Bandit Gatal

23 0 0
                                    

Acara pernikahan telah selesai, Max membawa Tira masuk kedalam kamar. Ia takut Tira jatuh pingsan karena kelelahan, apa lagi ia kini tengah mengandung anaknya. Semua mata tamu yang masih ada disana tertuju pada mereka berdua.

"Sstt..Elena.." Amora menyikut lengan bunda Elena sambil melirik Max dan Tira yang meninggalkan ballroom hotel.

"Biarinlah,.mungkin mereka sudah kelelahan. Kasihan juga toh Tira tengah hamil muda." Kata bunda Elena cengingisan melihat sang besan.

Sesampainya didalam kamar, Max meletakkan Tira diatas tempat tidur king Size itu. Ia membantu Tira melepaskan heelsnya. Kemudian ia membuka Tuxedo putihnya, dan semua pakaiannya. Dan tak lagi menyisakan apapun.

"Max.. apa yang kau lakukan." Tira segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Apa ada yang salah?"

"Kenapa kau tidak membukanya dikamar mandi saja Max?" Gerutu Tira.

"Disini atau dikamar mandi, bukankah sama saja sayang?" Goda Max.

"Kau keterlaluan Max.." Tira baru pertama kali melihat geoduck milik Max. Walaupun ia tengah hamil, namun saat itu ia tidak sadar dan tidak tahu seperti apa benda asing milik Max yang membuatnya hamil itu.

"Aku mandi duluan ya sayang. Atau kau ingin mandi bersamaku?" Max senang melihat wajah sang istri yang kini menjadi merah karena kesal sekaligus malu.

Akhirnya Max meninggalkan Tira sendirian masih dengan kedua tangan menutupi wajahnya.

Saat semua tamu sudah meninggalkan ballroom, keluarga Max dan keluarga Tira pun kembali kekamar masing-masing dihotel yang sama.

"BRUUGGh.."

"Awww..sakit.." Lexi menabrak seseorang hingga ia sendiri terpental, ia menggosok bokongnya yang dengan cepat mendarat dikarpet tebal ballroom.

"Ceroboh sekali." Umpat laki-laki yang kini berdiri didepan Lexi.

"Apa sih loh, bukannya bantuin. Malah ngatain lagi ah. Sialan." Maki Lexi yang hendak berdiri.

" Apa katamu ?" Neo mendekat pada Lexi.

"Kau sialan. Si-ALAN." Kata Lexi menekankan kalimat yang barusan ia sebutkan untuk Neo.

"Mmmpphh.." Lexi ingin berteriak tapi tidak bisa, ia berusaha melepaskan ciuman mendadak oleh laki-laki yang tak ia kenal ini.

Saat kehabisan pasokan oksigen, Neo melepaskan ciumannya pada Lexi.

"PLAAAKKK..PLAAAKKK.."

Tidak menyia-nyiakan kesempatan Lexi pun segera memberi tamparan keras dipipi kanan dan kiri Neo.

"KAU." Neo melotot pada Lexi yang sudah berani menamparnya, apalagi sampai dua kali.

"Apa? Lo mau nampar gue juga? Ayo.." Tantang Lexi menyodorkan wajahnya pada Neo.

"Enak aja ya, berani-beraninya lo ngambil ciuman pertama gue. Dasar bandit gatal..tua bangke gak tau malu. Cabul." Maki Lexi habis-habisan,jari telunjuknya tepat didepan wajah Neo.

"Kau.." belum selesai Neo bicara Lexi masih saja nyerocos.

"Semoga gue gak akan ketemu lo lagi, menjijikkan. Cuiihh." Lexi segera meninggalkan Neo begitu saja. Disepanjang perjalanan ia terus mengumpat dan membersihkan bibirnya menggunakan tangannya. Terlihat dari jauh oleh Neo yang masih berdiri disana.

Neo terpaku, ia tak bisa berkata-kata bertemu dengan gadis cilik yang memiliki sejuta kata kasar. Baru kali ini ada yang memakinya habis-habisan, terlebih lagi itu anak ABG. Neo menarik nafas dalam-dalam meninggalkan ballroom.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now