Anak Kecil Tau Apa Sih

91 2 0
                                    


Disepanjang perjalanan Raka hanya diam saja. Namun tidak dengan Weni sang adik yang tidak tahan dengan rasa penasaran. Pasalnya dia tahu bahwa selama ini para wanitalah yang biasa menghampiri kakak semata wayangnya itu terlebih dahulu dan akan berakhir dengan penolakan oleh sang kakak meski hanya melalui ekspresi datarnya itu.

"Kak, bolehkah aku bertanya?." Kata weni sambil merubah posisi duduk menghadap kakaknya.

"Jika kakak bilang tidak, apakah kau tidak akan bertanya?" Tanya balik Raka.

"Kakakku tersayang, tentu saja aku akan tetap bertanya." Ujar Weni.

"Emm...aku hanya ingin tahu saja. Apakah kakak mengenal kakak cantik tadi?." Tambah weni.

Mendengar pernyataan adiknya tentang Tira, membuat Raka menjadi sangat senang.
" Apakah benar dia cantik?" Tanya Raka dan itu membuat Weni makin antusias pasalnya sang kakak tidak pernah tertarik jika diajak bicara mengenai wanita.

"Kalo menurutku cantik, sangat cantik. Terlihat Sederhana, tapi mempesona. Apalagi sepertinya dia wanita baik-baik,ramah dan juga sopan." Cerocos Weni.

"Apakah kau mengenalnya, dari mana kau tahu kalau dia wanita baik-baik? Sepertinya kau begitu mengenalnya." Ujar Raka menekankan.

"Aku memang tidak mengenalnya kak, tapi saat tiba dikasir secara bersamaan dia mengalah dan mengizinkanku untuk lebih dulu melakukan pembayaran. Caranya sopan, dan itu mempermudahku." Tutur Weni.

"Pernyataanmu tidak sekuat itu tentang seseorang." Kata Raka menghela nafas, namun sambil tersenyum. Melihat pemandangan itu Weni semakin penasaran dibuatnya.

"Aku rasa kakak sedang jatuh cinta pada pandangan pertama." Cibir Weni.

" Anak kecil tahu apa sih." Balas Raka.

"Kakak, aku ingatkan padamu. Aku bukan anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Aku sudah SMA dan tahun depan aku lulus. Seenaknya saja kakak bicara." Ujar Weni sambil bersedakap tangan didada dengan muka cemberut.

Sementara sang kakak hanya mengedikkan bahunya saja, dia tidak ingin berdebat dengan sang adik. Setelah sampai dirumah mengantarkan sang adik, Raka langsung mundur dan melajukan mobilnya kembali ke kantor karena ada meeting.

Sejak jam makan siang Raka keluar menjemput adiknya, padahal harusnya sudah ada sopir yang ditugaskan. Namun sang mama meminta Raka untuk menjemput putri kesayangannya . Sedangkan asistennya terus menelpon mengingatkan bahwa ada meeting penting dengan beberapa koleganya.

Sesampainya digedung perkantoran, semua karyawan menundukkan kepala tanda hormat kepada sang CEO Wijaya Grub.
Asisten Rio segera menghampiri atasannya dan berjalan di belakang sang CEO.

Saat fokus dengan meeting, tiba-tiba sekelebat wajah gadis muda yang sejak pagi mengganggu pikirannya mendadak muncul. Hal itu membuat Raka kadang menunduk malu dan tersenyum sendiri. Merasa tidak pernah ada yang menolak dirinya, namun gadis itu berbeda menurutnya.

Sang asisten menatap aneh kepada sang atasannya yang berusia dua puluh delapan tahun itu, tidak pernah terjadi hal semacam ini sebelumnya. Apakah dunia akan kiamat.
"Wah ini benar-benar ajaib." Batin Rio berkata.

"Bagaimana pak Raka, dari presentasi tadi apakah proyek kita selanjutnya bisa segera terealisasikan?" Tanya Steven,koleganya.

Yang ditanya sementara malah senyum sendiri seperti orang sedang kasmaran.
Melihat tak ada respon dari atasannya,
Rio segera menyikut tangan sang atasan.

Raka seketika kaget dan itu membuat asistennya menarik nafas panjang melihat kelakuan Raka.

"Ooh yah, baik akan saya pertimbangkan dan segera memberikan jawabannya, meeting hari ini kita sudahi sampai disini dulu saya ucapkan terimakasih atas kehadirannya." Ucap Raka sekenanya.

Semua kolega hanya bisa mengedikan bahunya lalu satu persatu meninggalkan ruangan meeting.

"Wah, sepertinya sedang ada yang jatuh cinta, apakah itu benar?" Tanya Rio sang asisten. Rio adalah sahabat Raka sejak kecil, karena mereka selalu sekolah ditempat yang sama hingga kuliah.

Raka hanya memasang wajah sinisnya. Namun itu tidak bisa menutupi bahwa sedang terjadi sesuatu pada dirinya. Dan itu cepat terlihat oleh Rio..

"Rio, bisakah kau cari informasi tentang seseorang?" Tanya Raka frustasi pada sang asisten.

"Hei, halo..hahaha.. apakah ini benar-benar Raka sang CEO Wijaya Grub yang bermuka datar? Sejak kapan kau bertanya hanya untuk sekedar mencari tau informasi seseorang? Apakah itu seorang perempuan?" Cerocos Rio berdiri tepat dihadapan Raka sambil bersedekap tangan.

" Mau cari atau tidak?" Kata Raka berusaha bersikap biasa.

"Ok..ok.. siapa nama gadis yang malang itu? Apa kau punya fotonya?" Tanya Rio lagi.

"Aku tidak tau namanya, apalagi fotonya dan kenapa kau sebut dia gadis yang malang?." Ketus Raka sekenanya.

"Wah, sungguh wanita misterius. Dia mampu membuat seorang Raka Suryo Wijaya menjadi minim akal." Ejek Rio .

"Apa kau mau rahangmu bergeser?" Tanya Raka mulai emosi.

"Hahaha, serius sekali anda ini. Baiklah,
Sebutkan ciri-cirinya." Kata Rio sambil memegang rahangnya.

"Rambutnya kira-kira panjang sebahu di ikat kuda, tubuh mungil, sangat cerewet." Ujar Raka mengingat-ingat ciri-ciri gadis yang dimaksud.

"Wah,luar biasa sekali. Kau hanya mengingat penampilannya. Dimana aku harus temukan ciri-ciri seperti itu." Kata Rio sambil berkacak pinggang.

"Kalau kau tidak bisa menemukannya maka kau harus lembur setiap hari dan gajimu dipotong 25%." Ancam Raka dengan tatapan tajamnya.

"Kalau sudah jatuh cinta bisa gawat yah. Aku semakin penasaran, wanita seperti apa dia." Gumam Rio, berlalu pergi meninggalkan ruang meeting.

Ditempat lain, waktu sudah sore Tira sudah menyelesaikan jam kuliahnya. Diluar tampak mendung dan dia memutuskan untuk langsung pulang.
Hari ini sangat melelahkan baginya. Silvi sudah pulang duluan karena akan jemput orangtua nya yang pulang dari luar negri.

Akhirnya Tira pulang dengan santai. Namun belum jauh dari kampusnya hujan tiba-tiba turun dengan sangat deras.
Tira mencari tempat berteduh, dan akhirnya menemukan halte bus yang tak jauh dari kampusnya.

Disana sudah ada beberapa orang yang juga berteduh, tampak teman-teman kampus juga ada yang berteduh disana.

Dari kejauhan tampak sebuah roll royce dipinggir jalan, sedang memperhatikan Tira yang sedang berteduh. Yah, dan tak lain dan tak bukan itu adalah Raka.
Raka memperhatikan Tira yang menunggu diantara beberapa orang. Ingin sekali Raka turun, tapi dia tidak ingin menurukankan gengsinya walau hanya satu garis saja.

"Rio, apa kau lihat gadis yang sedang berteduh di halte itu?" Kata Raka sambil melihat kearah Tira.

"Gadis? Yang mana? Disana ada beberapa gadis yang menunggu." Kata Rio bingung.

"Disana, yang berdiri sendirian mengenakan blouse biru." Kata Raka yang kesal dengan Rio.

"Lalu?" Tanya Rio.

"Dia, yah dia. Cari tau tentang gadis itu." Perintah Raka.

Rio seakan mengerti gadis yang dimaksud oleh Raka. Tak lama kemudian hujan pun mulai reda. Terlihat Tira mulai menyalakan motor yang di tungganginya.

Rio pun meminta supir untuk mengikuti gadis yang membawa motor scoopy putih tersebut.

"Kau mau membawaku kemana?"Tanya Raka sambil melotot kearah spion depan.

"Bukankah kau ingin mencari tahu tentang gadis itu, ya sekarang waktu yang pas bahkan namanya saja kau tidak tahu." Ujar Rio sangat antusias sekaligus kesal dengan atasannya itu.

Tanpa menunggu jawaban dari Raka, Rio meminta sang supir untuk melanjutkan perjalanan mengikuti gadis itu.



*Selamat pagi,,,siapa nih yang uda mampir kesini? Absen dulu yuk...*

Ku Kira Kita Ternyata KalianWhere stories live. Discover now