Mual

27 0 0
                                    

Kini Max dan Tira sudah berada di bandara, Tira meringis saat ada pergerakan dari Max. Sepanjang perjalanan menuju bandara ia ketiduran karena hari ini ia benar-benar lelah sekali.

Max tak ingin mengganggu Tira, ia sengaja membiarkan Tira bersandar dibahunya

"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat sekali." Tak ada jawaban dari Tira.

"Kau pasti lelah pulang kuliah ya?" Max menangkup wajah Tira. Ia melihat wajah Tira sedikit pucat, mungkin karena kelelahan pikir Max.

"Sebenarnya kita akan kemana?"

Tidak ada jawaban dari Max, ia malah menggandeng tangan Tira dengan erat. Tira mencoba untuk melepaskan namun tak bisa, akhirnya ia pasrah karena menurutnya percuma.

Kini mereka sudah ada dipesawat pribadi milik Max, termasuk Neo juga disana. Max melakukan perjalanan bisnis sekaligus ingin menghabiskan waktu bersama Tira. Entah kenapa ia semakin tak ingin berada jauh dari Tira.

Wajah Tira semakin pucat, ia baru ingat obat yang ia beli diapotek tadi. Ia mengambil air yang ada dikursi penumpang lalu mengeluarkan obat dari paper bag yang ada dalam handbag nya.

"Apa kau sakit?" Max melihat Tira meminum beberapa obat.

"Hanya sedang tidak enak badan." Jawab Tira.

"Tapi sejak tadi aku melihatmu  pucat sekali." Ia menopang dagu Tira dengan jari telunjuknya dan ditepis oleh Tira.

"Itu bukan urusanmu."

"Kau mau sampai kapan seperti itu padaku sayang?"

Tira memutar matanya malas, ia sedang tak ingin berdebat. Ia sedang menahan rasa mualnya. Ia memalingkan wajahnya ke jendela. Max yang melihatnya merasa ada yang aneh, ia mendekati Tira.

"Uueeeghh... Uueeegghh.." Seketika Tira menoleh ke arah Max.

"Sudah berapa hari kau tidak mandi Max, badanmu bau sekali." Ujar Tira.

Max pun terkejut, dan ia langsung mengendus aroma tubuhnya kiri dan kanan. Ia merasa tubuhnya sangat wangi, dan didalam pesawat itu pun tidak ada aroma yang mengganggu indera penciuman.

"Neo, apa kau mencium bau sesuatu?" Neo yang duduk agak jauh kedepan menggelengkan kepala dan hanya cekikikan.

"Tidak ada bau apa pun disini sayang."

"Tapi kau benar-benar bau Max, jangan dekat-dekat denganku."

"Tira..."

"Uuueegghh . Uueehh...." Tira semakin pucat membuat Max ikut cemas.

"Kita harus segera kerumah sakit sayang."

"Apa yang kau katakan? Aku tidak perlu rumah sakit, kau hanya perlu menjauh dariku Max itu akan membuatku lebih baik."

"Max, sebaiknya kau ikuti kemauannya." Neo mendekati Max dan mengajaknya untuk duduk bersamanya.

Awalnya Max menolak, tapi mengikuti saran Neo mungkin baik untuk kenyamanan Tira saat ini.

Setelah dua belas jam-an perjalanan,  mereka pun tiba di Turkey. Orang-orang Richard Glew telah menunggu kedatangan mereka dibandara dan segera membawa mereka ke sebuah hotel mewah milik Richard Glew yang terletak di Istanbul.

Disepanjang perjalanan menuju hotel Tira kembali tertidur dibahu Max, dengan lembut Max mengusap-usap bahu Tira memberikan kenyamanan disana sesekali mengecup pucuk kepala Tira.

Setibanya dihotel Tira terbangun, dia mengucek matanya melihat keadaan sekitar. Baru hendak keluar mobil, Max segera melarang Tira dan tetap pada posisinya.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now