Kalung Milik Tira

16 1 0
                                    

Ketika sampai dirumah, Silvi langsung membawa mamanya ke sofa ruang keluarga. Dia sungguh penasaran dan ingin memastikan bahwa orang yang akan dijodohkan oleh orangtuanya benar-benar laki-laki yang ada direstauran tadi, dimana ia sedang melamar sahabatnya sendiri,yaitu Tira.

"Ma, mama yakin mama sama papa mau jodohin Leta dengan cowok yang tadi ada direstauran?". Selidik Silvi.

"Iya, memangnya kenapa? Kamu suka?". Kesya bertanya kembali kepada putri tunggalnya itu.

"Bukan soal suka sih, tapi itu cewek yang dia lamar temen deket Leta tau gak?, ya kali Leta mau ambil pacar orang, apalagi pacar temen sendiri." Jawab Leta dengan tegas.

"Wah, anak mama dan papa sudah dewasa yah.. terimakasih ya sayang." Kata Papa Wildan kemudian memeluk putri kesayangannya.

Sementara ditempat lain, Max sedang menahan gejolak amarah ketika melihat video amatir yang dikirim oleh Neo melalui aplikasi hijau mengenai Tira gadis incaran sahabat sekaligus atasannya itu sedang dilamar oleh sang kekasih.

"Akhirnya, kau kalah telak Max." Isi pesan dari Neo.

Seketika Max merebahkan diri diatas tempat tidurnya yang king size. Pikirannya melayang pada sosok Tirani Beladya yang pertama kali ia temui di danau buatan ditengah kota.
Ia sungguh terpikat dengan pandangan pertama, segera ia meminta Neo sang asisten untuk mencari tau sedetail mungkin mengenai gadis berparas cantik yang telah mengganggu hati dan pikirannya.

Sampai akhirnya ia tahu, bahwa ibunya Tira secara kebetulan teman dekat ibunya Max.
Ketika ada acara amal malam itu ia memberikan kalung yang diberi nama Tira.

Ia pikir, Tira sudah mengetahui siapa yang memberikan kalung itu padanya. Namun, dari lagatnya sepertinya ia memang belum mengetahuinya. Satu hal yang pasti Max tetap senang karena Tira memakai kalung itu meski ia tak tahu dari siapa kalung itu.

Tidak tahu kenapa sejak pertama kali pertemuannya dengan Tira di pinggir danau waktu itu, membuat Max ingin selalu berada didekat Tira.

Melihatnya, melindunginya adalah hal yang membuat Max bahagia walaupun Tira begitu dingin dengannya. Ya, mungkin dia ingin menjaga perasaan seseorang atau memang sudah karakternya seperti itu terhadap orang yang baru dikenal.

Kini, ia mendapatkan kabar bahwa gadis yang beberapa waktu ini membuatnya merasa terpenjara dalam pikiran tengah dilamar oleh sang kekasih.

Sebenarnya hal itu wajar, namun tidak dengan hati Max. Hatinya tercekat, ingin marah tapi tak bisa. Andai ia lebih dulu bertemu dengan Tira, mungkin yang akan melamarnya saat ini adalah dirinya.

"Masih dilamar, belum sah yah kan..artinya siapa saja masih memiliki kesempatan untuk merebut hatimu gadis kecilku." Ujar Max menyemangati dirinya sendiri lalu ia menggelengkan kepala dan tertawa kecil.
Menertawakan dirinya yang seperti orang bodoh. Yah, pesona Tira telah membuatnya seperti orang bodoh.

Ditempat lain keesokan harinya, suasana hati Raka sangat bahagia. Ia telah mengatakan pada orangtuanya bahwa lamarannya diterima oleh gadis pujaannya. Namun, belum bisa untuk dinikahi karena sang gadis masih ingin menyelesaikan kuliahnya yang sudah tinggal hitungan bulan saja.
Raka mau bersabar dan menantinya. Kedua orangtuanya pun juga sangat bahagia mengingat usia anaknya sudah cukup matang untuk memiliki keluarga.

"Hmmm... sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga nih.." Sapa Weni ketika melihat sang kakak turun tangga sambil bersenandung kecil memainkan kunci mobilnya.

"Adik kecilku, sebentar lagi kau akan memiliki kakak perempuan idamanmu. Apakah kau senang?". Tanya Raka saat tiba diruang makan dan langsung duduk menyeruput susu yang masih sangat panas .

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now