Penolakan Dari Raka

40 0 0
                                    

Tanpa menunggu jawaban dari Max, mommy terus saja masuk sehingga mendapati Tira diruang makan. Tira tampak berantakan sekali.

"Tira, ooo astaga...apa yang dilakukan Max padamu sayang?" Mommy melihat Tira menggunakan kaos milik Max sambil memakan spagetti yang masih nyangkut digarpu.

"Eh.. emm.. aunty.." Sapa Tira bingung.

Max melipat kedua tangan didada, berdiri didepan dapur melihat momyy nya yang sangat heboh.

"Max kau benar-benar keterlaluan, mommy ingin kau menikahi Tira secepatnya."

"Tanpa mommy minta aku memang akan menikahinya mom.",

"Ah aunty.. tidak perlu.. ini hanya sebuah kesalahan."

"Kesalahan apa maksudmu sayang, Max harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."

"Kami hanya perlu saling melupakan saja aunty, tidak perlu harus sampai pernikahan."

Mommy Amora sontak melirik Max, ini kejadian langkah. Dimana-mana perempuan yang sudah kehilangan mahkotanya akan meminta pertanggungjawaban pada laki-laki tersebut. Apa lagi laki-laki seperti Max, banyak perempuan yang ingin ada diposisi Tira. Amora tak habis pikir dengan jalan ninja yang ingin ditempuh oleh putri teman dekatnya ini.

"Tira, aku harap kau akan mempertimbangkannya. Mulai sekarang jangan panggil aunty lagi ya, panggil mommy."

Tira hanya diam seribu bahasa,mommy Amora mengerti betapa sangat terpukul Tira dengan kejadian ini. Max sudah menceritakan sebab kenapa Max dan Tira  seperti ini.

"Mommy pulang dulu ya sayang, ini mommy bawakan pakaian ganti, makanan dan cemilan untukmu." Mommy Amora mencium dahi Tira, lalu meninggalkan Tira diikuti oleh Max.

"Max, mommy ingin kau segera atur pernikahanmu dengannya, jangan membuatnya merasa tidak berguna. Dan melakukan hal-hal nekat."

"Aku mengerti Mom,thank you mommy." Max mencium pipi kiri dan kanan sang mommy.

****

"Arrrrghhh....!!!"

"Praaankkkk..Praankkk..!!!" Raka melemparkan semua barang yang ada diruangan itu.

"Apa yang terjadi Arleta?? Kenapa bisa begini???" Raka benar-benar murka. Saat ia bangun ia melihat disampingnya ada Silvi. Ia benar-benar marah pada dirinya sendiri kenapa bisa seceroboh ini, kenapa bisa ia melakukan hal bodoh seperti ini.

Silvi hanya bisa menangis, ia juga tak mengerti apa yang terjadi. Satu hal yang pasti ia juga kehilangan mahkota berharga yang dijaganya selama ini.

"Tidak mungkin.. ini tidak mungkin..." Ucap Raka Murka.

Raka segera membersihkan diri dikamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dibawah shower. Ia berusaha mengingat kejadian bagaimana ia bisa berada di club malam saat itu bersama dengan Arleta.

*Flashback on*

"Tuan Raka, diluar ada nona Arleta ingin bertemu denganmu." Kata Rio sambil tersenyum mengejek Raka.

"Kenapa dia bisa kesini lagi, bukankah sudah ku bilang jangan biarkan dia datang kemari lagi, katakan aku sibuk."

Rio hanya mengedikkan bahu dan melakukan sesuai perintah Raka, baru saja Rio akan membuka pintu Silvi masuk sambil merengek manja

"Kak Rakaaaa... Kok telepon ku gak pernah diangkat sih?"

Raka memutar mata malas melihat wanita yang sempat akan dijodohkan dengannya itu merengek selalu ingin ditemani. Padahal Raka seringkali mengatakan bahwa ia tak perlu datang kekantor untuk menemuinya. Namun, memang gadis itu sulit sekali untuk diberitahu.

"Aku sangat sibuk Arleta, mungkin kau bisa pulang saja."

"Kak Raka, kau tahu aku baru menyelesaikan presentasiku dikantor itu artinya masa magangku sudah selesai. Aku senang sekali."

Raka tidak merespon, mendengar itu ia teringat dengan Tira yang sama-sama presentasi dan menyelesaikan masa magangnya hari ini. Raka ingin sekali menyelesaikan pekerjaan kantornya yang menumpuk hari ini lalu segera menemui sang kekasih.

