Dosis Tinggi

35 1 0
                                    

Awalnya Ragu, namun akhirny sang bartender pun memberikan satu sloki wine dengan rendah alkohol pada Tira.

Max yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dan berdecak kesal, ia mengambil jarak dua kursi samping Tira, namun ia dibelakangi oleh Tira.

Seperti tak tertahankan akhirnya Tira menangis sejadi-jadinya. Ia meletakkan sebelah tangannya dibagian dadanya. Sakit, iya yang ia rasakan sesakit itu. Ingin sekali Max menemaninya dan menjadi sandaran bagi gadis yang selama ini tanpa permisi masuk dan bersemayam dihatinya. Tapi tidak Max lakukan karena ia tahu betul bahwa Tira saat ini butuh waktu sendiri.

Sudah hampir satu jam Tira duduk dikursi  bar itu dan entah sudah berapa sloki ia habiskan. Ia sudah mulai meracau tak karuan.

Cukup jelas terdengar ditelinga Max racauan Tira. Tak lama kemudian seorang laki-laki dengan jaket kasualnya duduk tepat didepan Tira.

Ia mengajak Tira bicara, walaupun tahu yang diajak bicara tidak merespon dengan baik. Hanya meracau sembarang kalimat. Laki-laki itu terlihat sedang memanfaatkan keadaan, membaca situasi Tira. Dengan cepat ia memasukkan cairan bening kedalam sloki Tira yang berisi minuman beralkohol itu.

Pergerakan itu tidak luput dari tatapan Max. Ia segera mendekati Tira agar tidak minum lagi. Sayangnya, tangan Tira saat memasukkan minuman itu lebih cepat seperti kilat.

Max gagal menghentikan Tira, namun ia segera menghantam kepala laki-laki yang duduk dihadapan Tira dengan gelas sloki milik Tira.

Terjadi baku hantam antara Max dan laki-laki tak dikenal itu. Max benar-benar marah, hingga akhirnya dilerai oleh sequrity. Laki-laki itu dibawa keluar dalam keadaan bonyok wajahnya.

Max melihat kondisi Tira sudah semakin buruk. Ia membawa gadis mungil itu keluar dari club malam. Max menggendong Tira hingga area parkir.

SUV hitam milik Max pun melaju meninggalkan tempat itu. Disepanjang perjalanan Tira merasa gerah, beberapa kali ia ingin membuka bajunya.

"Shitttt... Dia diberi obat perangsang dosis tinggi." Umpat Max, sebab tahu betul apa yang dimasukkan laki-laki tadi kedalam minuman Tira.

"Gerah sekali,, tolong.. uuughhh." Tira ingin membuka bajunya didepan meja bar, dan segera ditahan oleh Max

"Bertahanlah, aku akan membawamu pulang."

Max memutar arah, ia tidak mungkin mengembalikan Tira dalam keadaan seperti ini. Membawa Tira kerumahnya pun juga mustahil, mommy Amora pasti akan berpikiran yang macam-macam. Akhirnya mereka kini berakhir di apartemen milik Max.

"Geraah.  Tolong..bunda " Tira terus menarik-narik dressnya. Kulit putih milik gadis mungil itu terekspos. Membuat Max harus mati-matian menahannya.

"Aiiisss... Tira...Tiraa.." Max segera keluar dari mobilnya, sekaligus mengeluarkan Tira dan menggendongnya ala bridal style masuk ke apartemen.

"Gerah.. aaarrgghh.." Tira meremas kerah baju Max, ia mengendus-endus leher Max.  Sesampainya di apartemen Max, ia membawa Tira ke kamar pribadinya.

Max melepaskan hills Tira, ia segera membawa Tira kekamar mandi. Max menyalakan shower lalu menyiram Tira yang masih menggunakan pakaiaan. Hampir sepuluh menit disiram Tira masih belum ada perubahan sama sekali.

"Geraah... Aahh .geraah.." Tira hendak membuka bajunya namun ditahan oleh Max. Ia berusaha untuk melawan gejolak dan menjaga kewarasan dirinya sendiri.

Max mencoba menyiram Tira lagi, kali ini Tira benar-benar tidak bisa menahan dirinya. Ia membuka dressnya yang sudah basah kuyub dan meninggalkan dalaman berwarna hitam saja disana.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now