Seseorang Yang Menyebalkan

180 3 0
                                    


Tiba dikampus sudah jelas Tira sudah sangat terlambat. Entah hukuman apa yang akan Tira dapatkan. Sesampainya depan kelas Tira langsung mengetuk pintu dan masuk. Dengan wajah tanpa dosa Tira mengendap-endap masuk saat dosen sedang menjelaskan. Namun baru beberapa langkah, Tira merasakan seperti ada yang menarik blousenya dari belakang. Dan jelas saja saat dia menoleh kebelakang, spontan dia langsung tersenyum kuda.

"Pak, maaf saya terlambat. Tadi ada kendala saat dijalan." Jelas Tira sambil garuk-garuk tengkuk yang tidak gatal.

"Silahkan ikut pelajaran saya di minggu depan, sekarang bisa tinggalkan ruangan ini. Karena saya tidak ingin yang lain ikut terlambat di lain waktu." Perintah dosen dengan tegas, dan saat itu juga Tira permisi keluar ruangan dengan senyum kuda.

Tira berjalan menuju kantin kampus dengan wajah kesal. Ia ingin marah, tapi tidak tahu mau marah pada siapa. Haruskah dia memarahi kekonyolannya sendiri yang bangun kesiangan dan lupa memakai rok? Ataukah dia marah pada dirinya sendiri karena tadi telah membantu orang lain sehingga menyebabkan dia tidak bisa masuk kelas di jam pertamanya. Sungguh, ini adalah pagi yang sangat menyebalkan baginya.

"Mukanya kenapa ditekuk begitu, serem amat bu." Ujar Revan yang sejak tadi ternyata mengikuti arah berjalan Tira ketika berpapasan tadi, namun tak disadari oleh Tira.

"Ya ampun, bikin kaget aja." Sontak Tira kaget, karena Revan mendadak muncul dan mukanya tepat didepan muka Tira.

"Abisnya, dari ujung sana gue liat uda melamun aja. Kok gak masuk kelas, bukannya pagi ini ada kelas yah?". Tanya Revan.

"Justru itu,gue telat. Duh, crowded banget gue pagi ini. Lu sendiri gak ada kelas ta?" Tanya Tira balik.

"Gue juga telat. Mau minum apa atau mau sarapan dulu?" Kata Revan sembari tangan kanan melambai pada petugas kantin.

"Mau pesan apa atuh den dan nona?" Tanya Deni kangkantin.

"Saya omlet tanpa nasi dan mocachino hangat saja kang Deni." Kata Tira.
"Saya mocachino saja kang." Lanjut Revan.
Kemudian kang Deni pamit dan berlalu untuk menyiapkan pesanan.

Revan Junino adalah teman satu kampus Tira, Revan dari jurusan management bisnis sedangkan Tira ambil jurusan hukum. Mereka berkenalan secara tidak sengaja sejak masih di semester empat. Ketika itu, Revan tampak sedang bersembunyi dari kejaran kakak tingkat yang menyukai Revan.

Namun Revan tidak tertarik pada kakak tingkatnya yang bernama Elma itu. Dan sekarang kakak tingkat sudah lulus satu tahun yang lalu.

Kini Revan dan Tira berada di semester enam dan akan lulus tahun depan. Sebenarnya, Revan sudah menyukai Tira saat pertama kali bertemu. Namun Revan tidak berani untuk mengungkapkannya karena melihat Tira begitu tulus menjadi seorang teman. Dia lebih memilih untuk menyimpan rapat-rapat perasaannya agar tidak merusak hubungan pertemanan yang sudah berjalan satu tahun ini dan tidak ingin membuat Tira menjadi tidak nyaman.

Saat sedang asik ngobrol pesanan mereka datang, lalu mereka lanjut ngobrol. Dikala sedang asik dan ngobrol tanpa mereka sadari ada sosok yang sedang memperhatikan mereka dari balik dinding kantin dengan wajah marah.

"Gue cabut dulu yah, mau nemuin Silvi dulu. Kelas harusnya uda kelar sekarang." Kata Tira mengakhiri obrolan keduanya. "Ok, sampai ketemu nanti yah". Balas Revan dengan senyuman yang membuatnya terlihat sangat tampan.

Tira mencari Silvi dikelas tidak ada, lalu dia bergerak ke arah taman belakang kampus. Disana dia melihat Silvi sedang duduk dikursi taman sambil memainkan telepon genggamnya.

"Kok gak nyusul gue ke kantin sih, gue nungguin dari tadi tau." Ujar Tira sembari duduk dikursi yang sama dengan Silvi.

" Hei, tadi abis kelas kelar gue langsung terima telpon dari bokap, akhirnya sampe disini gue duduk." Kata Silvi menjelaskan.

"Btw, kenapa lu telat? Kan uda tau pagi ini ada kelas pak Dion." Ujar Silvi menambahkan.

"Lah itu, ribet ceritanya tadi pagi. Emmm, temenin gue ke toko  buku aja yuk, sekalian kita lunch diluar dan sambil nunggu jam kuliah berikutnya kan." Ajak Tira.

