Richard Glew

16 2 0
                                    

Sesampainya dirumah sakit, Richard Glew segera menuju ruang perawatan Tira. Ia melihat gadis mungil itu tidur menghadap jendela kamar.

Richard memutar arah menghadap Tira, dan ia kembali membuka telepon genggamnya. Ya, tidak salah lagi. Gadis yang dicari oleh Max adalah gadis dihadapannya ini.

"Cantik." Gumam Richard.

"Ehgg..tuan..kau sudah datang?" Tira membuka matanya, dan ingin bangun namun segera ditahan oleh Richard.

"Apa kau sudah lebih baik?"

"He'em. Terimakasih Tuan." Kata Tira.

"Tidak perlu sungkan. Panggil saja aku Richard."

"Tapiii...ah baiklah Ri-Richard."

"Apa kau sudah makan?"

"Su-sudah tuan, emm maksudku Richard."

Richard memicingkan matanya,dan juga ia mendengar dari anak buahnya bahwa Tira hanya makan satu sendok saja.

"Apa kau ingin makan sesuatu? Kau boleh minta apa saja padaku."

"Tidak, ini sudah sangat cukup untukku."

"Tapi tidak dengan janinmu."

"Katakan, kau ingin makan sesuatu?"

Tira hanya menundukkan kepala, ia tidak tahu haruskah senang atau malu. Sebab sebenarnya ia memang ingin makan sesuatu, tapi ia takut akan merepotkan laki-laki yang baru dikenalnya ini.

"Tira..?" Richard mengernyitkan dahinya.

"Emmm apakah boleh?"

"Tentu saja."

"Bolehkah aku minta ice cream?"

"Ice cream? Hmmm.. tentu.. aku akan membelikannya untukmu."  Richard melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, tapi suara Tira menghentikanya.

"Eemm Richard, bolehkah aku minta yang banyak?"

"As u wish."  Baru saja Richard hendak membuka pintu, suara Tira menghentikannya lagi.

"Rasa straberry ya." Pinta Tira menyatukan kedua tangannya didepan dada.

"Baiklah." Richard segera keluar dari ruangan.

Ia sudah tidak bisa menahan senyumnya melihat tingkah laku Tira. Entahlah, begitu melihat Tira ia merasa damai. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Tira. Apa itu? Richard pun belum menemukannya.

Richard mencari supermarket terdekat dari rumah sakit Istanbul. Padahal ia bisa saja meminta asisten atau anak buah yang lain untuk membelikannya. Tapi kali ini ia ingin melakukannya sendiri.

Richard membawa dua ember eskrim ukuran jumbo. Ia pikir mungkin orang hamil seperti itu, entahlah karena ia juga belum sempat melihat perempuan hamil terutama saat bersama mendiang istrinya dulu.

Mendiang istrinya dulu memutuskan untuk memilih child free, bukan karena takut perubahan bentuk badan pasca melahirkan. Hanya saja ia ingin fokus pada karir dan Richard saja tanpa harus disibukkan dengan anak.

"Aku kira kau sudah tidur." Richard membuka pintu ruang rawat Tira dengan sangat pelan.

"Ah belum, aku sudah tidak sabar untuk makan es krim." Kata Tira dengan nada gembira.

Richard tersenyum melihatnya lalu ia mendekat ke bed pasien dan menyodorkan dua ember es krim ukuran jumbo. Tira sungguh excitedly , mata berbinar-binar melihat kedua ember es krim itu layaknya anak kecil. Benar-benar menggemaskan.

" Kenapa banyak sekali? Satu saja sudah cukup." Kata Tira dengan memeluk kedua ember es krim berukuran jumbo itu.

"Kau tidak perlu menghabiskan semua malam ini, kau bisa menyimpannya dilemari es." Kata Richard mengacak rambut Tira. Ia tidak tahu kenapa melakukan hal itu.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now