Seandainya Kami Sepasang Kekasih

15 0 0
                                    

"Tira, kamu mau kekantin bareng kita gak?". Ajak Mesi, senior terramah diruangan itu.
Namun bukan berarti senior yang lain tidak baik atau jutek. Dua lainnya hanya saja mereka terlalu serius.

"Oo iya kak" Tira segera mengambil dompet dan bergegas menyusul Mesi berjalan menuju kantin.

Baru saja beberapa langkah keluar dari ruangan, tiba-tiba ada tangan yang memegang pundaknya. Sontak Tira langsung menoleh kearah pemilik tangan tersebut.

"Revan, gila lu ngagetin gue." Kata Tira.

"Sorry..sorry..ternyata bener elu." Ujar Revan memastikan apakah yang ia lihat barusan benar Tira.

Sejak pertemuan terakhir mereka, Revan menjadi tahu bahwa Tira magang di MZA Corp alias diperusahaan saudara sepupunya Max.

"Kok lu bisa disini? Emang lu gak magang juga?". Tira bingung lantaran jam kerja Revan malah ada disini.

"Kebetulan ini jam istirahat, tadi gue diminta buat nganter laporan. Jadi gue mampir kesini karena gue inget sama lu." Jelas Revan.

"Tira, gue duluan yah ke kantin." Kata Mesi yang di anggurin sejak Revan datang.

"Eh iya kak, maaf yah.." Kata Tira merasa tidak enak seniornya itu.

"Lu mau ke kantin, yauda gue ikut yuk laper juga nih gue." Ajak Revan sambil menggandeng tangan Tira.

"Ah iya, boleh, ta-tapi tangan lu bi-biasa aja keleus.. ini kantor bukan taman gimana sih lu." Tira menjadi gagu seketika takut ada yang melihat.

"Ya gpp, kan ini kantor abang gue juga." Ujar Revan.

Ketika pintu lift terbuka, tampak Max berdiri dengan matanya menatap tajam tangan Revan yang tengah menggandeng tangan Tira seperti tidak mau dilepas.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam magang, kenapa sudah berkeliaran digedung ini?" Tanya Max melangkah maju mendekati Revan namun matanya tertuju pada Tira.

"Is santai kali, tadi gue abis nganterin laporan. Kebetulan lewat sini ke inget Tira yang satu gedung denganmu Max." Jelas Revan.

"Lalu sekarang?". Selidik Max matanya beralih ketangan kedua orang dihadapannya saat ini.

"Ya ke kantin, mau makan siang bareng Tira dong." Kata Revan dengan lantang.

"Ini gedung perkantoran, bukan tempat umum yang kalian harus bergandengan tangan seperti sepasang kekasih." Kata Max penuh penekanan.

Tira segera menarik tangannya dari genggaman Revan, namun ditahan oleh Revan.

"Seandainya kami sepasang kekasih.. aku akan beritahu pada dunia bahwa aku adalah orang yang paling bahagia." Kata Revan sambil cengengesan, sementara Max menyatukan alisnya menatap tajam ke arah Tira. Sedangkan yang ditatap malah bingung, ingin tertawa karena puas melihat Revan mengerjai seorang CEO dingin  tapi juga takut melihat mata elang Max seperti akan membunuh orang saja.

Setelah itu Revan melanjutkan langkah bersama Tira masuk kedalam Lift. Namun, pintu lift tak bisa tertutup karena ditahan oleh Max.

"Sepertinya aku juga ingin makan siang dikantin." Ujar Max lalu menutup pintu lift.

"Tumben sekali, memangnya kau pernah makan siang dikantin?." Revan merasa heran begitupun dengan Tira.

"Sedang ingin." Jawab Max sekenanya.

"Ah biasanya kau selalu bersama Neo, kenapa tidak sekalian mengajaknya juga.?." Tanya Revan lagi sesampainya dikantin.

Semua mata  yang ada dikantin tertuju pada atasannya dan Tira anak magang yang belum sampai tiga bulan ini. Tidak sedikit yang berghibah ria. Ada pro dan kontra melihat peristiwa langkah ini, apa lagi sang atasan tidak pernah terlihat atau menginjakkan kakinya dikantin kantor.

Ku Kira Kita Ternyata KalianDonde viven las historias. Descúbrelo ahora