Cemburu

23 2 0
                                    

Entah kenapa mod Tira sedang tidak baik-baik saja. Rasa apa ini ia juga tidak mengerti. Mau marah tapi sama siapa? Haruskah ia marah dengan Raka karena tidak menghubunginya dulu?

Ataukah ia harus marah dengan Silvi karena tidak menceritakan apapun tentang semua yang sedang terjadi saat ini?

Hari ini ia akan mempersiapkan presentasi untuk besok dihari terakhir ia magang. Saat ini bukan waktunya untuk bergalau ria. Kasus yang akan dibahasnya besok tentang perlindungan wanita,yakni pelecehan didalam dunia permodelan karena kebetulan gedung Firma Hukumnya satu gedung dengan model-model,hingga artis ibu kota.

Saat sedang asyik mereview kembali makalahnya tiba-tiba ada pesan masuk dari Raka.

*"Sayang, aku merindukanmu. Tersenyumlah"*

Seakan Raka tahu jika Tira perasaan Tira sedang kacau hari ini. Tira mengabaikan pesan itu.

"Duuuhh ... Membagongkan banget sih ini.. pusing gue..". Tira menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia sadar betul bahwa IQ nya standar-standar saja.

"Apa kau sakit?". Suara bariton mengagetkan Tira, sontak ia mengangkat wajahnya kearah sumber suara.

"Eee..kau..eh..Pak...emm"

"Kenapa? ini sudah jam makan siang,ayo."

Max menarik tangan Tira, itu membuat Tira gugup. Semua mata memandang kearahnya.

"Mampus gue, masalah baru lagi." Batin Tira.

"Kau mau membawaku kemana Max?"

" Kita makan siang."

"Tapi aku belum mengatakan iya"

"Tidak ada penolakan."

"Nyebelin banget sih." Gumam Tira.

"Aku masih mendengarmu Tira."

Max mengajak Tira makan siang diluar. Disepanjang perjalanan Max sering melirik kearah Tira.
Ia sangat senang bisa bertemu kembali dengan Tira. Sebenarnya ingin sekali sesampainya ditanah air ia menghubungi Tira. Namun, ia tak ingin mengganggu istirahat sang gadis.

"Apa kau tak merindukanku?" Tanya Max asal.

"Hah? Rindu? Lelucon apa itu?"

"Tidak bisakah sekali saja mengatakan iya padaku?"

"Meskipun aku bilang tidak, apakah kau akan terima?"

Max tertawa kecil kemudian menarik hidung Tira, semakin Tira jutek padanya semakin ia gemas.

Kini mereka telah tiba direstaurant tempat dimana mereka akan makan siang bersama.

Saat sedang mencari tempat duduk yang nyaman, tatapan Tira tertuju disatu meja yang ditempati oleh dua orang yang sangat ia kenal. Tira mendekati meja itu, semakin dekat semakin menyayat hati.

"Tira." Ucap Silvi pelan.

Raka pun mengikuti arah mata Silvi, dan ia pun terkejut melihat keberadaan Tira dibelakangnya.

Tira hanya tersenyum getir, ia tetap melangkah mendekati meja mereka. Baru saja Raka hendak berdiri, tangan Tira mengisyaratkan agar Raka tetap duduk ditempatnya.

Tira mengambil kursi yang terletak diantara Silvi dan Raka, sementara Max hanya melihat dan berdiri bersandar didinding dekat pintu masuk agak jauh sambil menyilangkan tangan didada.

"Tira, kenapa lu bisa ada disini?" Tanya Silvi.

"Pertanyaan macam apa itu, bukankah ini tempat umum? Siapa pun boleh dong kesini." Tira tersenyum sambil menatap ke arah Raka.

Ku Kira Kita Ternyata KalianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang