Persis Daddy

19 2 0
                                    

Sejak tiba digedung MZA Corp, Max semakin tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Neo yang sejak tadi menemani pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

"Shiiiiittt... Berapa kalipun ditelepon tidak diangkat. Apa saat ini dia sedang bersenang-senang bersama kekasihnya?". Max melempar telepon genggamnya kedinding yang ada dibelakang Neo hingga hancur.

Untungnya Neo sigap dengan pergerakan atasannya itu, sehingga tidak mengenai wajahnya yang juga tidak kalah tampan.

Baru saja ia akan bicara lagi, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Dan tak lama muncul adik sepupunya yang saat ini tidak tepat situasi dan kondisi kehadirannya.
Max menghembuskan nafasnya panjang.

"Kenapa wajahmu kusut sekali kak? Apa kau kalah tender hari ini? " Goda Revan.

"To the point saja, untuk apa kemari?"

"Hehehe,, aku kesini mencari Tira. Tapi dia tidak ada. Dikantin pun tidak ku temukan." Kata Refan.

Ya, setibanya digedung MZA Corp ia langsung mencari Tira keruangannya hingga akhirnya ia mencari disetiap sudut kantin pun tidak ada.

"Kau mencarinya sampai kantin?" Max menggelengkan kepalanya.

"Apa kau benar-benar menyukai gadis itu?" Tanya Max lagi.

"Tentu saja, dia spesial bagiku.. sangat." Tegas Revan.

"Bukankah dia telah memiliki kekasih?" Tanya Max lagi.

"Mencintai tak harus memiliki bukan?" Tanya Revan balik.

Bagaimana denganmu? Apa kau berencana akan tetap menyukainya?". Tanpa basa-basi Revan Skakmat kakak sepupu yang paling disayanginya itu.

Seketika Max terdiam, dan Neo pun hanya menganggukkan kepalanya.

"Aku tidak akan jadi pengecut, akan ku pertahankan agar tetap menjadi milikku." Kata Max setelah beberapa menit.

"Jadi kau benar-benar menyukainya? Kau sungguh kejam kak."  Revan mendekati kakaknya itu.

Max hanya tersenyum smirk melihat adiknya. Neo yang melihat kedua saudara yang mencintai gadis yang sama ini benar-benar terlihat lucu dan itu pun gadis yang telah memiliki pasangan.

Revan tahu bahwa Max tidak sembarang memilih seorang wanita, jika itu sudah pilihan kakaknya ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ya, segitu besar rasa sayang yang ia miliki untuk keluarganya walaupun hanya seorang sepupu.

Tak terasa haripun sudah menjelang sore, Tira terbangun dari tidurnya. Ia merasakan ada tangan kekar berada diatas perutnya. Saat ia menoleh kesamping ternyata Raka sudah disana, dan ikut tidur bersamanya.

" Sejak kapan dia ada disini, apakah meetingnya sudah selesai? Kenapa tidak membangunkan ku? Apa dia juga lelah?" Tira bertanya pada dirinya sendiri sambil menatap sang kekasih.

"Apakah aku setampan itu sayang?" Kata Raka masih dalam mata tertutup.

"Kau tidak tidur?" Tanya Tira.

"Hmmm... Aku baru saja selesai meeting, aku lelah sekali. Tapi kau telah mengobati lelahku hari ini sayang, terimakasih ya." Ujar Raka. Tira hanya tersenyum sambil membelai rambut Raka, dan itu membuat Raka menjadi tenang.

" Apakah kita akan terus disini?" Tanya Tira.

"Menurutmu?"

"Entahlah."

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu sayang?" Raka merubah posisinya menjadi duduk disebelah Tira.

Ia merapikan rambut Tira yang menghalangi pipinya. Wajah mereka kini dekat sekali, bibir mereka saling bersentuhan. Kemudian Raka melumatnya kemudian memperdalam ciuman mereka.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now