Teruslah Tersenyum

33 1 0
                                    

*Bebs, kalian uda pada mandi belom waktu baca ini?*

Digedung Wijaya grub, Raka masih sibuk diruangannya. Berkutat dengan laptop dan sejumlah kertas-kertas diatas mejanya.

"Apa kau masih ingin terus menunggu gadis itu?" Tanya Rio yang sejak sore menemani sahabat sekaligus atasannya itu.

"Kau jangan bersedih, hal seperti itu biasa terjadi. Karena sikapmu terlalu mendadak sekali untuknya. Mungkin dia belum siap." Lanjut Rio melihat tidak ada feedback dari Raka.

"Belum siap? Sudah satu bulan, apa yang membuatnya belum siap?" Tanya Raka menghentikan aktifitasnya, dan menatap tajam pada Rio.

"Menurutku dia hanya butuh waktu." Ujar Rio.
"Jika kau memang sangat mencintainya, buatlah dia mencintaimu dengan caramu. Namun jangan kau paksa ketika kau sudah lelah." Lanjut Rio.

"Lalu aku harus bagaimana?". Tanya Raka serius.

"Kamu nanyak? Kamu bertanya-tanya?" Dengan kesal Rio cosplay jadi buncor.

PLETAKKK..!!! Pulpen melayang ke arah Rio namun Rio dengan cekatan menghindar sehingga pulpennya mengenai dinding dan jatuh kelantai.

"Kau benar-benar menyebalkan." Raka menutup laptopnya. Itu membuat Rio malah semakin tergelak sejak tadi menahan tawa.

"Bukankah malam ini Kusuma grub mengadakan acara amal? Tidak kah kau ingin datang? Melihat putrinya yang pernah mau dijodohkan denganmu." Cerocos sang asisten.

" Kau saja yang pergi." Kata Raka tidak tertarik.

"Ok, kalau begitu bagaimana kalau kita ke bar saja. Healing dong healing. Lagi pula disana banyak wanita cantik." Ajak Rio.

"Yang kau pikirkan hanya wanita cantik saja." Berdiri keluar ruangan.

"Dan yang ada dipikiranmu hanya Tira seorang." Balas Rio mengikuti Raka dari belakang.

Mereka pun akhirnya keluar dari gedung pencakar langit itu. Kali ini Raka yang menyetir, sang sopir diminta untuk pulang lebih dulu.

Membentang jalanan ibu kota, dengan kecepatan sedang Raka mengendarai mobilnya. Namun, dipinggir jalan yang agak sepi dia melihat sosok wanita yang sangat ia kenal dengan motor scoopy putihnya.

Lalu Raka segera menepikan mobilnya. Dan keluar mobil menghampiri gadisnya. Rio hanya mengamati dari dalam mobil apa yang akan dilakukan oleh atasannya itu.

"Kenapa dengan motor jelekmu itu?." Tanya Raka.

"Kenapa bisa kau ada disini?". Tira balik bertanya.

"Apakah aku tidak boleh lewat sini.?" Kata Raka. Tira hanya menunduk diam mengamati motornya.

"Aku tanya kenapa dengan motor jelekmu itu.?" Tanya Raka lagi.

"Entahlah, tiba-tiba mati. Tadi sudah hubungi tukang bengkel tapi belum sampai juga." Jawab Tira.

"Ikut denganku, nanti motormu biar asistenku yang bawa." Titah Raka. Tira tetap diam tanpa pergerakan sama sekali. Melihat itu Raka segera menarik lengan Tira membawanya kemobil.

Rio yang peka keadaan keluar dari mobil dan membiarkan Tira masuk dikursi penumpang sebelah pengemudi.

Raka pun meminta Rio untuk menunggu tukang bengkel datang. Dan Rio menyetujui itu daripada gajinya dipotong sia-sia.

Mobil Raka segera melesat dari tempat itu membawa keduanya entah kemana. Keduanya hening, hanya saja Raka sesekali melirik kearah Tira.

"Kamu habis dari mana? Kenapa pergi sendirian?" Tanya Raka khawatir.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now