Tidak Enak Badan

22 2 0
                                    

Jadwal magang kuliah kurang satu minggu lagi, ingin sekali Tira segera mengakhiri ini semua. Ia tak ingin bertemu dengan CEO yang luar biasa menyebalkan itu.
Mengingat kejadian tadi malam, rasanya berat sekali untuk berangkat ke MZA Corp.

"Dasar CEO cabul, kurang ajar, gila bangkeeee..." Tira menghentakkan kaki nya diatas kasur, miring kiri dan kanan ia lakukan mengingat kejadian demi kejadian yang ia alami selama berada di MZA corp. Terutama sejak pertama kali bertemu dengan pemilik gedung itu.

"Apa sebaiknya hari ini gue ke kantor Raka aja ya, biar nanti sekalian pulangnya langsung kerumahnya.  Ah iya enakan gitu aja deh."  Tira tak segera mandi, ia masih bermalas-malasan ditempat tidur. Baru saja ingin kembali melanjutkan tidurnya, telepon genggam diatas nakas berdering.

"Ini sudah jam berapa? Apa kau berniat bolos hari ini?". Ya, yang menelpon tentu sangat dikenal oleh Tira dari suaranya.

"Emmm... Sa..sayaaa hari ini izin tidak kekantor ya pak?." Kata Tira.

"Kenapa?". Tanya Max.

"Emmm.. sepertinya saya sedang tidak enak badan pak." Jawab Tira.

Seperti menimbang-nimbang, Max akhirnya mengizinkan Tira untuk izin istirahat hari ini. Walaupun itu hanya alasan Tira untuk menghindari CEO MZA Corp itu.

Setelah telepon dari Max berakhir, tak lama telepon genggamnya kembali berdering .

"Sayang, maafkan aku ya baru memberi kabar. Hari ini tidak bisa antar kekantor, karena pagi ini ada meeting mendadak." Cerocos Raka dengan cemas, karena belum mengabari Tira.

" Tidak masalah, bukankah sebelumnya aku biasa berangkat sendiri." Tira sengaja tidak ingin memberi tahu Raka bahwa ia akan kekantornya.

"Jangan bicara seperti itu sayang." Raka merasa bersalah.

"Ya sudah sebaiknya lanjutkan pekerjaanmu, jangan membuat dirimu menjadi sulit Raka." Tira menenangkan.

"Baiklah sayang, sampai ketemu nanti ya." Ujar Raka

"Byeee...!!" Balas Tira.

Digedung MZA Corp, Max tentu memikirkan Tira yang katanya sedang tidak enak badan. Max merasa dirinya terlalu keras pada gadisnya itu dengan terus mendekatinya.
Ingin sekali Max menemui Tira, namun asistennya terus mengingatkannya dengan banyak agenda hari ini.
Banyak meeting yang harus ia lakukan.
Salah satunya sebelum makan siang nanti MZA Corp ada jadwal meeting dengan perusahaan Wijaya, ya perusahaan milik keluarga Raka.

" Jangan lupa untuk fokus bosss.." Neo menggoda CEO yang tengah galau itu.

"Apakah meeting hari ini ada yang bisa dipending dulu Neo?" Tawar Max.

" Tidak ada satupun." Jawab Neo dengan cepat. Max pun pasrah, ia tetap melanjutkan meeting.

Kini sudah menunjukkan tepat pukul sebelas siang, Tira sudah bersiap untuk segera menuju kantor Raka dengan membawa bekal yang dimasak oleh sang bunda. Tira sengaja tidak membawa motor scoopy putih kesayangannya, karena ia sedang tidak ingin menyetir dibawah terik matahari. Sehingga ia pun memesan taxi online.

Setibanya digedung perkantoran Wijaya, Tira disambut oleh sequrity dan diantarkan kebagian resepsionis.

"Apakah ada yang bisa saya bantu nona?" Sapa resepsionis dengan ramah.

"Emm saya ingin bertemu dengan pak Raka." Ujar Tira.

"Apakah sudah membuat janji sebelumnya nona?"

"Sebenarnya sudah sih." Kata Tira garuk tengkuk yang tidak gatal.

"Ah baiklah, dengan nona siapa saya bicara?"

"Tira." Jawab Tira

Dari arah pintu lobi Tira melihat Rio asisten Raka dan segera menghampirinya. Rio yang sadar seperti ada yang mendekatinya pun langsung terkejut melihat Tira berada didalam gedung perkantoran milik Raka.

"Tira? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Rio spontan.

"Aku hanya ingin mengantarkan makan siang untuk Raka saja." Tira tersenyum malu.
Rio yang melihat tas kotak bekal yang dipegang oleh Tira pun tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Bukankah harusnya kau magang masih satu minggu lagi,nona Tira?" Tanya Rio.

"Ya, tapi hari ini aku sengaja izin." Kata Tira.

"Untuk mengantarkan ini?" Mata Rio tertuju pada tas kotak bekal milik Tira.

"Ya, ini bunda yang masak." Ujar Tira dengan gembira.

"Baiklah, kalau begitu aku antar keruangan CEO, meeting juga baru selesai sekitar dua puluh menit yang lalu." Tutur Rio sambil melangkahkan kakinya mengarahkan Tira menuju Lift CEO.

Lift berhenti dilantai dua puluh tujuh, tak disangka Tira akan bertemu pemilik MZA Corp digedung ini. Tira benar-benar terkejut melihat Max dan asistennya berdiri didepan Lift hingga membuat tas bekal yang ia pegang tadi terjatuh ke lantai untungnya kotak bekalnya tidak terbuka.

Mata mereka saling pandang, jika Tira menatap dengan ketakutan seolah sedang tengah dipergoki tengah selingkuh padahal ia akan menemui sang kekasihnya. Namun Max menatapnya dengan tajam dan penuh  intimidasi. Max seolah sedang memergoki pasangannya yang sedang selingkuh, padahal ia juga sadar bahwa Tira telah memiliki kekasih.

Ya, CEO Wijaya Grub adalah kekasih gadis yang ada dihadapannya saat ini. Gadis yang membuatnya gelisah setiap waktu. Dan Max sangat paham hal itu.

Rio yang sadar bahwa Tira terkejut dengan keberadaan CEO MZA Corp, yang diketahui perusahaan tempat Tira magang segera mengambil tas kotak bekal yang tadi terjatuh.

"Ternyata anda masih disini tuan Max, saya kira meeting sudah selesai." Sapa Rio dengan ramah. Namun, tatapan Max tidak beralih dari Tira.
Alih-alih membalas sapaan dari Rio asisten Raka, Max segera masuk Lift diikuti oleh Neo sang asisten. Neo pun menekan tombol angka 30 menuju ruangan Raka.

" Bukankah hari ini kau izin tidak masuk karena tidak enak badan, nona Tira?" Tanya Max dengan penuh penekanan namun wajahnya tetap datar menatap Tira.

"Eh.. anu pak.. tadi saya ingin mencari udara segar jadi sekalian mampir kesini." Jawab Tira sekenanya dengan wajah masih ketakutan menatap pintu lift.

"Udara digedung ini lebih menyegarkan dibanding gedung MZA Corp, bukankah begitu nona Tira?" Cecar Max.

Seketika Tira menatap Max dengan wajah sendu, dan ia menjawab dengan gelengan. Ia takut Max akan mengatakan yang macam-macam didepan Rio. Ia tak ingin mengetahui apa yang telah Max lakukan padanya. Ia hanya ingin menyimpan sendiri saja.

Melihat wajah Tira yang sendu, Max pun tak tega. Ia hanya sedikit menyunggingkan bibirnya namun tak terlihat oleh Tira.

Dalam lift sepertinya semakin pengap, ketika angka sudah menunjukkan angka tiga puluh Rio segera mencairkan suasana. Ia tahu bahwa seorang Max Zio Abraham tidak suka melihat karyawannya atau siapapun yang sedang terkait diperusahaannya tidak disiplin.

"Wwaaah... Sepertinya kita sampai. Tuan muda Max apakah ada yang harus saya sampaikan pada Tuan Raka?" Kata Rio setelah keluar Lift.

"Ah tentu, ada yang mau saya tanyakan mengenai meeting tadi. Mumpung saya masih disini, jadi sekalian saja." Papar Max.

"Baiklah, akan saya sampaikan. Tuan Max bisa menunggu sebentar diruang tunggu, kecuali nona Tira boleh masuk ikut saya." Mata Rio segera mengarahkan Tira kearah pintu CEO.
Dengan cekatan Tira segera masuk ke ruangan Raka. Max yang baru saja ingin menahan Tira namun tidak sempat.

Sementara baru saja Tira masuk, tas yang berisi kotak bekal nya kini terjatuh lagi. Mata nya tertuju pada orang yang ada dihadapannya kini. Kali ini Tira benar-benar kaku hingga ia hampir jatuh kebelakang namun ditahan oleh Max.

Betapa terkejutnya Tira melihat Silvi sedang merangkul Raka dari belakang. Sontak, Raka pun segera berdiri dan melepaskan tangan gadis yang sebelumnya akan dijodohkan dengannya itu.


*Aku yang masih nungguin komenan kalian looh..*

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now