Ia melihat telepon genggam miliknya, belum ada telepon atau pesan masuk dari Tira. Ia pikir mungkin sang kekasih masih sibuk, akhirnya ia meletakkan kembali telepon genggamnya. Silvi yang menyaksikan itu sungguh kesal.

"Kak Raka, makan siang bareng aku yuk? Aku mau nyobain makan dikafe dekat sini, sepertinya enak."

"Arleta, aku sedang sibuk. Jika kau terus menggangguku pekerjaanku malah tidak akan selesai."

"Bukankah kakak belum makan siang ya?"

" Maafkan aku Arleta, aku sedang tidak lapar, kau duluan saja." Raka sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa pada Silvi. Semua kalimat halus sudah ia lakukan.

Dengan cemberut Silvi keluar meninggalkan ruangan Raka. Raka menghembuskan nafasnya lega melihat Silvi keluar dari ruangannya.

"Wow, sepertinya gadis itu tidak ada kata menyerah boss." Ujar Rio yang tiba-tiba masuk ke ruangan Raka.

"Kau harusnya bantu aku mengusirnya."

"Biarkan saja dia mendapat kecewa jika kau sendiri yang menolak."

Rio sengaja membuat Silvi mendapatkan penolakan dari Raka, karena ia tak ingin Silvi terus berharap pada sang atasan sekaligus sahabatnya itu. Rio tahu, Raka hanya mencintai Tira saja.

Hari ini Raka memang sangat sibuk, ada oknum divisi yang tidak mengerjakan pekerjaan dengan sebenarnya. Dan hari ini ia masih ada meeting hingga nanti sore. Walaupun sudah dibantu dan sebagian dihandle oleh sang asisten Raka tidak bisa lepas tangan begitu saja.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul empat sore lebih lima belas menit. Ia masih ada meeting terakhir disebuah kafe.

Saat ia tengah meeting, telepon genggam miliknya bergetar. Ia tak merespon panggilan masuk karena dari unknown number. Tak lama kemudian ada pesan video masuk melalui sebuah aplikasi pesan.

Disana terlihat Silvi dan beberapa gadis seusianya sedang diganggu oleh beberapa orang laki-laki. Suara Silvi yang meminta tolong padanya membuat Raka mengumpat. Disebuah club yang cukup familiar untuk Raka, ia tidak habis pikir kenapa Silvi bisa berada ditempat seperti itu.

Sejak kecil Raka menganggap Silvi hanya sebatas adik, hingga kini tetap sama. Namun, melihat kejadian ini ia tetap tidak bisa berdiam diri. Raka meminta Rio untuk melanjutkan meeting ini. Akhirnya Raka meninggalkan kafe itu dan menuju club tempat dimana Silvi berada.

Saat sampai di executif club, ia mencari keberadaan Silvi. Ya,  Silvi yang menghubungi Raka. Melihat para pembuat onar itu Raka segera mendekati meja Silvi yang berada dipojokan yaitu khusus untuk kalangan elit.

Raka menghajar satu per satu laki-laki yang berjumlah empat orang itu tanpa ampun. Silvi sangat senang ternyata yang membantunya adalah Raka. Ya, Raka datang untuk menyelamatkannya.

Para laki-laki itu terkapar dan segera dibawa petugas keamanan. Silvi sangat senang melihat Raka datang menyelamatkannya. Namun, Silvi tidak menyadari jika salah satu temannya memasukkan cairan bening kedalam gelasnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Raka

"Kak Raka, terimakasih. Aku takut banget, hiks." Kata Silvi langsung memeluk Raka, dan menangis didada bidang laki-laki berparas tampan itu.

"Apa yang kau lakukan disini, bukankah harusnya kau pulang?"

"Tadi aku bertemu mereka waktu di Mall, mereka temen-temenku dikampus kak. Hitung-hitung merayakan setelah tiga bulan magang. Bukankah itu menyenangkan kak?"

Ya, Silvi bersama teman kuliahnya. Mereka diantaranya adalah Mona, Deva dan Sesil. Ketiga temannya itu adalah kelompok gadis yang tidak menyukai Tira, sejak lama mereka mengganggu Tira namun tidak pernah berhasil. Sayangnya Tira terlalu cuek.

Silvi yang notabenenya teman dekat Tira sebenarnya mengetahui jika banyak gadis yang cemburu pada Tira, termasuk dirinya sendiri. Tapi ia tidak pernah berniat untuk menyakiti Tira. Ia hanya menganggap semua nya biasa saja, hal yang wajar.

*Sampe sini gimana bestie...*

*Lagi butuh amunisi dari kalian niiihh...*

Ku Kira Kita Ternyata KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang