Mungkin Gue Egois

18 1 0
                                    

Saat membuka mata, Tira melihat sekeliling ruangan. Setiap inci sudut Tira perhatikan. Mencoba mengingat kejadian saat sebelum ia tertidur. Alisnya menyatu, mengernyit berpikir apa yang telah terjadi.

Ia menenangkan diri, dan akhirnya pun tersadar bahwa saat ini ia berada diruangan pribadi milik CEO MZA Corp.

Tira menjambak rambutnya dengan kedua tangannya,ia bingung. Haruskah ia mengatakannya dengan Raka apa yang telah terjadi padanya.

Ia kembali melihat sekeliling, jam dinding menunjukkan pukul tiga sore. Artinya sudah hampir tiga jam ia berada diruangan ini. Tapi, ia tidak melihat Max. Dimana dia?

"Ah, peduli amat. Gue harus pergi, mana handphone gue ada didalam tas lagi ah."

"Kaca,, mana kaca... Penampilan gue pasti berantakan banget nih. Dasar CEO cabul."

"Kacanya ada didalam walk in closet, disebelah sana". Max sedari tadi duduk di sofa melihat gerak gerik Tira sejak membuka mata.

Sontak Tira terkejut dan berlari kearah yang ditunjuk oleh Max.

"Kok bisa sih ada mahluk macam dia, iiisshh." Setelah selesai merapikan pakaiannya Tira tak henti-henti mengumpat Max bahkan  ia juga mengutuk dirinya sendiri

Tira sudah selesai merapikan penampilannya, saat membuka pintu betapa terkejutnya ia melihat Max yang sudah berdiri didepan pintu. Max melangkahkan kakinya masuk ke walk in closet hingga membuat Tira harus melangkah mundur.

Max terus maju hingga Tira terpojok kedinding yang berlapis kaca. Ya, semua ruangan pribadi Max hampir semua dindingnya dilapisi oleh laca terutama walk in closet nya semua full kaca.
Max memutar badan Tira menjadi menghadap kaca, ia memeluk Tira dari belakang.

"Mulai sekarang, kau hanya milikku Tira. Kau dengar itu?"

"Kenapa begitu, dasar mesum."

"Orang yang kau anggap mesum inilah yang akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia didunia."

"Apa yang kau pikirkan Max? Kau tahu aku sudah ada Raka. Lalu kenapa?"

"Aku tidak perduli, aku sangat yakin hatimu akan berpaling padaku."

"Jangan bermimpi. Itu tidak akan pernah terjadi."

"Biarlah waktu yang akan menjawab, kita atau kalian?"

Tira terdiam, bibirnya keluh untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Sedih, kecewa semua berkecamuk dihati dan pikirannya saat ini.

Max mengerti kegelisahan yang Tira rasakan saat ini, ia pun melepaskan pelukkannya dan memutar badan Tira menjadi menghadapnya lagi.

Max mengusap pipi Tira dengan lembut, ia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Tira akui, Max Zio Abraham memang sangatlah tampan. Tidak kalah tampan dengan Raka. Namun, ini perihal hati yang tak bisa diajak bercanda.

"Kau milikku " Ucap Max mengingatkan Tira.

"Pergilah"

Tanpa berkata-kata Tira meninggalkan Max dan ruangannya. Ia segera turun menuju ruangannya. Banyak mata yang melihatnya, banyak yang membicarakannya.

"Hahh.. benar-benar." Tira menghembuskan nafas panjang, ia segera membereskan ruangannya, dan  membawa beberapa dokumen sebagai bahan referensi. Besok ia akan presentasi dikantor juga dikampus.

"Sabar Tira, cuman besok doang kok. Abis itu uda lu gk perlu ketemu CEO mesum dan pemaksa ini lagi."

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Tira pun segera pamit kepada rekan-,rekan senior diruangan itu lalu pergi.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now