saat mendengar cerita Lexi.

Sementara dijalan dengan kecepatan sedang Tira juga sedang sibuk dengan pikirannya dan sesekali dia menertawakan kekonyolannya sendiri karena sering lupa. Mendadak Tira tersadar dari segala pikiran konyolnya, karena ada kecelakaan kecil yang terjadi tepat di depan matanya.

Tampak seorang pemuda yang sedang berdiri didepan roll royce hitam mengkilat nya seperti sedang menghakimi seorang bapak yang terserempet oleh mobilnya. Awalnya Tira ragu untuk membantu, apalagi dia sudah pasti telat dijam kuliah pertamanya.

Tapi, melihat bapak itu sepertinya direndahkan akhirnya Tira memarkir scoopy putihnya dipinggir jalan lalu menghampiri kedua orang tersebut.

"Maaf, bukan bermaksud untuk ikut campur. Tapi saya lihat mas ini marah-marah sama bapak ini?" Kata Tira nimbrung dengan sopan.

"Bukan urusanmu hei perempuan udik, sebaiknya minggir. Tidak baik ikut campur urusan orang lain"ujar pria yang tampannya bak seorang cassanova. Namun tidak membuat Tira meleleh, malah semakin membuat Tira marah karena kata-kata pria arogan itu.

"Permisi tadi bilang apa? Oh oh oh...heh denger yah pria arogan, jangan mentang-mentang anda menunggangi mobil mewah lalu anda merasa waw gitu, oh tentu tidak. Saya melihat dengan mata kepala saya kalo anda yang nyenggol motor bapak ini sehingga bapak ini terjatuh,daripada anda memaki bapak ini lebih baik anda minta maaf dan ganti kerugiannya." Kata Tira dengan emosi.

"Hei, siapa anda nona,beraninya memberi perintah kepadaku?" Ujar pemuda itu tak terima. Tidak pernah seorang pun yang berani memberi perintah kepadanya selain kedua orangtuanya. Apalagi hanya seorang perempuan biasa seperti yang ada dihadapannya saat ini,begitu pikirnya.

Yah, sebut saja Raka Suryo Wijaya, seorang pengusaha muda yang tak tersentuh. Kerap kali wanita yang menghampirinya selalu ditolak sebelum berperang dengan wajah datarnya.

"Siapa saya itu bukan hal yang penting untuk orang sombong sepertimu,bukankah begitu tuan arogan?"ujar Tira tersenyum sinis.

"Permisi nona muda, saya baik-baik saja. Saya tidak terluka. Hanya tangan kanan saya terkilir saja dan ini akan segera membaik"ujar si bapak sebelum Raka membalas ucapan Tira.

" Oh benarkah begitu pak, bolehkah saya lihat?" Tanya Tira sambil memeriksa bagian tangan yang dimaksud dan melihat sepertinya memang terkilir.

"Tuan arogan, apakah anda tidak berniat untuk mengobati tangan bapak yang sedang terkilir itu?" Kata Tira pada Raka.
Sedangkan Raka yang sejak tadi hanya memperhatikan gerak-gerik Tira,spontan saja mengeluarkan sejumlah kertas berwarna merah dan menyerahkannya pada bapak itu dan berlalu pergi tanpa sekata patah pun.

Baru saja hendak membuka pintu mobil,
Tira langsung menarik jas silver yang Raka pakai.
"Heh tuan muda yang arogan, berobat memang bayar pakai uang. Tapi anda harus minta maaf dulu dong." Ujar Tira sarkas.

"Kau sudah sangat membuang waktu ku, sebaiknya kau menyingkir dari hadapanku" Balas Raka tak kalah sarkas kemudian langsung masuk kedalam mobil. Tira hanya melotot sesaat lalu berbalik kearah bapak tadi.

"Bapak tidak apa-apa? saya antar ke klinik terdekat yah? Nama bapak siapa? Dimana rumahnya?" Tanya Tira beruntun. Bapak yang di tanya hanya tersenyum saja.
"Terimakasih nona, saya baik-baik saja. Dan akan langsung pulang kerumah. Nama saya Dirman. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kebaikan nona. Nona mau pergi kemana?" Kata pak Dirman.

"Astaga, saya harus ke kampus. Baiklah kalau pak Dirman memang bisa bawa kendaraan sendiri saya permisi yah
Dan bapak jangan lupa untuk selalu berhati-hati yah." Pesan Tira pada pak dirman.
Sementara dari dalam mobil Raka masih tampak masih melihat kelakuan Tira yang tampak berlalu dengan scoopy putihnya.

"Menarik." Kata Raka kemudian berlalu.

Ku Kira Kita Ternyata KalianDove le storie prendono vita. Scoprilo ora