Teriak Saja Kalau Berani

68 0 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 9.30Wib, sudah waktunya Tira berangkat kuliah. Namun, hari ini Tira sudah janjian dengan Revan untuk berangkat bersama.
Baru saja hendak keluar kamar, suara klakson moge milik Revan sudah nyaring terdengar.

Tira langsung bergegas turun dan keluar rumah. Tira tahu bahwa kedua orangtuanya akan menghabiskan waktu berdua setelah mengantar Lexi sekolah. Pasangan orangtua itu memang layaknya anak muda yang tidak pernah mau pisah jika sudah bertemu.

"Wah, wah.. apakah tuan putri ini baru bangun dari tidurnya?" Sapa Revan dari motor sambil mengerlingkan matanya  dari balik kaca helm yang terbuka.

"Haha, bisa aja. Ayo berangkat." Tira menghampiri Revan dan langsung naik di jok penumpang.
Revan memang selalu bisa membuat Tira tertawa dalam kondisi apapun sejak pertemuan pertamanya.

Dari kejauhan ada sepasang mata yang melotot melihat Tira tertawa bersama bahkan berboncengan dengan laki-laki lain.
Setelah motor yang ditunggangi muda-mudi  itu, ia pun berlalu kembali menuju kantor. Raka hanya mengepalkan kedua tangannya tanpa berkata apapun.

"Lu tau gak sih kemarin kalo Silvi cerita ke gue kalo dia mau di jodohin." Kata Revan.

"Oya? Kok gue gak tau. Dia gak cerita apa-apa ke gue itu." Ujar Tira heran.

"Kemarin dia hanya pamit ke gue katanya mau jemput orangtuanya di bandara, memangnya kalian bertemu?" Lanjut Tira.

"Iya tapi gak jadi jemput, karena orangtuanya bilang akan mengajak dia bertemu dengan sahabat mamanya yang punya anak cowok saat dulu waktu kecil mau dijodohkan dengan Silvi. Kemarin kita gak sengaja ketemu waktu di cafe." Kata Revan.

"Terus kenapa Silvi nolak?" Tanya Tira.

"Katanya sih anak laki-laki itu dulu bukan tipe nya dia." Kata Revan cekikikan dari balik helm.

"Oooh.." Tira hanya ber O ria.

"Memangnya Silvi gak cerita sama lu?" Lanjut Revan.

"Mungkin belum, soalnya semaleman gue gak kontakan sama sekali." Ujar Tira.

Sesampainya di area parkir kampus, banyak pasang mata yang melihat bahkan saling bisik-bisik melihat mereka. Karena Revan dan Tira adalah pasangan paling serasi dikampus, meskipun status mereka hanya berteman.

"Baiklah, gue masuk kelas duluan ya Van. Nanti kita ketemu dikantin." Pamit Tira.

"Okay beib".Goda Revan sebelum berbalik arah, dan Tira hanya menggelengkan kepala.

Ketika menuju kelas Tira menghampiri Silvi yang sedang membaca buku ditaman dekat kelasnya.

"Heiii.. kemana lu kemarin?." Sapa Tira dengan sebuah pertanyaan yang membuat Silvi kaget.

"Gue, kemarin jemput mama dan papa terus sampe rumah gue langsung tidur hujan deres bikin gue lebih nyaman sama guling." Kata Silvi asal.

"Gila lu, doyan sama guling. Cari pacar kek. " Balas Tira sekenanya.

"Gak usa di cari, uda ada juga." Kata Silvi memutar bola nya malas.

"Loh sing gena kon iki.. sopo.. Revan taaa..? ( loh yang benar kamu, siapa? Apa revan..?)." Selidik Tira mengeluarkan bahasa jawanya.

"Sak karepmu." Kata Silvi cuek kemudian berjalan menuju kelas.

Sebenarnya Tira sudah menaruh rasa curiga pada Silvi yang suka berubah ekspresi jika perihal Revan.

*Ditempat lain*

"Dari pada kau uring-uringan seperti itu lebih baik kau temui dan dekati dia baik-baik wahai tuan muda." Rio tahu bahwa Raka menahan amarah melihat gadisnya bersama pria lain.

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now