Menyukai Gadis Yang Sama

20 1 0
                                    

" Setelah ini kau mau kemana?" Tanya Max pada Tira. Sebab, setelah makan siang mommy Amora dan bunda Elena meninggalkan mereka beruda dikafe.

"Entahlah."

"Apa ingin ku temani shopping?"

"Aku tidak suka shopping."

"Lalu apa yang kau suka?"

"Aku lebih suka tidur."

"Maksudmu kau ingin ku temani tidur, hmm?" Max mengerlingkan matanya. Tira hanya memutar matanya malas.

"Bisakah aku pergi sekarang?"

" Kau mau kemana? Aku temani ya."

"Tidak terimakasih, urusanku sudah selesai disini aku harus pergi, aku ucapkan terimakasih untuk semuanya." Tira tersenyum dan beranjak dari tempatnya meninggalkan Max seorang.

Max hanya menatap punggung Tira yang semakin menjauh. Semakin kesini ia sangat yakin tentang perasaannya pada Tira. Ia tersenyum sendiri,jika ada orang yang melihatnya pasti akan bergidik ngeri.

Tira tidak langsung pulang, ia mampir ke kampus untuk mengumpulkan hasil presentasinya hari ini.

Setelah memberikan hasil presentasinya ke dosen pembimbing, Tira melihat kearah taman. Disana ada Revan yang tengah duduk dengan earphone ditelinganya.

Tira menghampiri Revan dan tanpa permisi ia mengambil earphone disebelah kanan Revan dan memakaikan ditelinga kiri Tira.

"Hmmm masih lagu yang sama, kayaknya favorit banget ni lagu "

"Elu, ngagetin gue."

"Hihi, sorry-sorry.. gue seneng aja liat lu kaget."

"Lu sendirian?"

"Ya iya, sama siapa lagi gue?"

"Gak bawa motor?"

"Gak, gue tadi abis dari MZA Corp langsung kesini. Gimana Van presentasi lu lancar?"

"Ngapain gue presentasi?"

"Oon damn it..!!! Gue lupa tu perusahaan punya sendiri"

Revan mengacak-ngacak rambut Tira, itu yang selalu Revan lakukan jika ia sedang mengobrol bersama Tira. Hanya saja, Tira kurang suka dengan perlakuan dari Revan itu karena ia tahu ada hati yang harus dijaga. Ya, hati Silvi yang harus dijaga. Sebagaimana saat ini ia juga harus menjaga hati Raka.

"Oya Van, sebenernya lu gimana sih ke Silvi?"

"Lu pengen gue ama Silvi gimana?" Revan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ya jadian kek." Cibir Tira.

"Terus kenapa gak kita berdua aja yang jadian?"  Revan mencengkram pergelangan tangan Tira,mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan.

"Va-Van.. apa sih lu? Gak lucu deh bercandanya."

Revan menatap lekat pada Tira, nafasnya mendadak bergemuruh. Sedih, marah, dan kecewa menjadi satu. Ia tak tahu harus bagaimana. Namun, Revan segera sadar saat mendengar suara Tira meringis kesakitan.

"Sakit Van.".

"Emm..sorry beib, gue gak bermaksud buat nyakitin lu." Ya, Revan tidak ingin menyakiti Tira. Apa lagi ia tahu betul saat ini saudara sepupunya pun menyukai gadis yang sama.

Bahkan Max terang-terangan mengatakan pada mommy Karina bahwa ia menyukai gadis yang sama dengan Revan. Rasanya ingin sekali Revan marah, namun ia tidak bisa memaksa pilihan Tira.

Jika Tira tidak bisa memilihnya untuk menjadi kekasih, Revan tidak bisa berbuat apapun. Ia hanya ingin Tira bahagia, walaupun yang ia pilih bukan dirinya .

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now