Apa Rencanamu Sebenarnya?

17 2 0
                                    

Raka segera mendekati Tira tanpa menghiraukan Silvi yang tersentak mundur karena Raka terkejut dengan kedatangan Tira.

"Sayang, bagaimana bisa kau ada disini hmm?" Tanya Raka menghampiri Tira.

"Kenapa kau tidak mengabariku kalau kau mau kesini?" Lanjut Raka.

Tira yang masih terkejut dengan apa yang ia lihat masih diam dengan pandangan nanar kearah kedua manusia didepannya saat ini. Ia sampai tak sadar jika tubuhnya kini sedang ditopang oleh Max.

Namun dalam waktu beberapa menit ia segera bergeser dan mencoba kembali pada keadaan.

"Lu kok bisa ada disini? Bukankah jadwal magang kita berakhir bareng ya?" Alih-alih menjawab pertanyaan Raka, Tira mendekati Silvi yang ada dibelakang Raka.
Tira berusaha menekan perasaannya agar tidak hanyut dalam emosi.

"Tira, gueee... Emmm..apa Raka gak kasih tahu lu?" Kata Silvi.

"Maksudnya?" Tira mengernyitkan kedua alisnya.

"Maksud gue,,, gue dan Raka sebenarnya bakal dijodohin." Cicit Silvi.

"Apaa?" Bak disambar petir disiang hari Tira mendengar langsung pernyataan dari orang yang dianggap sebagai sahabatnya.
Semua yang ada diruangan itu sontak melihat ke arah silvi.

"Benarkah itu?" Tanya Tira pada Raka dengan suara tertahan.

"Tutup mulutmu Arleta." Kata Raka penuh intimidasi dengan Silvi.

"Sayang, tidak seperti yang kau pikirkan. Aku bisa jelaskan." Raka memegangi kedua pundak Tira dengan lembut.

"Memalukan". Tutur Tira, kemudian ia hendak berbalik badan meninggalkan Raka, namun segera ditahan oleh Raka dan dipeluk dari belakang.

"Kau sudah disini, kenapa harus pergi lagi. Kau sudah mendengar darinya, tapi kau belum mendengar dariku juga sayang." Tutur Raka, ia tak perduli jika dilihat oleh saingan bisnisnya. Karena Tira lebih berharga dari apapun baginya.

Sementara Max mengepalkan kedua tangan didalam saku celananya. Ia tidak tahan melihat gadisnya berada dalam pelukan orang lain, meski ia tahu siapa yang saat ini memeluk gadisnya itu.

Neo dan Rio yang sadar akan keadaan, keduanya berdehem bersamaan melihat atasannya masing-masing.

Neo segera membawa Max keluar dari ruangan Raka. Dan Rio yang peka pun dengan cekatan membawa Silvi keluar ruangan dengan sopan.

Awalnya Silvi tidak mau, namun Raka tak menerima penolakan, akhirnya ia pun keluar diikuti Rio dibelakangnya. Saat menuju Lift tiba-tiba langkah Silvi terhenti oleh perkataan Rio.

"Bukankah sejak awal tuan Raka sudah menolak perjodohan kalian,nona Arleta?". Tanya Rio agak sinis, sebab ia tahu betul sahabat sekaligus atasannya tidak mungkin melakukan hal konyol. Lalu, kenapa tiba-tiba gadis yang ada dihadapannya kini berada disini.

"Itu bukan urusanmu." Jawab Arleta tanpa menoleh ke arah Rio.

"Maaf, apapun yang mengganggu tuan saya maka akan menjadi urusan saya nona." Tegas Rio.

"Apa rencana anda sebenarnya nona, bukankah kau sudah tahu jika tuan Raka adalah kekasih nona Tira?" Cecar Rio.

"Gak per-du-li..!!!" Silvi menoleh kearah Rio, lalu segera beranjak masuk lift meninggalkan Rio sendirian.

Saat tiba di basement area parkir, Silvi berjalan sedikit tergesa-gesa dan terus mengumpat, hal itu tak luput dari pandangan Max yang juga berada diparkiran tak jauh dari mobil Silvi. Baru saja hendak membuka pintu mobil, tangannya ditarik dengan kasar.

"Hei, sakit..!!" Eluh Silvi sambil memegangi lengannya yang diitarik.

"Apa rencanamu sebenarnya?". Tatapan Max sangat tajam seakan ingin membunuh, wajahnya tak kalah tampan daripada Raka. Membuat Silvi bergidik ngeri melihatnya.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now