Jika Waktu Bisa Diputar Kembali

18 0 0
                                    

Pertama kali Tira merasakan berada diatas balon udara apa lagi bersama pasangan. Tak pernah sekalipun ia bermimpi untuk datang kemari. Tapi hari ini, ia merasakan angin bebas terbang diudara menikmati keindahan alam bebatuan di Turki.

Cappadocia salah satu tempat romantis di turki yang sangat disayangkan jika terlewatkan. Terdapat gua-gua indah serta kota dari bebatuan yang sangat menawan.

"Apa kau menyukainya sayang?" Max memeluk Tira dari belakang.

"Hmmmm." Tira merentangkan tangannya menikmati udara yang sejuk dari ketinggian sekitar empat puluh meter dengan keindahan batuan vulkanistik.

"Sayang." Max memutar tubuh Tira menghadap dirinya.

Max posisi setengah berdiri dengan ditopang satu lutut. Ia mengeluarkan kotak kecil nerwarna hitam dengan pita berwaran putih. Ia menyodorkannya kepada Tira, lalu membuka kotak kecil tersebut.

Tira terkejut melihatnya, ia bingung harus senang atau sedih. Sementara beberapa bulan lalu ia juga baru d lamar oleh Raka namun ia harus melihat adegan mantap-mantap dimalam naas itu.

Bahkan, cincin yang disematkan Raka dijari manisnya saja masih melekat. Ia tak ingat untuk melepaskannya.

" Sayang,marry me..!"

"Max.." Tira tidak bisa berkata-kata.

"Mungkin ini terlalu cepat, tapi percayalah aku akan membuatmu bahagia sampai akhir hayatku."

"Apalagi, didalam sini ada buah hati kita. Tidakkah kau ingin bayi kita memiliki orangtua yang utuh."

Max meyakinkan Tira, ia berusaha menekan rasa sedih sekaligus bahagianya. Tira menganggukkan kepala, ia tersenyum dan menangis diwaktu yang bersamaan.

Max mengambil tangan kiri Tira, dan melihat masih ada cincin tersemat dijari manisnya. Max mendongak, melihat Tira. Tira menganggukkan kepalanya.

Max segera melepaskan cincin itu, lalu menggantikan dengan cincin miliknya. Max berdiri memeluk Tira, ia menangkup wajah Tira dan menempelkan bibirnya pada bibir Tira.

Ia melumat bibir tipis milik Tira dengan perlahan lalu semakin dalam. Dua insan yang sedang mabuk asmara berada di udara, gak bahaya ta?.

"Ini mau dibuang sekarang, atau?" Max menunjukkan cincin yang tadi ia lepaskan dari jari manis Tira.

"Akan kukembalikan pada orangnya langsung nanti jika bertemu." Tira mengambil alih cincin itu.

"Maksudmu kau akan menemuinya, begitu?" Dibalas anggukan oleh Tira.

"Kalau begitu biar aku temani." Tira memutar matanya dengan malas.

"Sebaiknya tidak Max, biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri."

"Hmmm baiklah."

Max ingin memberikan kebebasan pada Tira, ia sudah dewasa bis mengatasi masalahnya sendiri.

****

"Kak Raka, ngapain kesini?" Tanya Lexi saat melihat Raka berdiri didepan pagar rumahnya.

"Hmmm apakah tidak boleh kakak kemari?" Kata Raka memicingkan matanya seolah semua baik-baik saja.

"Tentu boleh dong kak, Lexi cuma kaget aja. Soalny kak Tira belum pulang."

"Belum pulang? Dari mana?

"Lagi ada acara di Turki katanya."

"Apa? Sejak kapan?"

"Hehe, hampir dua minggu kayaknya kak. Tapi kakak tenang aja kok besok paling uda pulang." Bohong Lexi, yang benar saat ini Tira sudah berada di bandara tanah air.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now