Aku Bangga Padamu

42 0 0
                                    

Tira berjalan ke kamar mandi, ia bergerak sepelan mungkin agar tidak membangunkan Max. Ia tahu sang suami juga sangat lelah karena seharian bekerja. Walaupun ia tahu Max tidak akan membiarkannya sendirian.

Tira membersihkan diri, ia berusaha melupakan sakit yang hilang timbul namun tidak sering itu.

Setelah selesai mandi, Tira berjalan menuju walk in closet mengenakan daster yang ukuran besar cocok untuk ibu hamil dan menyusui. Ia duduk ditempat meja riasnya, mengamati wajahnya yang sedikit pucat.

Ia mengoleskan lipstik berwarna pink tipis-tipis dibibirnya agar tampak segar. Ia menyemprotkan sedikit parfume dibeberapa bagian dasternya.

Ya, Tira mencoba untuk sesantai itu. Karena ia juga sudah mendapatkan instruksi dari dokter kandungannya saat kontrol terakhir.

Setelah selesai Tira berjalan didalam kamarnya kesana kemari sambil menunggu pagi. Sesekali ia beristrihat sejenak.

Saat ia bertanya pada mbah google mengenai tanda persalinan, dan jawabannya sama seperti yang ia alami. Ia mengalihkan rasa nyerinya dengan menarik nafas dalam-dalam,.mengusap perutnya sendiri.

Max yang tidak merasakan keberadaan istrinya, seketika membuka mata dan segera duduk.

Ia melihat wanita berdaster dengan perut besar itu sedang berjalan kesana-kemari. Max yang masih dalam keadaan tanpa sehelai benangpun turun dari tempat tidur dan menghampiri sang istri.

Ia memeluk sang istri dari belakang, pergerakannya yang tiba-tiba membuat Tria terkejut. Ia sedikit memukul tangan Max yang nakal itu.

"Istriku harum sekali, sudah mandi? Tumben sekali." Tak ada jawaban dari Tira, ia hanya melihat sang istri menarik nafasnya dalam-dalam.

"Kau baik-baik saja sayang?"

"Kontraksinya sudah sering Max." Jawab Tira pelan.

"Sejak kapan?"

"Pukul tiga tadi."

"Kenapa tidak membangunkanku,sayang?"

"Aku masih bisa tahan."

"Ayo kita kerumah sakit." Max menarik lengan Tira, namun ditahan oleh wanita hamil itu.

"Masih ada waktu untuk mandi Max, sebaiknya daddy nya mandi dulu, kalo babby lahir daddy nya sudah wangi." Ujar Tira mengusap rahang Max dengan lembut.

Max memeluk dan menghujani wajah Tira dengan kecupan, lalu bergegas mengambil handuk. Ia mempercepat mandi dari biasanya, karena tak ingin sang istri menunggu terlalu lama.

Max segera menuju walk in closet, ia mengenakan kaos coklat tua dan celana jeans. Simple saja ia hanya menyugar rambutnya yang masih basah dengan tangan kemudian segera menemui sang istri.

Melihat sang istri yang semakin kesakitan, ia bergegas mengambil telepon genggamnya dan menelepon penjaga untuk segera menyiapkan mobil untuknya.

"Max, kau mau apa?" Tanya Tira saat Max hendak menggendongnya.

"Tentu saja membawamu kerumah sakit sayang."

"Tas yang berisi barang baby nya tidak dibawa?" Tira melirik tas yang ada disudut dekat lemari.

"Hehe, iya sayang." Max segera mengambil tasnya dan menggendong Tira.

Tira menarik nafas dalam-dalam terus dibuang, tadi saat Max mandi Tira menelepon dokter Rena, dan dokter Rena memberikan arahan kepada Tira untuk melakukan hal-hal kecil seperti tetap tenang, cara mengambil nafas saat nyeri muncul.

Dan Tira berusaha melakukannya dengan sebaik mungkin. Karena ia sadar bahwa ini pengalaman pertamanya, jadi ia mencoba untuk tidak panik walaupun nyerinya sudah mulai semakin terasa.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now