Hormon Kehamilan

28 1 0
                                    


*Maaf yah bestie, baru update lagi*
*Semoga suka nih...*
.
.
.

Mata Max membelalak ketika melihat spek bidadari muncul dari balik Tirai fitting, sedang tersenyum menatapnya malu-malu.

"Max, hati-hati matamu lepas." Ujar Tira membuat Max tersadar dari lamunannya.

Ia mendekati Tira, melingkarkan kedua tangannya dipinggang gadis yang mengenakan gaun pengantin berwarna putih susu itu. Mengikis jarak hingga hidung mereka bersentuhan.

Baru saja bibir Max ingin menyentuh bibir Tira, namun Tira langsung membuang wajahnya.

" Max, aku lelah."

Tira belum bisa berlama-lama jika berdekatan dengan Max, semester pertama kehamilan perutnya seringkali mengalami gangguan, dan kegiatan makan pun terganggu.

Tidak sampai dua jam mereka melakukan fitting gaun, karena semua gaun yang dikenakan Tira semuanya cantik, hanya saja Max lebih suka dengan satu mode.

Max lebih menyukai gaun yang lebih tertutup tidak mencolok namun tetap elegan. Max tidak ingin banyak mata laki-laki dalam undangan menikmati pemandangan pada calon istrinya.

Disaat Tira keluar dari ruangan fitting, tanpa sengaja ia menabrak seseorang hingga orang itu mereka berdua sama-sama meringis kesakitan.

"Aaawwww..."

"Sorry..sorry.. gue gak sengaja.." Kata Tira saat menabrak seseorang.

"Ah iya, gak papa. Aman kok."

"Silvi..Tira.." Sebut mereka bersamaan.

Mereka saling tatap, sekaligus diam beberapa detik saja.

"Lu disini juga?" Kata mereka bersamaan lagi.

"Haha.. iya.. gue disini. Lu sama siapa?" Tanya Silvi duluan akhirnya.

"Gue sama calon suami gue." Kata Tira menatap Max yang sedang duduk disofa didepan ruang fitting yang tadi melihat mereka saling bertabrakan.

Hal itu juga didengar oleh Raka yang baru datang. Membuatnya menatap tajam Max. Ia segera mendekati dan menarik kerah baju milik Max, kemudian memberikan satu pukulan mentah dipipi Max, yang mengenai bibirnya dan berdarah.

"BUGGGHH.."

Hal itu membuat semua orang yang ada disana shock. Saat hendak melakukan satu pukulan lagi pada Max, tangan Raka segera ditahan oleh Max.

Max pun berdiri, lalu menghempaskan tangan Raka ke udara. Ia juga memberikan satu pukulan pada Raka ditempat yang sama.

"BUUGHH.."

"Kau mengambil kesempatan dalam kesempitan Max." Kata Raka sambil mengelap sedikit darah yang keluar dari bibirnya.

"Heh.. terserah kau mau bilang apa. Yang jelas,.kau adalah laki-laki terbodoh yang pernah aku temui."

"Tapi aku akan tetap berterimakasih, sudah menjaga Tira untukku hingga akhirnya aku bertemu dengannya." Kata Max dengan senyuman devilnya.

"Brengsek, cuuiihh..!" Umpat Raka.

"Jangan mengumpat, karena kita sama." Max melirik Silvi, yang dilirik pun menundukkan wajahnya.

Raka mendekati Tira, ia menatap Tira dengan sendu. Lalu, ia memegang kedua tangan Tira dan menggenggamnya.

"Apakah benar-benar tidak ada jalan untuk kita bersama?" Raka meneteskan air matanya.

Tira tidak langsung menjawab, ia melihat Silvi yang menunduk, dengan wajah sedih. Ia juga melihat Max mengepalkan kedua tangannya erat. Tira tahu bahwa Max tidak ingin miliknya disentuh oleh orang lain.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now