"Hmmm,yasudahlah.. hayyookk. Pakai mobil gue aja yah." kata Silvi mengiyakan ajakan Tira. "Ya iyalah, ada mobil lu ya kali bawa scoopy gue." Balas Tira cengengesan.

Mereka akhirnya pergi ke toko buku dengan menggunakan mazda merah milik Silvi. Sesampainya di toko buku,mereka langsung mencari beberapa judul buku yang mereka butuhkan.
Ketika hendak melakukan pembayaran dikasir, secara bersamaan Tira dan seorang gadis berpakaian SMA sama-sama berada di depan mesin kasir.

"Kakak, saya duluan yah." Kata gadis itu pada Tira.

"Oh tentu, silahkan." Kata Tira mempersilahkan lalu menggeser badannya mundur kebelakang.
"Terimakasih kakak cantik". Kata gadis itu dengan gembira. "Sama-sama." Kata Tira singkat dengan balas tersenyum.

Sementara dari sudut rak buku tampak seorang pemuda tampan muncul dan mendekati kasir.
"Wen, apakah belum selesai. Kau lama sekali, sebentar lagi ada meeting." Kata Raka sambil melihat jam tangannya menghampiri gadis yang memakai seragam SMA dengan nama Weni tersebut.

"Iya kak,sebentar lagi ini kok." Ujar Weni sambil memperhatikan kasir yang sedang menghitung.

Tanpa sengaja tatapan Raka teralih kepada gadis yang berdiri dibelakang Weni sedang asyik sengan handphonenya. Namun, yang ditatap tidak menyadarinya.
Lalu dari arah belakang tampak Silvi yang mengbagetkan Tira.
"Lu uda selesai, cepet banget sih." Kata Silvi sambil menepuk punggung Tira.

"Eh iya ini, buku yang gue cari uda ketemu soalnya." Kata Tira sambil menunjukkan buku yang didapatnya.
Namun saat hendak beralih ke handphonenya lagi, Tira mulai merasa seperti ada yang sedang mengamatinya. Seketika itu pandangan mata Tira dan Raka bertemu.

"Kamu??" Kata Tira kaget,namun Raka tampak datar saja.
Weni yang telah selesai melakukan pembayaran heran melihat perempuan dibelakangnya kaget melihat keberadaan Raka disana.

"Kakak cantik kenal dengan kak Raka?." Tanya Weni pada Tira.

"Eh, gak..gue gak kenal. Hanya mirip seseorang yang menyebalkan." Kata Tira spontan,lalu maju kedepan kasir menyerahkan belanjaannya.

Raka hanya melihat wajah Tira dengan seksama, Weni segera menarik lengan Raka untuk segera bergegas ke mobil.

Disepanjang perjalanan menuju parkiran, Raka masih terngiang dengan ucapan Tira yang mengatakan bahwa dia hanya mirip seseorang yang menyebalkan. Dan itu membuat Raka gemas.

"Kak Raka, kok diem aja sih. Emang kakak kenal sama kakak cantik tadi?" Tanya Weni asal karena melihat Raka diam saja sejak keluar toko buku.
"Bawel, ayo buruan masuk. Kakak telat nih." Protes Raka. Namun baru saja hendak membuka pintu mobil, Raka melihat Tira dan temannya keluar dari toko buku tersebut.

Spontan saja Raka langsung menarik tangan Tira yang auto membuat Tira terperanjat begitu pula dengan Silvi.

"Eh pria arogan, anda mau apakan saya?" Tanya Tira kesal sambil berteriak.
Weni dan Silvi hanya menjadi penonton saja dengan rasa kaget masing-masing.

"Tadi didalam kau bilang saya mirip sesorang yang menyebalkan, kau benar-benar mengusik hariku sejak pagi."

"Apa maksudmu,dasar pria sombong,menyebalkan. Buang-buang usia saja bicara denganmu." Kata Tira melepaskan tangan kanannya yang dipegang Raka namun tidak terlalu erat.

"Apakah saya terlihat seperti orang yang menyebalkan nona?" Tanya Raka menaikkan dagu Tira dengan satu jari telunjuknya.

"Tentu, dimataku anda adalah orang yang cukup menyebalkan." Ujar Tira menepis jari Raka dari dagunya. Baru saja hendak melangkahkan kakinya, lengannya ditarik kembali oleh Raka sehingga jarak mereka benar-benar tipis.

"Baiklah nona, mulai sekarang kita akan sering bertemu."ucap Raka meyakinkan Tira.

"Jangan ngadi-ngadi pemirsa. Satu detikpun bahkan saya tidak ingin melihat wajah anda. Permisi tuan arogan." Kata Tira penuh penekanan meninggalkan Raka, dan menarik tangan Silvi yang masih diam dengan segala pemikirannya.

Raka yang ditinggalkan pun mengepalkan kedua tangannya dari dalam saku celananya. Lalu beralu memasuki roll royce nya di ikuti oleh Weni yang masih melongo.

Ku Kira Kita Ternyata KalianOnde histórias criam vida. Descubra agora