Berteman

18 2 0
                                    

Untuk pertama kalinya Max banyak bicara didepan wanita, ya itu yang ia rasakan saat ini. Bahkan dengan sang mommy saja ia tidak sampai secerewet itu  max tak habis pikir kenapa ia sefrustasi ini jika mengenai Tira.

Tira yang mendapatkan serentetan pertanyaan itu dari sang CEO pun hanya terdiam. Ia bingung ingin menjawab dari mana, atas dasar apa ia harus menjawab pertanyaan pribadi seperti itu. Entahlah, mahluk aneh didepannya ini sungguh menyebalkan.

Namun, Tira membiarkan Max mengatur nafasnya terlebih dulu. Karena kentara sekali jika ia seperti sedang emosi. Ia hanya menatap Max dalam-dalam.

"Apa kau sudah mulai tertarik denganku?" Tanya Max.

"Saya tidak mengerti kenapa bapak bersikap seperti ini sama saya."

"Mohon maaf pak, jika saya menyakiti bapak. Seperti yang bapak ketahui, bahwa saya sendiri sudah punya pasangan. Dan saya sadar betul bahwa saya disini hanya sebagai mahasiswi magang yang tinggal beberapa hari lagi sudah kembali ke kampus."

"Terimakasih atas perhatian bapak kepada saya, tolong izinkan saya keluar dari ruangan ini." Tira masih menatap Max dalam-dalam.

Raut wajah Max berubah menjadi sendu ketika tatapan mereka beradu. Setelah beberapa menit tidak ada respon dari Max, Tira pun beranjak dari sofa yang mereka duduki. Baru saja Tira berjalan menuju pintu ruangan, suara bariton Max menghentikan langkah Tira.

"Berteman."

"Kita bisa memulainya dengan berteman."

"Maukah kau berteman denganku Tira?" Tanya Max.

"He'em." Tira diam sejenak kemudian berbalik badan menghadap Max dengan tersenyum. Hal sepele seperti itu saja sudah membuat Max sangat bahagia.

"Benarkah? Benarkah kau mau menjadi temanku?"

"Iya pak."

"Max, panggil aku Max."

"Max."

"Terimakasih Tira." Spontanitas Max memeluk Tira dengan erat, ia akan memulai hubungannya dengan Tira sebagai teman.

"Max, aku harus kembali keruanganku." Ujar Tira, Max pun melonggarkan pelukkannya, dan sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada Tira.

Seperginya Tira dari ruangan itu, Max terus tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta. Membayangkan Tira tersenyum padanya saja, sudah membuat dia sebahagia itu, emang boleh?

Tak lama kemudian Neo datang dengan membawa berita bahwa nanti malam akan ada meeting di singapura.

"Kenapa mendadak sekali?" Max terperanjat, wajahnya seketika berubah menjadi serius.

"Ya, karena klien kita akan terbang ke finlandia mendadak besok pagi." Jelas Neo.

"Baiklah, hanya malam ini saja kan." Kata Max mengetukan jari telunjuknya di meja.

Saat mereka sedang asik mengobrol, telepon genggam milik Neo berbunyi. Ia mendapat pemberitahuan bahwa ada keributan dilantai dua puluh tujuh. Ya, itu area perkantoran firma hukum artinya dilantai dekat ruangan Neo sedang terjadi keributan.

"Ada apa?" Tanya Max.

"Ada keributan di lantai dua puluh tujuh."

"Kenapa bisa?" Tanya Max lagi.

"Entahlah, tapi Tira terlibat." Jelas Neo.

"Apa??" Max segera berdiri dan pergi ketempat kejadian perkara.

"Sudah kuduga, ckckck..!" Ujar Neo sambil mengikuti Max.

Saat tiba dilantai dua puluh tujuh, Max segera menghampiri  beberapa staf yang ada disana, salah satunya mahasiswi magang.

Ku Kira Kita Ternyata KalianOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz