Rumah Sakit

26 2 0
                                    

Max mencari kesana kemari, tapi tidak menemukan Tira sama sekali. Ia menghubungi Neo, memintanya untuk membantu.

Lima belas menit kemudian Neo datang, ikut mencari kesegala penjuru Sultan Ahmed tetapi ia tetap tak melihat Tira meski sekilas pun. Max benar-benar menyesalinya kenapa ia begitu bodoh meninggalkan Tira sendirian disana.

"Kau dimana sayang?" Gumam Max frustasi.

Neo mengajak Max untuk pulang dulu ke hotel. Max menolak, ia bersikeras masih ingin mencari Tira sampai ketemu. Kalau sudah maunya Neo tidak akan bisa membujuk Max. Akhirnya ia pun ikut mencari.

Tak terasa kaki Tira sudah berjalan cukup jauh dari tempat Max berada, ia melihat kekiri dan kanan. Menarik nafas lega karena ia merasa Max tak akan bisa menemukkannya saat ini.

Karena kelelahan, jalan Tira sudah mulai limbung. Matanya gelap, beberapa kali ia menggelengkan kepalanya. Hal itu menjadi perhatian seseorang dari balik kaca sebuah restauran Istanbul.

"BRUUKK.." Gelap, semua menjadi gelap.

Tak sadarkan diri, sudah hampir dua jam kini Tira terbaring disebuah rumah sakit. Ia perlahan membuka matanya. Ia mengerjap-ngerjapkan bulu mata lentiknya itu. Ia menatap sekeliling, ia tersadar bahwa saat ini sedang berada dirumah sakit.

Baru saja akan bangun dari baringnya, seseorang menahan bahu Tira.

"Tetaplah berbaring nyonya, kau masih butuh istirahat." Ia menggunakan bahasa inggris, yang Tira masih bisa memahaminya x

"Nyonya? Ckck, bahkan aku belum menikah .Aku harus pergi." Tira menggelengkan kepalanya, sedikit mengomel lalu hendak turun dari tempat tidur.

"Aku bilang kau harus tetap berbaring disini nyonya." Ucapnya sekali lagi.

"Aku harus pergi, aku tidak bisa berlama-lama disini. Bagaimana dengan tagihan rumah sakitnya?" Bantah Tira.

"Aku sudah membayar semua adiminstrasinya, kau hanya perlu istirahat saja."

"Tuan, kita tidak saling mengenal. Aku tidak ingin menyulitkanmu."

"Kau tidak akan menyulitkanku jika kau mengikuti ucapanku."

"Richard, namaku Rihard." Katanya memperkenalkan diri.

Tira hanya diam, ia hanya menundukkan kepalanya. Ia tak tahu harus berkata apa. Richard memperhatikan Tira dengan seksama. Berdasakan diagnosis dokter bahwa gadis yang ada dihadapannya kini tengah hamil muda.

"Kau sebaiknya istrihat dulu disini untuk beberapa hari nyonya, agar kandunganmu tetap aman." Ucap Richard.

Tira seketika menatap Richard, kenapa Richard bisa tahu tentang kehamilannya. Ia menatap Ricahrd.

"Tadi dokter mengatakannya nyonya." Seolah bisa membaca isi kepala Tira.

"Tira."

Richard tersenyum pada Tira yang begitu cepat menyebutkan namanya, entah kenapa ia ingin menolong gadis yang ada didepannya ini. Telepon genggam Richard berbunyi. Ia segera berbalik keluar ruangan untuk menerima panggilan.

"Nyonya, saya harus pergi dulu. Saya akan kembali jika sudah selsai, sebaiknya nyonya Tira tetap disini." Kata Richard.

Tira hanya menundukkan kepalanya tanpa memberikan jawaban iya atau tidak. Richard meminta beberapa pengawalnya untuk berjaga didepan pintu  kamar Tira untuk memberikan info jika terjadi sesuatu.

Lega bisa pergi dari Max, yang harus dipikirkan bagaimana langkah selanjutnya yang harus ia lakukan. Saat ini bersama Richard mungkin lebih aman untuk Tira.

Sepeser pun Tira tak memiliki uang, ia belum tahu bagaimana bertahan hidup dinegeri orang. Sebaiknya Tira memang harus tetap berada disini menunggu Richard, orang yang telah membantunya tadi.

Setelah seharian mencari keberadaan Tira namun belum membuahkan hasil, Neo mengajak Max untuk kembali ke hotel.
Mereka sedang menunggu Richard Glew untuk meminta bantuan agar mengerahkan anak buahnya yang ada di Turki mencari Tira.

Pukul tujuh malam waktu Istanbul, acara fashion week akan segera mulai. Semua tamu undangan sudah berkumpul diballroom hotel.

Semua model untuk peragaan busana memberikan performance terbaik. Berbagai macam designer yang ada disana menampilkan busana-busana terbaru dan terbaik buatan tangan mereka sendiri.

Diakhir acara, setelah pemberian penghargaan untuk beberapa designer dan model terpilih karena mendapatkan best performance diacara fashion week. Richard Glew dan Max berjabat tangan untuk kesuksesan acara malam ini.

Selama acara berlangsung Max tidak fokus, ia memikirkan Tira yang entah sekarang berada dimana. Apakah ia sudah makan atau belum? tinggal dimana? Terlebih lagi Tira sedang mengandung anaka dari darah dagingnya sendiri.

Tingkah laku Max itu tidak luput dari pengamatan Richard Glew, karena mereka cukup sering melakukan kerja sama seperti ini. Jadi sedikit banyak mereka bisa saling memahami satu sama lain.

Disaat semua tamu udangan meninggalkan ruangan, Max dan Richard Glew masih berada diruangan itu. Tepatnya disebuah meja bundar. Kedua asisten mereka menunggu diluar menunggu perintah.

"Ku dengar kau bersama wanita, bukankah seharusnya kau membawanya kemari malam ini?". Richard membuka percakapan.

"Itu dia yang ingin ku katakan padamu saat ini, kau memang sangat cerdas Richard."

"Kekasihku hilang." Kata Max to the point.

"Maksudmu?"

"Tadi siang aku mengajaknya ke Sultan Ahmed untuk melihat sekitar,  aku meninggalkannya sebentar untuk membelikannya manisan Turki dipedagang sekitar sana. Saat aku kembali ia sudah tidak ada."

Max diam sejenak, Richard Glew masih menyimak ucapan Max sembari menikmati hot coffee miliknya.

"Aku sangat mengkhawatirkannya, terlebih lagi tadi pagi aku baru saja tahu jika ia sedang mengandung anakku."

"WHATTTTT" Hot Coffee milik Richard sampai tumpah mengenai celana miliknya.

"Ah Richard kau tidak apa-apa?"

"Bagaimana kau tahu jika ia mengandung anakmu? Dan itu baru kau ketahui tadi pagi?"

"Ceritanya rumit, tapi yang jelas aku sangat bahagia saat mengetahui ada darah dagingku didalam rahimnya."

Max memang tidak menceritakan detail hubungannya, namun Richard langsung mengerti bahwa Max sangat mencintai gadis itu.

Richard menganggukkan kepalanya dan mengetuk-ngetuk jari telunjuknya diatas meja. Berbicara soal wanita hamil, bukankah Richard tadi siang juga menemukan wanita tidak dikenal dan ia juga sedang hamil. Seketika Richard menghentikan kegiatan jari telunjuknya itu.

"Ada apa?"

"Bolehkah aku tahu nama gadis itu?"

"Tira."

Richard langsung berdehem keras sekali, ia terkejut mendengar nama gadis yang ia temukan tadi siang disebutkan oleh Max.

"Bisakah kau kirimkan fotonya kepadaku?" Pinta Richard.

"Untuk?" Max mengernyitkan dahinya.

"Bukankah kau ingin anak buahku menemukannya?"

"Ooo baiklah." Max segera mengirimkan foto Tira pada Richard.

Richard tidak langsung membuka pesan masuk yang dikirim Max. Ia tak ingin Max melihat ekspresinya saat melihat foto yang dikirimnya.

"Baiklah Max, masih ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku harus pergi dulu."

"Tentu, tolong segera kabari aku jika kau menemukan sesuatu mengenai Tira."

"Of course." Ucap Richard kemudian meninggalkan Max.

Richard segera meraih telepon genggamnya, dengan cepat ia membuka pesan yang dikirim oleh Max. Betapa terkejutnya Richard Glew saat melihat foto dalam pesan itu.

Richard segera meminta supir untuk melaju ke rumah sakit tempat dimana Tira dirawat. Bagaimana bisa dunia ini begitu sempit, tanpa dicari ternyata gadis itu malah datang sendiri padanya.

Ku Kira Kita Ternyata KalianTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon