Cinta Tak Harus Memiliki

28 0 0
                                    

"BUGGHH...BUUgHHH.. !!!"

" Segini saja, adik kesayanganku?"

Max memegangi bibirnya yang berdarah, kali ini Revan benar-benar marah pada kakak sepupunya itu. Lantaran menghamili sahabat sekaligus gadis yang selama ini ia cintai.

Hari ini Revan baru tahu dari sang mommy bahwa Max akan menikah minggu depan dengan Tira. Revan benar-benar shock, ternyata Tira sendiri tidak menceritakan detail kejadian malam itu.

"Kau harus menjaga dan membahagiakan Tira dengan baik, Max. Kalau tidak aku sendiri yang akan membawanya perg inii jauh darimu." Ancam Revan.

Max malah terkekeh melihat adiknya yang sudah dewasa begitu mencintai seorang gadis dengan tulus. Sangat disayangkan mereka harus mencintai gadis yang sama.

Max sendiri tidak bisa untuk tidak mencintai Tira atau melepaskan gadis itu. Tira sangat spesial bagi Max.

"Tira tidak akan kemana-mana, aku tidak akan membiarkanmu membawanya pergi."

Revan mengulurkan tangan kepada kakaknya itu, ia tersenyum senang melihat kakaknya bahagia walau hatinya patah untuk kedua kalinya. Ia senang karena gadisnya bersama orang yang tepat. Ia tahu kakaknya tidak pernah mengingkari perkataannya.

Max dan Tira hari ini berencana untuk fitting baju pengantin. Kini ia telah merelakan Raka untuk Silvi yang ia anggap sebagai sahabat itu.

Ia tahu cara yang dilakukan Silvi tidak benar, meski katanya ada unsur ketidak sengajaan. Tapi, semuanya susah terjadi. Raka tetap harus bertanggung jawab pada janin yang ada didalam rahim Silvi.

*Flashback On*

"Mommy tahu kau pasti sangat terluka atas apa yang sudah terjadi." Mommy Greta mengusap pundak Tira dengan lembut.

" Tapi percayalah, dalam hal ini Raka juga tidak kalah terluka sayang."

"Ia sangat terpukul, karena ternyata ia harus menikahi orang yang tidak ia cintai nak."

Tira masih menyimak apa yang dikatakan oleh mommy Greta, ia tidak bisa membiarkan orang yang lebih tua memohon kepadanya. Selama ini ia memang selalu menolak dan menghindar setiap kali Raka ingin bertemu, karena sebelumnya ia masih menata hati.

Ia takut jika menemui Raka, hati dan pikirannya tak sejalan. Ia tak ingin menjadi orang yang egois. Karena Silvi saat ini lebih membutuhkan Raka dibandingkan dengan dirinya.

Namun sekarang, dirinya sudah sedikit lebih baik. Max selalu memiliki cara agar dirinya tidak terlarut dalam kesedihan.

Max juga telah menyetujui Tira untuk menemui Raka, awalnya Max bersikeras ingin menemani. Tapi Tira ingin menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Aku mengerti mom, aku bisa memaklumi. Walaupun begitu, bukankah aku dan Raka tetap tidak bisa bersama?"

"Tapi mommy percayalah, bahwa aku tidak akan membenci Raka." Tira tersenyum, kini bergantian ia mengusap punggung tangan mommy Greta.

"Itu artinya, apakah kau sudah mau menemui Raka?"

Seketika Tira menundukkan wajahnya, tidak lama kemudian ia mengangkat wajahnya lalu tersenyum dan menganggukkan kepala. Tira bersedia menemui Raka.

Mommy Greta segera mengajak Tira meninggalkan kafe itu. Ia membawa Tira ke mansionnya. Sesampainya di mansion, mommy Greta mengajak Tira ke lantai dua tempat dimana kamar Raka berada.

Mommy Greta membuka pintu kamar Raka yang tidak terkunci, membiarkan Tira masuk kedalam kamar Raka.

Mata Tira melihat sekeliling kamar Raka, ia maju selangkah demi selangkah. Ruangan gelap, hanya ada satu lampu tidur yang menyala. Kini matanya terfokus pada sosok yang selama ini yang ia rindukan, ia cintai. Sosok yang selalu membuatnya bahagia.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now